Reporter: Noor Muhammad Falih, Marantina, Pratama Guitarra, Revi Yohana | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Saat ini orang cenderung meninggalkan pasar becek dan demi alasan kepraktisan, memilih berbelanja kebutuhan pokok di mini market. Selain jarak kian dekat karena minimarket ada dimana-mana, suasananya juga nyaman.
Tak heran bisnis minimarket makin cerah. Pebisnis ritel modern minimarket baik yang berskala besar hingga menengah terus berlomba memperluas jaringan pasar mereka.
Kali ini KONTAN kembali mengulas perkembangan gerai minimarket, diantaranya SB Mart, Homart, dan Cipta Bina Daya (CBD) Mandiri. Pertumbuhan jumlah gerai ketiga minimarket tersebut terus naik, menunjukkan betapa cerahnya sektor ritel ini.
Rupanya setiap pebisnis ritel memiliki trik sendiri untuk memperbesar pasar, termasuk mencari investor baru. Apa saja trik mereka? Berikut ulasan selengkapnya.
SB Mart
Minimarket SB Mart berdiri pada Bulan Agustus 2010 di Bandung, Jawa Barat di bawah naungan Koperasi Sejahtera Bersama. KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan usaha ini pada November 2012. Pada bulan tersebut juga, SB Mart baru secara resmi menawarkan konsep kemitraan untuk umum.
Akhir tahun lalu, SB Mart memiliki 150 gerai yang semuanya dimiliki pusat. Kini gerai SB Mart sudah tumbuh menjadi 162, tersebar di Bandung, Depok, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Cirebon dan Tangerang Selatan. Semua gerai tersebut merupakan milik pusat. Ke depan, SB Mart akan memperluas pasarnya ke luar pulau Jawa.
Tahun lalu, jumlah nilai investasi yang ditawarkan untuk kemitraan senilai Rp 700 juta. Mitra berhak mendapat jasa renovasi tempat, suplai barang dagangan, rekrutmen karyawan, dan pelatihan karyawan.
Sayangnya, atas pertimbangan tertentu, Lirih Prakasa, Marketing SB Mart enggan menyebut jumlah pasti nilai investasi yang ditawarkan sekarang. Ia hanya menyampaikan angka kepada calon mitra yang serius berminat menjadi investor.
Menurut Lirih, satu gerai SB Mart saat ini bisa mendulang omzet sekitar Rp 7 juta per hari atau Rp 210 juta per bulan. Namun profit dari bisnis ini cuma sekitar 2% dari total omzet. Sedang biaya pengadaan stok barang bisa mencapai 85% dari total omzet.
Menurut Lirih, kenaikan jumlah gerai SB Mart tak lepas dari konsistensi manajemen yang tetap mempertahankan konsep islami di tiap gerai SB Mart. Selain dari segi pelayanan, konsep islami juga diterapkan manajemen SB Mart dengan menjual beberapa produk khas seperti air zam-zam dan perlengkapan solat.
"Konsep tersebut yang justru jadi membedakan kita dengan kompetitor," katanya. Klaim keunggulan lainnya, SB Mart memiliki sistem teknologi informasi terintegrasi dengan pusat layaknya waralaba minimarket besar.
Homart
Homart merupakan bisnis minimarket yang ada di bawah bendera PT Immortal di Surabaya, Jawa Timur yang berdiri sejak tahun 2011. Selain minimarket, perusahaan tersebut memiliki beberapa lini bisnis, seperti agen perjalanan, umroh, bahkan kuliner. Semua bisnis ini bersinergi, sehingga Homart tidak sekadar menjual kebutuhan sehari-hari.
Konsep kemitraan mulai diusung Homart sejak tahun 2012. Ketika KONTAN mengulas tawaran tersebut pada tahun lalu, Homart sudah memiliki dua gerai sendiri di Surabaya. Dalam waktu delapan bulan, Homart telah menambah empat gerai baru sehingga total menjadi enam gerai yang tersebar di Tasikmalaya, Garut, dan Bandung.
Direktur PT Immortal, Yonathan Purnomo, menjelaskan, ada beberapa trik yang dipakai untuk menambah gerai. Pihaknya juga tidak saja membidik konsumen ritel, tetapi juga koperasi, warung, hingga grosir.
Dengan demikian, pembelian selalu dalam jumlah banyak. Imbasnya, tentu saja kenaikan omzet gerai. Yonathan mengaku, omzet tiap gerai meningkat pesat bahkan mencapai Rp 500 juta per bulan. Padahal, pada awal berdiri, ia hanya mengantongi Rp 30 juta-Rp 50 juta per bulan dari tiap gerai. "Selain itu, harga produk di Homart pun bisa bersaing dengan minimarket lain, baik yang kecil maupun yang sudah besar," klaim Yonathan.
Sebelumnya, Homart menawarkan kemitraan dengan investasi Rp 60 juta. Kini, Homart juga menawarkan paket investasi Rp 500 juta untuk investor yang tertarik membuka distribution centre. Dari paket ini, mitra tidak hanya menjual produk di gerai Homart, tapi juga menyuplai produk pada mitra-mitra Homart di sekitarnya.
Melihat renyahnya bisnis minimarket, Yonathan mematok target 30 gerai baru hingga akhir tahun. Bahkan tahun depan, ia berambisi untuk membuka 300 gerai. "Nanti di tiap kecamatan di Jawa Timur, saya akan buka Homart," katanya.
Untuk mewujudkan ambisinya itu, Yonathan telah bekerja sama dengan salah satu bank. Tujuannya, agar mitra Homart dimudahkan dalam peminjaman modal. "Saya mau memastikan Homart tidak mematikan usaha-usaha kecil di sekitarnya, tapi malah membantu," tambah dia
CBD Mandiri
Sama dengan dua minimarket sebelumnya, bisnis ritel yang bernaung di PT Cipta Bina Daya (CBD) Mandiri ini juga melesat. Dalam waktu setahun terakhir, kemitraan ini berhasil bertambah sebanyak 10 gerai di beberapa wilayah Indonesia.
KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini pada November 2012. Kala itu, baru ada 50 gerai. Sekarang sudah menjadi 60 gerai yang tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatra. "Penjualan produknya tidak jauh dari apa yang dibutuhkan orang-orang, makanya prospek bisnis ini masih bagus," ujar Francy Muaya, pemilik CBD Mandiri.
Francy mengklaim, bisnisnya berkembang karena biaya investasi yang terbilang murah. Dia menilai, berbeda dengan minimarket lain yang mematok biaya investasi yang besar dengan tenggat balik modal yang cukup lama. "Kami lebih murah, mudah dan balik modalnya hanya 1,5-2 tahun," klaimnya.
Berbeda dengan tahun lalu, Francy mengatakan sudah merubah paket Investasinya. Yang pertama untuk ministore, paket investasinya berkisar sekitar Rp 70 juta, mitra mendapatkan perlengkapan toko beserta barang dagangan awal, pelatihan karyawan, dan sistem operasional beserta peranti lunak (software) pengelolaan bisnis ritel.
Sementara untuk paket minimarket dihargai mulai Rp 150 juta-Rp 250 juta. Mitra mendapatkan fasilitas yang sama dengan jumlah yang lebih banyak. Minimarket membutuhkan tempat dengan luas sekitar 4 m x 12 m.
Terakhir, paket grosir atau swalayan yang dibandrol mulai dari Rp 300 juta hingga Rp 500 juta. Luas tempat yang perlu disediakan mitra mulai dari 8 m x 15 m. "Ditambah lagi dengan inovasi terbaru. Jadi, di setiap minimarket akan disediakan fasilitas hotspot," katanya.
Francy berencana mencari partner bisnis dalam mengembangkan manajemen. Ia akan membuat toko tradisional lokal dan akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan bank. "Kami akan membuat toko swalayan seperti koperasi," ungkapnya.
Desember tahun ini, CBD Mandiri akan membentuk sistem baru terkait kontrak, tenaga kerja dan manajemen. Diharapkan dengan membentuk sistem baru akan lebih banyak mitra yang bergabung pada tahun 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News