kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.414   -21,00   -0,13%
  • IDX 7.163   21,76   0,30%
  • KOMPAS100 1.042   1,54   0,15%
  • LQ45 812   0,25   0,03%
  • ISSI 225   -0,20   -0,09%
  • IDX30 425   0,47   0,11%
  • IDXHIDIV20 509   -0,96   -0,19%
  • IDX80 117   -0,16   -0,13%
  • IDXV30 121   -0,60   -0,49%
  • IDXQ30 139   -0,02   -0,01%

Keripik talas ramai peminat di saat Lebaran (3)


Kamis, 09 Juli 2015 / 11:00 WIB
Keripik talas ramai peminat di saat Lebaran (3)


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Selama bulan Ramadan, para produsen keripik talas di Kelurahan Silaing Bawah dan Silaing Atas, Padang Panjang, kompak memangkas produksi lantaran permintaan sepi. Namun setelah Lebaran, permintaan naik hingga tiga kali lipat dari hari biasa.

Sentra produksi keripik talas di Kelurahan Silaing Bawah dan Silaing Atas, Padang Panjang selalu ramai pembeli. Distribusi keripik talas ini sudah sampai ke daerah Riau, Jambi, dan Sumatra Utara.

Namun, memasuki bulan Ramadan seperti sekarang, penjualan keripik talas cenderung tidak seramai hari biasa. Lantaran sepi permintaan, jumlah pekerja dan jam kerja dibatasi sampai pukul 14.00 wib.

Rosita Aswin, salah seorang produsen keripik bilang, fenomena ini sudah menjadi siklus tahunan. Namun, penurunan ini hanya berlangsung sesaat. "Nanti setelah Lebaran, permintaan justru meningkat pesat hingga tiga kali lipat dari hari biasanya," ujar Rosita.

Untuk mengantisipasi tingginya permintaan setelah Lebaran, para produsen sudah menggenjot produksi seminggu sebelumnya. Tak bisa lebih lama karena khawatir rasanya sudah tak enak dimakan.

Menurut Rosita, keripik talas paling lama bertahan sebulan. Itu pun jika penyimpanannya tidak di tempat yang panas. Bila di tempat panas masa kadaluarsanya hanya dua minggu.

Makanya, untuk memenuhi permintaan Lebaran, ia baru produksi seminggu menjelang Lebaran. Saat itu, karyawan kembali bekerja penuh hingga pukul 17.00 wib. "Bahkan jumlah karyawan kami tambah," ujar Rosita.

Menurut Rosita, saat Lebaran banyak perantau dari Sumatra Barat yang mudik ke kampung halaman. Nah, saat mereka akan kembali ke kota tempatnya menetap, tak lupa mereka membeli keripik talas sebagai oleh-oleh khas Sumatra Barat. Menurut Rosita, tingginya permintaan itu setelah Lebaran itu cukup untuk menutupi penurunan selama bulan puasa.

Tingginya permintaan setelah Lebaran juga dirasakan, Dewi Indriyani, pemilik keripik talas merek Dewi. Sama dengan Rosita, ia juga menggenjot produksi seminggu sebelum Lebaran. Untuk menopang penjualan, Dewi juga membuka sebuah kios kecil di depan rumahnya. Dengan begitu, konsumen bisa membeli langsung di tempatnya dengan harga lebih murah dibandingkan membeli di toko oleh-oleh.

Beda dengan Dewi, Rosita tidak membuka toko di rumahnya. Ia lebih fokus memasok sentra oleh-oleh di pusat kota. Bahkan sekarang Rosita sedang menggarap penjualan secara online agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

Agar produknya semakin diterima pasar, Rosita dan seluruh produsen keripik di daerah ini sangat menginginkan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat.

Rosita bilang, label halal sangat penting untuk memasarkan produknya lebih luas lagi tanpa ada keraguan dari konsumen. "Meskipun saya cantumkan bahan-bahannya dari apa, tapi kalau tidak ada label halal rasanya kurang afdol," kata Rosita

Rosita bilang, tahun 2014 lalu memang ada bantuan dari Dinas Koperasi dan UMKM untuk mengurus sertifikat halal. Namun bantuan itu hanya diberikan kepada beberapa pelaku saja. "Sekarang kami belum tahu apakah tahun ini ada program itu," ujarnya.       

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×