kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengolah laba dari bisnis kuliner iga bakar


Kamis, 30 Januari 2014 / 14:35 WIB
Mengolah laba dari bisnis kuliner iga bakar
ILUSTRASI. Nanas, makanan yang efektif menurunkan kolesterol dan asam urat.


Reporter: Harris Hadinata, Diemas Kresna Duta | Editor: Tri Adi

Kalau Anda termasuk penyuka penganan daging, Anda mungkin termasuk salah seorang penggemar iga bakar. Makanan yang satu ini memang sangat menggoda. Dengan racikan bumbu yang pas, masakan daging iga sapi bakal membuat lidah bergoyang. Tambah lagi, biasanya daging iga sangat lembut, sehingga terasa meleleh di lidah. Hmm, lezat!

Bukan cuma rasa makanannya yang lezat. Laba dari bisnis kuliner iga bakar ini juga terbilang gurih. Maklum saja, penggemar iga sapi ternyata cukup banyak. Jadi wajar, kalau Anda memperhatikan, sekitar tiga tahun terakhir ini tempat makan yang menjajakan sajian iga bakar bertambah banyak, mulai dari kelas warung, gerai food court hingga restoran.

Harganya pun bisa sangat berbeda-beda. Jangan heran bila melihat di warung iga bakar tertentu seporsi menu iga bakar cuma dilego Rp 38.000. Sementara, di restoran-restoran mewah, harga seporsi penganan yang sama bisa mencapai Rp 150.000. Dahsyat, kan?

Meski harganya berbeda jauh, toh, tiap pebisnis kuliner iga bakar tersebut masih mampu menjaring konsumen. Karena itu, para pebisnis iga bakar yakin bisnis kuliner satu ini masih bisa berkembang.

Salah satu pendorong perkembangan bisnis iga bakar ini adalah pertumbuhan jumlah penduduk kelas menengah atas di Indonesia. Hal ini membuat permintaan makanan berbahan baku daging bertambah. "Kalau dulu banyak yang menganggap daging sapi dan iga itu makanan mahal, sekarang seiring naiknya pendapatan, mereka tidak ragu lagi makan iga," sebut Christian Dotulong, Marketing Dapur Iga, restoran iga bakar asal Bandung.

Apalagi, sekarang banyak tempat makan yang menawarkan olahan iga sapi dengan harga terjangkau. Hal ini juga membuat peminat iga bakar semakin banyak.

Tengok saja kedai iga bakar Teroris yang berlokasi di area parkir Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Meski namanya sangar, toh, pengunjung warung ini selalu ramai, apalagi di malam hari.

Kedai iga bakar ini terutama ramai setelah memasuki jam pulang kantor, yakni sekitar pukul 18.30 WIB–21.00 WIB. Menurut pemilik iga bakar Teroris Donni Setiawan, dalam satu hari, pengunjung di kedai ini bisa mencapai 100 orang. Bahkan, pada akhir pekan atau hari libur, pengunjung Iga Bakar Teroris bisa meningkat hingga dua kali lipat.

Padahal, kedai ini hanya bisa menampung sekitar 20 pengunjung dalam satu waktu. Alhasil, tak jarang gara-gara semua bangku sudah terisi, Donni terpaksa meminjam tempat ke kedai sebelahnya yang kosong.


Pemain sedikit

Buat Anda yang berniat mencicipi gurihnya peruntungan di bisnis kuliner iga bakar ini, masih terbuka peluang. Christian menuturkan, pemain di bisnis kuliner iga bakar ini sebenarnya masih terbatas. "Pemain yang besar juga tidak banyak," sebut dia.

Meski belum punya pengalaman di bisnis kuliner, Anda tidak perlu khawatir. Anda tetap bisa mencoba membuka warung iga bakar. Para pelaku bisnis iga bakar menuturkan, yang penting Anda memiliki tekad yang mantap untuk memulai bisnis ini. "Kalau tidak, dia akan cepat mundur," tandas Christian.

Masih tidak yakin bisa menjalankan bisnis kuliner karena belum punya pengalaman? Mari kita tengok sejarah pembentukan Dapur Iga. Christian berkisah, Dapur Iga ini awalnya dibentuk oleh sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Berawal dari gerai di Jalan Veteran, Bandung, saat ini Dapur Iga sudah memiliki enam gerai di Bandung, Serpong, dan Palembang.

Kini Dapur Iga juga sudah mulai menawarkan waralaba untuk gerainya. Peminat tawaran waralaba Dapur Iga ini cukup banyak, lo. Menurut Direktur Utama Dapur Iga Febi Salam, tahun ini Dapur Iga akan menambah waralaba antara lain di Lampung, Jambi, Surabaya, Yogyakarta, dan Pekanbaru. Saat ini, dari total enam gerai Dapur Iga, tiga di antaranya milik terwaralaba.

Donni juga mengaku tidak memiliki pengalaman sama sekali ketika pertama kali terjun ke bisnis kuliner. Ia berkisah, sebelum berbisnis kuliner ia sempat bekerja kantoran. Di 2009, ia mengundurkan diri. Meski begitu, Donni memang tidak langsung menggeluti bisnis iga bakar. Sebelum masuk ke bisnis iga bakar, ia pernah mencoba berjualan bakso dan tom yam, namun gagal.

Jadi, tidak perlu ragu kalau sudah mantap ingin melakoni bisnis kuliner iga bakar. Cuma, agar bisnis yang Anda geluti bisa sukses, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan.


• Menentukan target pasar

Sebelum memulai berbisnis, Anda sebaiknya juga sudah memiliki konsep siapa target pasar yang bakal Anda sasar. Ini juga akan membantu Anda lebih mudah menentukan lokasi mana yang cocok untuk membuka bisnis, serta varian menu yang ingin ditawarkan. Menentukan target pasar juga akan membantu untuk menentukan konsep tempat makan yang ingin Anda buka.

Pada dasarnya, bisnis kuliner bisa menyasar semua kalangan, mulai pelajar hingga kalangan pekerja. Untuk menu iga bakar, pasar yang paling cocok adalah pasar anak muda dan konsumen keluarga.


• Mencari lokasi

Sama seperti kebanyakan bisnis lainnya, tiga faktor yang wajib diperhatikan oleh orang yang ingin berbisnis kuliner adalah lokasi, lokasi, dan lokasi. Secara umum, lokasi yang baik untuk membuka bisnis kuliner adalah lokasi yang gampang dijangkau pengunjung.

Anda bisa mencari tempat di pinggir jalan yang banyak dilalui orang. Cara ini yang dilakukan oleh Rumah Makan Bu Darojah. Kedai yang memiliki menu andalan sop iga bakar ini berlokasi di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta.

Saking ramainya, kemacetan kerap terjadi di jalan ini. Hal ini justru menjadi berkah bagi Rumah Makan Bu Darojah. Sembari menunggu kemacetan reda, banyak orang yang mampir ke tempat makan ini.

Lantaran rasanya top, banyak orang yang akhirnya sengaja kembali lagi ke warung tersebut untuk menikmati makanan di sana. Bahkan tak jarang di Sabtu malam pengunjung kedai bisa mencapai 200 orang. "Kalau sudah seperti itu ya harap maklum, harus mau mengantre," cerita Saurip, pengelola Rumah Makan Bu Darojah.

Selain gampang diakses, lokasi warung atau restoran juga harus memiliki tempat parkir yang memadai. Asal tahu saja, urusan tempat parkir ini termasuk hal yang penting untuk menarik pengunjung. Anda mungkin pernah berpikir malas makan di restoran tertentu lantaran susah mencari parkir, meski makanannya enak.

Lokasi lain yang cocok untuk membuka bisnis kuliner adalah tempat di mana banyak orang berkumpul, seperti pusat perbelanjaan atawa mal. Kalau mal tempat Anda membuka bisnis kuliner sudah ramai, Anda tinggal berpikir bagaimana menarik pengunjung datang ke restoran yang Anda kelola.

Cuma, membuka bisnis kuliner di mal punya kelemahan. Biaya sewa di pusat perbelanjaan biasanya mahal. Alhasil biaya operasional juga membengkak. Untuk menjaga laba, biasanya pengelola restoran di mal mematok harga jual produk cukup tinggi.


• Variasi menu

Meski para pelaku bisnis iga bakar menilai pemain di bisnis ini belum terlalu banyak, toh, bukan berarti Anda harus santai-santai saja. Agar bisa bersaing dan menarik pembeli, restoran Anda sebaiknya memiliki karakter khusus. Hal ini antara lain bisa diterapkan pada menu yang Anda sediakan.

Mari kita ambil contoh Dapur Iga. Salah satu yang membedakan Dapur Iga dengan restoran iga bakar lainnya adalah, Dapur Iga menawarkan sajian iga bakar dengan berbagai varian pilihan saus.

Sekadar informasi, rata-rata menu standar di restoran iga bakar adalah iga bakar dengan bumbu penyet atau saus BBQ. Di Dapur Iga, ada 11 varian saus yang bisa dipilih pembeli.

Selain iga bakar saus BBQ dan iga bakar penyet, Dapur Iga juga punya menu iga bakar saus padang, saus leci, dan saus tuturuga. Selain itu, juga ada iga bakar saus woku. "Ini adalah menu andalan kami," kata Christian berpromosi.

Yang unik, Dapur Iga mendesain iga bakar saus woku ini dengan lima level rasa pedas. Hasilnya, pembeli menyukai menu ini. "Di Bandung, setengah penjualan iga bakar adalah menu ini," ujar Christian.

Adapun Iga Bakar Teroris menawarkan menu dengan nama yang unik. Salah satu unggulannya iga bakar pedas yang diberi nama RI-1. "Ini hanya branding agar produk iga bakar Teroris mudah diingat pengunjung," kata Donni.

Rumah Makan Bu Darojah memilih membuat menu yang bervariasi. Selain menawarkan sop iga bakar, restoran ini juga menjual menu olahan bebek dan ayam.


• Bahan baku

Hal penting lain yang harus Anda lakukan adalah mencari pemasok bahan baku, terutama iga. Anda bisa mencari pemasok ini lewat internet. Pastikan pemasok ini bisa menjamin kebutuhan bahan baku Anda. Jangan lupa, Anda bakal butuh pasokan dalam jumlah besar, terutama bila restoran Anda ramai pengunjung.

Sekadar gambaran, Iga Bakar Teroris bisa menghabiskan 15 kg–20 kg iga per hari. Dengan asumsi kedai beroperasi selama 30 hari penuh, dalam sebulan konsumsi iga bisa mencapai 450 kg–600 kg.

Dapur Iga bahkan bisa menghabiskan sekitar 900 kg daging per bulan. "Cabang kami di Palembang bahkan bisa lebih banyak lagi," kisah Christian.


• Modal

Tentu saja, Anda harus memiliki modal yang cukup untuk mendirikan bisnis iga bakar ini. Besar modal untuk mendirikan bisnis iga bakar ini bervariasi.

Mari kita tengok pengalaman Donni saat membangun Iga Bakar Teroris. Ia berkisah, ketika memulai bisnis dia harus merogoh kocek Rp 50 juta. Sekitar Rp 30 juta ia gunakan untuk membeli peralatan masak dan perlengkapan restoran lainnya, termasuk bangku, meja dan tenda. Untuk membeli bahan baku awal, saat itu ia harus mengeluarkan duit Rp 8 juta. "Untuk sewa tempat sekitar 12 juta," kisah dia.

Bandingkan dengan Rumah Makan Bu Darojah. Menurut Saurip, ia mengeluarkan dana sekitar Rp 100 juta saat pertama kali mendirikan gerai. Pengeluaran terbesar saat itu untuk menyewa tempat, yakni sekitar Rp 40 juta.

Berapa besar sih omzet rumah makan yang menawarkan menu iga bakar ini? Saurip mengakui, omzet Rumah Makan Bu Darojah dalam sebulan bisa lebih dari Rp 100 juta. Cuma ia menolak membeberkan lebih detail lagi.

Sementara cabang Dapur Iga di Bandung bisa memperoleh omzet sekitar Rp 120 juta per bulan. "Untuk cabang yang di Palembang bisa lebih banyak, sekitar Rp 150 juta," kata Febi. Dengan hitungan tersebut, Febi menuturkan, satu gerai Dapur Iga bisa memperoleh margin sekitar 15%–25% per bulan.

Satu hal lagi yang penting, selain rasa, pebisnis kuliner harus bisa menjaga pelayanan dan kebersihan. "Kalau sudah memenuhi faktor itu, kenapa harus takut bisnis?" cetus Saurip.

Tertarik mencicipi gurihnya bisnis iga bakar?     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×