kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.000,58   6,98   0.70%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konsep gerobak dan layanan digital jadi jurus bertahan UMKM di masa pandemi


Sabtu, 24 Juli 2021 / 10:15 WIB
Konsep gerobak dan layanan digital jadi jurus bertahan UMKM di masa pandemi


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak bidang usaha berguguran saat pembatasan mobilitas masyarakat. Tapi, tak sedikit UMKM sektor makanan dan minuman yang justru bisa memanfaatkan celah usaha di tengah penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Ambil contoh, Tahu Go, gerai berbentuk gerobak yang menjual tahu goreng besutan PT Otewe Maju Bersama. Menurut Akhdan Habibie Darwis, Media and Marketing Communication Otewe Maju Bersama, justru, Tahu Go lahir saat awal pandemi virus korona melanda Indonesia.

Keberanian Otewe Maju Bersama merintis usaha Tahu Go karena konsep penjualan yang simpel. Yakni, berjualan tahu goreng menggunakan gerobak. "Kami tidak menyediakan tempat makan dan orang merasa aman, makanya kami berani," kata Akhdan kepada KONTAN, belum lama ini.

Konsep bisnis Tahu Go yang simpel ini pun bertaji. Apalagi, Tahu Go juga langsung memanfaatkan layanan digital untuk penjualan online. Target penjualan yang Otewe Maju Bersama patok untuk setiap gerobak rata-rata 1.000 tahu per hari selama pandemi berlangsung pun tercapai, termasuk saat PPKM.

Baca Juga: Mau jualan kopi keliing ala barista bisa gabung Jago Coffee

Hasil yang menjanjikan tersebut membuat gerai Tahu Go makin berkembang pesat. Apalagi, sistem kerjasama yang Otewe Maju Bersama tawarkan dalam bentuk kemitraan.

Hingga kini, ada 500 outlet Tahu Go yang tersebar di Jawa dan Bali. Tahu Go pun berencana memperluas ekspansi ke luar Jawa, terutama Sumatra.
Tak mau kalah, kedai kopi yang mengusung konsep gerobak, Jago Coffee juga bisa bertahan di masa pandemi Covid-19.

Menurut Yoshua Tanu, Co-Founder dan Chief Executive Officer Jago Coffee, dengan skema bisnis yang diusung, menerima pesanan dari aplikasi Jago Coffee atau platform digital lainnya, penjualan Jago Coffee cuma turun 10% saja saat penerapan PPKM.

Sedangkan di awal pandemi, penjualan Jago Coffee sempat melonjak 30% dibanding sebelum pagebluk korona.

"Kunci utama agar bisa bertahan di PPKM darurat adalah dengan menggencarkan pemesanan online, dengan menawarkan berbagai promo untuk menarik konsumen,” ungkap Yoshua kepada KONTAN.

Upaya lain yang Jago Coffee lakoni adalah dengan memberikan penawaran khusus kepada konsumen yang memesan. Yakni, mendatangkan langsung gerobak Jago Coffee di depan rumah konsumen.

Melihat pengalaman para pebisnis tersebut, Muhammad Furqon Ardhy Waspada, pendiri gerai minuman Dawet Kemanyu yang mengandalkan penjualan offline, akan mengajak mitra bisnisnya untuk mulai memanfaatkan penjualan online.

Contoh, mulai mendaftar di platform pemesanan dan pengantaran makanan juga minuman. Lalu, mengajak mitra bisnis mulai belajar pemasaran digital lewat media sosial.  

Selanjutnya: Bangga Buatan Indonesia: Arane Ecoprint andalkan penjualan online dan pameran

  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×