kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kopi robusta Mento menggunakan pupuk bikinan sendiri (2)


Selasa, 08 Maret 2011 / 13:48 WIB
Kopi robusta Mento menggunakan pupuk bikinan sendiri (2)
ILUSTRASI. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kurang tenaga lagi, kemarin. Rabu (12/2/2020), IHSG melemah 0,69% menjadi 5.913,08.


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Petani kopi di Desa Mento, Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah, sudah menggunakan pupuk bokhasi produksi sendiri sejak 2007. Dengan pupuk ini mereka bisa menghemat biaya hingga 15% ketimbang penggunaan pupuk kimia atau pupuk kandang. Alhasil, para petani pun bisa meningkatkan penghasilan mereka.

Petani Desa Mento tidak hanya berkebun kopi robusta. Mereka juga memelihara kambing. Cuma, dari beternak kambing para petani tak melulu mengharap hasil daging, melainkan juga kotoran sebagai bahan pupuk kompos bohkasi.

Sejak tahun 2007, mereka memproduksi sendiri pupuk bokhasi kambing. “Dari pupuk bokhasi buatan sendiri, kami bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga sebanyak 70%,” kata Heru Prayitno, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Akur II.

Pupuk bokhasi dibuat dengan mencampurkan kotoran ternak yang sudah kering, merang atau kulit padi, bekatul, dan air. Pembuatan pupuk ini membutuhkan waktu hingga empat hari.

Pupuk bokhasi bisa digunakan langsung sebagai media tanam atau dicampur ke tanah supaya dapat menyuburkan tanaman. Petani Desa Mento biasa mencampur pupuk ini ke tanah latuso, tanah tempat menanam kopi robusta.

Penggunaan pupuk bokhasi ini ternyata bisa menghemat pengeluaran biaya pupuk.Dalam perhitungan Heru, pemakaian pupuk bokhasi bisa menghemat Rp 250.000, bila dibandingkan dengan penggunaan pupuk kandang yang harus dibeli.

Bahkan, bila dibandingkan dengan pupuk kimia, seperti Urea dan Triple Super Fosfat (TSP), penghematan bisa mencapai Rp 1,3 juta per tahun. “Dari sisi pendapatan, penggunaan pupuk bokhasi bisa menambah pendapatan 10 % hingga 15 %,” tutur Heru.

Perhitungannya, di atas tanah seluas satu hektare dapat ditanam 1.000 pohon kopi robusta. Setiap pohon bisa menghasilkan 8 kilogram (kg) kopi basah atau 2 kg kopi kering.

Bila harga jual kopi kering Rp 14.000 per kg, seorang petani akan mendapatkan Rp 28 juta atau Rp 2,3 juta bila menggunakan pupuk kimia. Sedangkan, bila petani memakai pupuk bokhasi, pendapatan bisa mencapai Rp 32,2 juta per tahun atau Rp 2,65 juta per bulan. Adapun, bila petani memakai pupuk kandang, ia mendapatkan Rp 1,215 juta per bulan. Nah, ketika mereka beralih ke pupuk bokhasi, pendapatan Rp 1,4 juta per bulan.

Hampir seluruh petani di Dusun Gamplok tak menjual semua hasil kebun kopi. Mereka menyimpannya agar bisa dijual saat harga kopi tinggi. Kopi-kopi yang disimpan dimasukkan ke karung goni kedap udara yang ditutup rapat.

Rata-rata seorang petani di Dusun Gamplok, Desa Mento, memiliki seperempat hektare lahan kopi. Dari tanah seluas itu petani bisa dapat 6 kuintal kopi kering. Hanya, menurut Heru, panen sebanyak itu diperoleh ketika iklim menunjang. “Bila hujan terus, saya khawatir panen tak sukses,” imbuh dia.

Bila kopi sudah dipanen, petani bisa menggunakan tanah kosong sebagai media tanaman tumpang sari. Sengon, pisang, dan cabai menjadi tanaman pilihan pengganti kopi.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×