kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Yuk, berinvestasi di komik lawas lokal dan asing


Selasa, 02 November 2010 / 10:55 WIB
Yuk, berinvestasi di komik lawas lokal dan asing
ILUSTRASI. ilustasi belanja ritel


Reporter: Syamsul Ashar, Dian Pitaloka Saraswati | Editor: Tri Adi

Membaca komik memang mengasyikkan. Dan, ternyata keasyikan hobi masa kecil itu juga bisa mendatangkan untung. Benar, lo, ada beberapa komik yang bisa mendatangkan laba tinggi dan memiliki prospek kenaikan harga di masa mendatang.

Booming harga komik terjadi pada kurun 2002–2007. Situs www.comicpriceindex.com mencatat, rata-rata komik berumur sekitar 25 tahun yang tercatat dalam Silver Age Comic Price Index (SPCI) telah mendatangkan gain 39% sepanjang 2002–2006 atau rata-rata sebesar 9,75% per tahun. Laba investasi komik ini mencapai puncak pada Januari–September 2007. Selama periode tersebut, kenaikan harga bisa mencapai 10,5%. Sayang, masa keemasan komik mulai redup setahun kemudian. Sepanjang tahun 2008, kenaikan harga komik hanya 1,5%.

Ada tiga komik yang mendatangkan gain paling besar pada masa itu: Amazing Spiderman yang mencatatkan gain 12,7%, Fantastic Four memberi gain 7,9%, serta X-Man yang mencatat laba 7,2%. Sayang, data SPCI tidak lagi ter-update sehingga cuma bisa menampilkan pergerakan harga hingga akhir 2008.

Padahal, harga komik lawas sepanjang tahun ini mencatat pertumbuhan yang lumayan jangkung. Komik-komik yang mengalami kenaikan harga tersebut umumnya terbitan Marvel dan DC.

Terlepas dari keuntungan yang datang dari komik, alasan utama seseorang pertama kali membenamkan duit pada buku-buku komik lawas bukan untuk memburu laba. Sebagian besar investor komik adalah mereka yang mencintai buku cerita bergambar itu sebagai koleksi. “Buku komik adalah bagian dari nostalgia dan memiliki penggemar yang khusus,” ujar Anton Utomo, penjual buku antik dan pemilik Toko Buku Anelinda di kawasan Serpong, Tangerang. Anton mulai mengumpulkan komik sejak 1998.

Lain halnya dengan pendapat Andi Widjaja. Andi setuju bahwa komik bisa menjadi instrumen investasi yang menarik karena memang penggemarnya sangat banyak. Andi adalah salah satu penggemar komik tua Indonesia yang memulai memutar duit di komik jadoel sejak enam tahun silam.

Selama enam tahun ini, Andi merasakan ada kenaikan harga komik yang tergolong tidak wajar. Ia mencontohkan, ada komik lawas yang enam tahun silam dia beli dengan harga cuma Rp 6.000 per eksemplar. Beberapa bulan lalu, komik yang sama bisa dia lepas dengan harga Rp 200.000 alias naik hingga 33 kali lipat.

Tak pelak, Andi yang gemar mengoleksi buku sejak berumur 10 tahun ini lantas memantapkan diri untuk membenamkan modal lebih besar di bisnis buku. Kini ia mengoleksi sekaligus memutar duitnya di Toko Buku Anjaya yang berlokasi di Mal Ambasador, Jakarta.

Sensasi lain mengoleksi komik klasik dirasakan oleh Fajar Widhianto, Fajar mengaku masih gemar berburu komik lawas dari berbagai daerah seperti Solo, Magelang, Malang, atau Surabaya. Ia mulai mengumpulkan komik lawas seharga ribuan, belasan ribu, puluhan ribu, hingga ratusan ribu rupiah.

Dalam perburuannya, Fajar lebih menggandrungi jenis komik yang bergenre roman. “Soalnya, waktu kecil saya penasaran pada komik-komik roman karena belum boleh membacanya,” kata Fajar.

Karena masih asik berburu, dia belum berpikir untuk menjual hasil perburuannya. Ia berharap komik koleksinya sekarang bisa menjadi investasi yang mendatangkan gain tinggi. “Sayang kalau harus melepas hasil perburuan sekarang, apalagi koleksi saya belum banyak yang dobel sehingga bisa dilepas,” kata Fajar merendah.

Komik klasik

Salah satu komik lokal yang saat ini bisa mendatangkan gain lumayan bagi pemiliknya adalah komik Wayang Purwa karya Adisoma dan Mahabarata karya RA Kosasih. Jika Anda memiliki dua jenis komik terbitan 1950–1960-an itu dalam kondisi bagus, Anda bisa mendapatkan penawaran tinggi.

Simak saja pengalaman Anton Utomo. Ia mendapatkan buku komik Mahabarata satu set lengkap yang berisi 13 buku pada 1998. Saat itu dia memboyong komik ini dengan harga Rp 100.000. “Sekarang sudah ada yang membayar Rp 4 juta untuk satu set,” kata Anton.

Harga komik wayang menjadi mahal antara lain karena relatif lebih langka ketimbang komik lain. Setiap judul komik wayang hanya di cetak sebanyak 500 eksemplar sampai 1.000 eksemplar saja. Jadi, hukum pasar pun berlaku.

Komik klasik tidak sebatas pada komik serial wayang. Anton mulai mengerti bahwa komik dalam negeri bisa mendatangkan gain tinggi, terutama komik terbitan tahun 1960-an. Selain komik karya R.A. Kosasih, komik lain yang harganya sudah melambung adalah komik Medan karangan Taguan Harjo yang terbit pada 1962. Tiga jilid komik Medan ini bisa terjual seharga Rp 1,5 juta.

Andi Widjaja lebih menggemari komik-komik klasik yang berisi cerita dongeng tanah melayu. Misalnya, Ratu Karimata atau Putri Hijau. Pada 2005 silam, ia membeli buku komik terbitan 1950–1960-an ini dengan harga hanya Rp 20.000–Rp 50.000. Sekarang harga komik yang sama sudah melonjak minimal menjadi Rp 300.000, walau dengan kualitas grade B-C alias tak mulus lagi.

Koleksi paling spektakuler milik Andi adalah komik berjudul Wiro Anak Rimba yang dicetak sekitar tahun 1956, karangan Kwik Ing Hoo. Harga 10 jilid komik ini minimal
Rp 10 juta. Andi mengumpulkan serial komik ini sejak enam tahun lalu dengan harga per jilid sekitar Rp 20.000–Rp 50.000. Harga komik ini melonjak mahal lantaran cetakan pertamanya hanya 3.000 eksemplar.

Komik karya penulis dan artis lokal lain yang juga menjadi favorit dalam khasanah komik klasik Indonesia adalah karya -karya Kho Wan Gie, Zam Nuldyn, Jan Mintarga, Teguh Santosa, serta Wid N.S. Keunikan komik zaman dulu itu terletak pada cara pembuatan yang sangat manual. Naskah-naskah komik masih digambar dengan tangan pada kertas kalkir. Kualitas cetakan pun ala kadarnya.

Gain lebih cepat

Memasuki tahun 1970, komik lokal makin berkembang. Si Buta dari Goa Hantu karya Ganes T.H., Panji Tengkorak hasil coretan Hans Djaladara, dan seri komik silat lain sempat booming. Komik-komik terbitan era ini malah banyak diadaptasi ke film layar lebar pada 1980-an.

Menuju tahun 1990-an komik lokal mulai terseok bersaing melawan komik asing yang disadur ke dalam bahasa Indonesia. Gempuran komik Jepang terbitan Elex Media Komputindo menyebabkan komik lokal perlahan sekarat. “Pada tahun itu, komik-komik terbitan tahun 1960-an dan 1970-an seperti barang loak saja, dibuang, dan harganya cuma seribuan,” kata Andi.

Meski begitu, ada juga komik lokal yang mampu bersaing melawan komik asing. Salah satunya adalah Caroq, karya Ahmad Thoriq yangt terbit pada 1995. Caroq hanya diproduksi dua kali, yaitu pada 1995 dan 1996. Edisi pertama berjudul Bayangan Pengintai hanya diproduksi sebanyak 3.000 eksemplar. Edisi kedua berjudul Si Bengis yang hanya dicetak sebanyak 10.000 eksemplar.

Fajar mengungkapkan pada sebuah lelang online yang diadakan komunitas pencinta komik awal Oktober 2010, satu seri Caroq laku Rp 875.000. Keunggulan produk ini adalah memiliki goresan dan warna yang sangat tajam seperti layaknya komik asing terbitan Marvel maupun DC. Karena itu, dua edisi Caroq cepat ludes di pasaran. Fajar yakin, ke depan harga Caroq bisa naik terus.

Saat ini muncul kabar Caroq edisi ketiga akan segera terbit. Entah sampai di mana kebenaran kabar itu, yang jelas kabar ini akan merangsang keingintahuan pembaca terhadap edisi-edisi Caroq yang sudah terbit sebelumnya. Para pemilik Caroq bisa tersenyum.


Hati-hati koleksi komik

Anda tertarik pada sisi investasi komik? Kalau iya, satu hal yang patut Anda camkan: sampai saat ini tak ada patokan harga komik lokal. Kalau seseorang menganggap sebuah komik layak koleksi, dia cenderung membayar berapa pun harga yang diminta penjualnya.

Komik asing yang baru tak kalah menarik untuk investasi, terutama komik terbitan 1999– 2000. Komik Green Lantern terbitan Marvel, misalnya. “Saya belanja Green Latern seharga Rp 30.000. Dalam tiga bulan saja, harganya naik dua puluh kali lipat menjadi Rp 600.000,” kata Andre Hendra, seorang kolektor komik.

Hariyanto, kolektor komik yang juga pemilik toko komik P&J Hobby Shop di Kelapa Gading Jakarta Utara, juga merekomendasikan komik asing bagi mereka yang ingin berinvestasi. “Harga komik asing terbitan 1990-an kini bisa naik dua-tiga kali lipat, terutama komik-komik yang dibuat dengan jumlah edisi terbatas,” katanya.

Harga komik-komik limited edition terbitan Marvel dan DC Comics memang mahal. Hariyanto memiliki beberapa koleksi yang telah mendapat sertifikasi dari Certified Guaranty Company (CGC). Untuk memesan komik ini, para pedagang harus order langsung ke penerbit dengan menyetor deposit US$ 500 untuk pembelian 10 buku. Para kolektor bisa langsung order ke distributor resmi Diamond Comic. Harga komik limited edition antara US$ 50 hingga US$ 500 per eksemplar.

So, Anda tertarik menyemai modal dalam wujud komik?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×