kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kilau bisnis cenderamata kristal tiga dimensi


Senin, 18 November 2013 / 14:20 WIB
Kilau bisnis cenderamata kristal tiga dimensi
ILUSTRASI. Pemerintah menaikkan target penerimaan pajak dari pajak penghasilan (PPh) badan menjadi Rp 257,37 triliun di tahun ini.


Reporter: Melati Amaya Dori | Editor: Tri Adi

Kian banyaknya kegiatan korporasi mendorong kebutuhan cenderamata. Kini, bentuk kristal tiga dimensi pun banyak diminati. Jumlah pemain masih sedikit menjadi peluang bagi Anda yang tertarik menggeluti usaha pembuatan kristal ini.

Sebuah tanda mata sering  mengingatkan penerima akan sebuah momen penting dan orang yang memberikannya. Tak heran, kesan unik dan personal harus melekat pada barang yang menjadi tanda mata tersebut.

Bahkan, sebagian orang  acap mempertimbangkan kemewahan dan keabadian (tahan lama) sebuah cenderamata untuk penerimanya. Mereka pun rela merogoh kocek lebih dalam lagi, demi mendapatkan tanda mata yang mendatangkan kesan mendalam.

Salah satu cenderamata yang bisa mendatangkan kesan-kesan tersebut adalah kristal tiga dimensi (3D). Bahkan, beberapa waktu belakangan ini, banyak orang mencari kristal tiga dimensi ini sebagai cenderamata.

Maklum, biarpun tersimpan lama, kristal tak akan terlihat kusam atau menjadi kuning. Apalagi, kristal yang tertimpa sinar bisa memantulkan warna yang cemerlang. “Ukiran tiga dimensi di dalam kristal yang hanya satu, atau bersifat personal itu membuatnya semakin eksklusif,” tutur Ananto Hendratmo, pendiri PT Andaka Dwi Perkasa, yang mulai menekuni usaha produk kristal 3D sejak 2011.

Richa Margaretha, Manager Produksi PT Krisnik Nusa, salah satu produsen tanda mata kristal 3D, mengatakan, tren tanda mata dari kristal ini merupakan perkembangan dari produk serupa berbahan kaca. “Sebelumnya, kami produksi yang 2D berbahan kaca dan kulit. Namun kini, justru banyak orang yang memesan kristal 3D,” cerita Richa.

Berbeda dengan cenderamata berbahan kaca yang hanya menampilkan gambar atau desain dua dimensi, batu kristal bisa memperlihatkan gambar, foto, atau desain dalam bentuk tiga dimensi, hingga terlihat lebih nyata. Karena batu kristal lunak, bagian dalamnya bisa dibentuk dengan laser.

Menurut Richa, sejatinya, kualitas kristal sendiri sudah cukup menjual jenis tanda mata ini. “Teknologi sinar laser yang bisa membentuk pola tiga dimensi di dalam batu kristalnya, menaikkan pamor tanda mata ini. Kesan mewah dan abadi pun tercipta, hingga memikat banyak pemesan,” kata dia.

Awalnya, baik Ananto maupun Richa masih memesan cenderamata ini dari produsen kristal 3D di Hong Kong. Jadi, jika menerima pesanan, mereka akan mengirim materi gambar atau desain, untuk diproduksi di Hong Kong. Tak heran, proses pemesanan hingga berakhirnya cenderamata di tangan konsumen harus memakan waktu 5 bulan–6 bulan.

Seiring dengan permintaan yang terus meningkat, Richa pun memberanikan diri membeli mesin laser seharga Rp 500 juta dari China. “Dengan memiliki mesin sendiri, kami bisa memproduksi sendiri dan mempersingkat masa pemesanan,” jelas dia. Konsumen pun hanya perlu menunggu pembuatan kristal 3D ini dalam waktu dua hari hingga dua minggu.

Begitu pula dengan Ananto. Setelah melihat pesanan yang terus mengalir, dia yang menggeluti usaha ini kurang dari setahun langsung memutuskan membeli mesin sendiri. “Karena pesanan semakin banyak, saya harus menekan biaya dan waktu. Akhirnya, saya boyong mesin laser dari Hong Kong,” paparnya.

Pangsa pasar suvenir ini adalah korporasi dan individu. Korporasi biasanya memberikan tanda mata kepada relasi bisnis mereka untuk berbagai tujuan dan kegiatan. Misalnya untuk kenang-kenangan suatu kunjungan, kerja sama bisnis, sampai penghargaan.

Adapun untuk pasar perorangan, kristal 3D banyak dipesan sebagai hadiah ulang tahun, hadiah pernikahan, atau tanda mata saat perpisahan. “Awalnya memang korporasi yang banyak memesan kristal 3D ini, namun, kini pesanan dari individu pun tak kalah ramai,” terang Ananto

Ananto menyediakan suvenir ini mulai dari ukuran terkecil, yakni 5 cm x 5 cm x 8 cm. Kristal terbesar yang ditawarkan berukuran 21 cm x 17 cm x 2 cm. Seperti terlihat di katalognya, Ananta sanggup mengerjakan berbagai model dan bentuk, mulai dari model kubus, bundar, plakat, hingga piala.

Sesuai dengan model dan bentuknya, kristal 3D ini memiliki banderol harga beragam.  Kisaran harga berada di angka Rp 250.000 hingga Rp 800.000 per buah.  Tak berbeda jauh dengan Andaka, Krisnik Nusa juga menawarkan kristal mulai dari ukuran tinggi 5 cm hingga 30 cm dengan beragam lebar dan panjang. “Patokan harganya mulai dari Rp 275.000 hingga Rp 1,5 juta per buah,” kata Richa.

Pasar yang masih luas dan pemain yang terbatas, menjadi daya tarik utama bisnis ini. Tengok saja, biarpun Ananta dan Richa berdomisili di Jakarta, mereka kerap mendapat pesanan dari berbagai daerah. Sebut saja, Yogyakarta, Semarang, hingga ke luar Pulau Jawa, seperti Makassar dan Manado.

Richa menuturkan, para pemesan dari luar Jakarta mengaku masih sulit menemukan produsen kristal 3D ini di daerah mereka. “Karena proses pemesanan tidak butuh tatap muka, jadi transaksi bisa dilakukan melalui pesan elektronik. Kami pun tak punya kendala untuk memenuhi pesanan dari daerah,” tutur dia.

Dalam seminggu saja, Krisnik Nusa bisa menuai pesanan hingga 2.000 item kristal 3D dalam berbagai ukuran. “Itu baru dari pelanggan korporasi saja. Kalau menghitung pelanggan individu, bisa sekitar 10 pesanan dalam sehari,” jelas Richa.

Dari pesanan itu, Richa pun bisa mengumpulkan omzet hingga Rp 100 juta setiap bulan. Dia bilang, margin laba usaha ini bisa mencapai 20%. Tak kalah berkilau, meski enggan menyebutkan jumlah pesanan yang datang padanya saban bulan, namun Ananto bisa mengantongi omzet hingga Rp 200 juta saban bulan.

Tak hanya mendatangkan omzet luas, pasar yang masih berkembang dan belum banyaknya pemain menjadi peluang bagi Anda yang tertarik terjun pada bisnis suvenir kristal 3D ini. Ananto dan Richa pun mengamini, jika usaha ini masih menyimpan potensi yang baik ke depannya. Apakah Anda tertarik ingin mencoba?


Barang impor

Tentu saja, sebelum terjun ke bisnis ini, Anda harus mengetahui seluk-beluk kristal, yang menjadi bahan baku, serta proses pembuatan kristal 3D. Asal tahu saja, sampai saat ini, bahan baku kristal masih diimpor. Ada tiga negara yang banyak memproduksi kristal, yakni China, Hong Kong, dan Taiwan.

Selain untuk menghemat biaya, pemesanan bahan baku ini juga ada minimal order berkisar US$ 5.000 untuk sekali kirim. Dengan nilai itu, pembeli bisa mendapatkan 200 hingga 1.000 kristal dalam berbagai ukuran. Richa berpesan, sebaiknya bentuk dan model langsung ditentukan saat pesan ke pabrik.

Sama halnya dengan bahan baku, belum ada pemasok mesin laser di Indonesia. Richa dan Ananto harus mengimpor mesin laser untuk proses pembuatan kristal 3D dari China dan Hong Kong.

Richa pun berbagi kalau relasi mesin dan bahan baku kristal bisa diburu melalui pameran-pameran kerajinan atau produk usaha kecil menengah yang rajin ia ikuti, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Jika pemasok mesin dan bahan baku sudah ditetapkan, maka Anda harus mengasah kemampuan desain grafis tiga dimensi dan software pelengkapnya. Begitulah pengalaman Ananto, saat mulai serius menggeluti usaha ini, dia membeli software untuk desain tiga dimensi ini.

Memang, Anda tak harus memiliki kemampuan desain grafis sendiri. Anda bisa merekrut desainer grafis seperti yang dilakukan Richa dan Ananto. “Itu mutlak, ya, karena mereka yang mengolah foto menjadi gambar tiga dimensi,” ujar Ananto.  Richa, saat ini, mempekerjakan dua orang desainer di Krisnik Nusa.

Selain desainer, Anda juga membutuhkan pegawai untuk mengoperasikan mesin laser. Satu mesin laser membutuhkan dua orang tenaga operasional. Selebihnya Anda membutuhkan tenaga untuk pengemasan.

Proses pembuatan kristal 3D terbilang mudah dengan bantuan mesin yang akan menembakkan sinar laser langsung kristal dan membentuk pola tiga dimensi seperti yang diinginkan. Tahapannya adalah konsumen datang atau mengirimkan foto melalui e-mail atau piranti nirkabel lainnya, dengan kualitas minimal 200 kilobyte.

Lantas, desainer yang melakukan penyuntingan (edit) foto dalam bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Hasil suntingan gambar akan dikirim kembali ke pemesan untuk mendapatkan persetujuan atau masukan lainnya.

Setelah menempuh proses suntingan akhir, gambar atau foto segera dikirim ke mesin laser yang akan menembakkan pola ke kristal yang sudah disiapkan di mesin juga. “Proses penembakan biasanya hanya memakan waktu 15 menit hingga 20 menit. Yang lama biasanya saat pengeditan saja karena harus konsultasi dulu dengan konsumen,” ujar Richa.

Untuk ruang usaha (workshop), pada dasarnya tak ada pakem yang khusus Anda terapkan. Yang penting, cukup luas untuk menampung mesin dan pekerjanya. Tentu saja tempat usaha juga leluasa untuk mengemas dan menyimpan stok kristal. Karena kuat, kristal tak butuh perlakuan khusus. “Seperti saat pengiriman, kargo kala laut yang lembap tak berpengaruh pada warna dan bentuk kristal,” jelas Richa

Seperti jenis usaha lainnya, untuk mempromosikan kristal 3D ini, Anda bisa menyebarkan brosur, membuat website dan rajin mengikuti pameran. Untuk brosur dan selebaran biasanya disebar saat Anda mengikuti pameran. Ananto pun bilang, pada awalnya dia rajin ikut pameran untuk mempromosikan usahanya. Sedang website bisa digunakan untuk menjaring pembeli di kota yang berbeda dengan tempat Anda tinggal.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×