kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45894,02   2,44   0.27%
  • EMAS1.357.000 -0,07%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Komik lokal mulai menggeliat bangkit


Kamis, 21 April 2011 / 12:39 WIB
Komik lokal mulai menggeliat bangkit
ILUSTRASI. JYP Entertainment mengalami peningkatan saham dan grup Stray Kids di bawah naungannya sukses dengan album baru.


Reporter: Gloria Natalia, Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Di tengah serbuan komik asing, komikus lokal muda terus bermunculan. Karya-karya mereka bergenre silat, superhero, dan humor dengan mengangkat cerita kehidupan masa kini. Komik-komik kontemporer itu pun berhasil melengkapi kehadiran komik lawas.

Sampai saat ini, Wahyu Hidayatz, salah satu komikus lokal, sudah meluncurkan empat buku komik. Dua komik karya sendiri, sisanya komik kompilasi atau komik yang digabung dengan komikus lain.

Komik pertama Wahyu yang berjudul Understanding Love, keluar tahun 2009 dan diterbitkan Cendana Art Media. Di tahun yang sama, ia juga menerbitkan Brasta Seta, komik silat komedi 216 halaman.

Komik ini bercerita tentang seorang pendekar zaman dulu yang sulit serius dan mudah jatuh cinta. "Saya dapat ide dari film-film silat kegemaran saya, seperti Pendekar Rajawali," kata pria 31 tahun ini. Adapun komik kompilasinya, yakni Cintaku Tertambat di Facebook, dibuat oleh 16 komikus termasuk Wahyu, dan Gilanya Bola.

Menurut Wahyu, saat ini, komik lokal Indonesia tengah bangkit kembali. Buktinya, banyak komik lokal yang beredar di pasar dan makin sering penyelenggaraan acara tentang komik. Selain itu, komunitas pecinta komik lokal juga berdiri.

Komik Indonesia ini bisa mengambil hati pembaca Indonesia karena latar tempat tak jauh dari domisili pembaca. "Komik Indonesia sudah mulai dilirik sejak dua tahun lalu," tuturnya.

Wahyu pun mengambil peluang ini untuk terus memproduksi dan menerbitkan komik. Bahkan, bulan depan, ia akan meluncurkan 101 Peradaban Purba, sebuah komik bergenre humor edukatif.

Senada dengan Wahyu, Heryani Wahyuningrum, salah satu komikus dari Akademi Samali, juga mengatakan, saat ini merupakan era kebangkitan komik lokal Indonesia. "Kami memproduksi berbagai macam jenis komik, mulai dari humor, silat dan horor," ujarnya.

Hasil kreasi Akademi Samali yang banyak mendapatkan respon positif adalah 101 Hantu Nusantara dan 101 Peraturan Konyol.

Menurut Heryani, komik bertema humor lebih disukai saat ini. "Apalagi di Jakarta, karena mayoritas masyarakat suka bacaan yang mudah dicerna," ujarnya.

Komik-komik dibanderol mulai Rp 2.000 hingga Rp 95.000 per komik. Namun, yang paling laris adalah komik berharga Rp 30.000-Rp 35.000. Setiap ada acara, Akademi Samali bisa menjual sekitar 300 eksemplar.

Andy Wijaya, pemilik penerbitan dan penjualan komik PLUS+, menambahkan, supaya bisa diterima pasar, komikus lokal harus membuat cerita sesuai dengan kondisi saat ini. Ia mencontohkan Brasta Seta, komik karya Wahyu, yang dicetak sebanyak 3.000 eksemplar sebagai komik yang bisa diterima pasar.

Yang unik, komik Indonesia justru berkembang dari studio independen. "Industri besar belum bisa menerima komik-komik Indonesia ini," kata Rully Andreas, pemilik toko komik Kalyana, di Plaza Semanggi, Jakarta.

Tak ketinggalan, komik zaman dulu juga mengalami cetak ulang. Sebut saja, Si Buta dari Gua Hantu dan serial Manggala. "Banyak yang hunting ke toko saya, hingga jadi tempat ngumpul kolektor komik," ujarnya.

Setelah empat tahun membuka toko, kini Rully pun bisa memetakan konsumen komik. Pertama, para kolektor yang tak mau menyentuh komik cetak ulang. Kolektor ini rela merogoh kantongnya hingga jutaan rupiah demi komik cetakan tahun 1960-an hingga 1970-an. Harga komik ini berkisar Rp 100.000 sampai Rp 400.000 per set.

Kedua, penggemar komik cetak ulang yang ingin menyegarkan kembali ingatannya tentang cerita komik zaman muda dulu. PLUS+ pun sudah mencetak ulang 20 judul komik. Yang paling banyak terjual adalah Mahabharata dan Bharatayuda karya Teguh Santosa. Andy mencetaknya hingga 3.000 eksemplar.

Dalam sebulan, Rully bisa menjual 100 hingga 200 komik. Pemburu komik ini biasanya orang tua yang sering mengajak anaknya untuk mengenali komik Indonesia. "Mereka belikan anaknya Panji Semirang, Mahabharata, dan Lutung Kasarung," kata Rully.

Di kiosnya, di Plaza Semanggi dan ITC Kuningan, Andy memanen banyak penjualan komik wayang dan silat. "Penjualan komik untuk kolektor mencapai 50 hingga 60 eksemplar per bulan," katanya. Satu buku minimal berharga Rp 200.000. Alhasil, dengan geliat komik lokal ini, semoga, para komikus lokal makin tertantang berkreasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×