Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Sidik jari menyimpan segudang misteri. Bahkan, sidik jari bisa menggambarkan bagaimana bakat dan karier seseorang ke depan. Untuk bisa mengetahui bakat tersebut, salah satu lembaga bimbingan belajar tertua di Indonesia, Primagama, pada 2008 lalu, melakukan kerja sama dengan Comecare Internasional Pte. Ltd Singapura. Kongsi ini menyelenggarakan program Dermatoglyphics Multiple Intelligence (DMI) berupa fingerprint test atau tes sidik jari.
DMI dipercaya bisa menggambarkan potensi dan bakat yang dimiliki setiap individu. Sebab, dengan metode dan alat yang telah dikembangkan, DMI bisa mengetahui persentase kemampuan otak kanan dan kiri yang berperan dalam talenta dan karsa, termasuk logic mathematic, linguistic, intrapersonal, interpersonal, visual spatial, bodily kinesthetic, musical, dan naturalist dalam pembentukan cipta dan rasa seseorang.
Teguh Sunaryo, Direktur DMI Primagama Indonesia, mengatakan bahwa metode yang dikembangkan Primagama ini bukan ramalan. Namun, upaya membaca peta potensi diri seseorang. Metode itu dapat diterapkan bagi pelbagai kalangan, mulai dari siswa prasekolah, seperti playgroup dan TK, pelajar SD, SMP, serta SMA, hingga mahasiswa, guru, dosen, politikus, dan masyarakat umum lain.
Dengan biaya yang relatif murah, yakni Rp 1 juta, seseorang bisa memeriksakan sidik jarinya untuk mengetahui bakat-bakat terpendam yang dia miliki. "Ia juga akan mendapat konsultasi dan bimbingan, kapan pun selama seumur hidup," ujar Teguh.
Ada 220 mitra
Menimbang minat masyarakat akan layanan ini yang begitu besar, DMI Primagama menawarkan kemitraan usaha. Alhasil, hingga kini, mereka sudah menjaring 220 mitra dari seluruh Indonesia.
Untuk bisa menjajal usaha ini, calon mitra harus menyediakan investasi awal sebesar Rp 100 juta. Dengan investasi itu, calon mitra akan memperoleh hak penggunaan merek DMI Primagama selama lima tahun. Selain itu, calon mitra juga akan mendapat perlengkapan berupa satu laptop, satu scanner sidik jari, satu kamera, satu kaca pembesar, CD input sampel sidik jari, alat-alat pemasaran, dan perangkat administrasi.
Selain harus membayar investasi pertama, mitra juga harus menyetorkan dana bagi hasil tiap bulan. Untuk 125 orang peserta tes tahap pertama, mitra hanya menyerahkan bagi hasil sebesar Rp 125.000 per orang ke DMI Primagama pusat di Yogyakarta. Namun, setelah jumlah peserta tes melampaui 125 orang, mitra wajib membayar bagi hasil sebesar 50% atau Rp 500.000 per orang.
Perihal tempat usaha, DMI Primagama pusat meminta agar lokasi dekat dengan keramaian, seperti sekolah atau rumahsakit. "Minimal harus ada dua ruangan, berupa ruang tunggu dan ruang konsultasi," kata Teguh.
Dengan asumsi ada 50 peserta tiap bulan dan setiap peserta membayar Rp 1 juta, omzet mitra bisa mencapai Rp 50 juta per bulan. Dengan asumsi itu, waktu balik modal hanya sekitar 3 bulan. Calon mitra akan mendapat pembebasan biaya perpanjangan kemitraan jika dalam 5 tahun belum balik modal.
Amir Karamoy, Ketua Dewan Pengarah Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali), melihat tawaran bisnis ini bagus. "Sasaran layanan ini cukup strategis, maka peluang bisnisnya menjanjikan," kata dia. Tapi, ia meminta DMI Primagama berani melakukan pembuktian publik mengenai keakuratan metodenya. Jangan sampai masyarakat mengecap ada kebohongan publik.
DMI Primagama
Graha Pogung Lor
Blok 2,3,4 Lantai 1
Ring Road Utara
Yogyakarta
Telp. (0274) 625168
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News