kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.891.000   25.000   1,34%
  • USD/IDR 16.440   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.084   43,98   0,62%
  • KOMPAS100 1.029   8,39   0,82%
  • LQ45 802   5,72   0,72%
  • ISSI 223   1,45   0,66%
  • IDX30 418   3,55   0,86%
  • IDXHIDIV20 499   7,62   1,55%
  • IDX80 116   0,93   0,81%
  • IDXV30 119   2,44   2,09%
  • IDXQ30 137   1,14   0,84%

Laba datang dari alas setrika busa


Rabu, 19 Oktober 2011 / 15:28 WIB
Laba datang dari alas setrika busa
ILUSTRASI. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,21% pada Jumat (4/12). IHSG tertekan saham-saham big cap yang melemah.


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Alas setrika jelas kebutuhan penting dalam keseharian kita. Namun tak semua alas setrika bisa terbeli. Nah, dua produsen di Kudus bikin alas setrika murah dan praktis yang terbuat dari busa. Alas ini laris manis di pasaran. Buktinya produsen mampu menangguk omzet hingga sebesar Rp 30 juta per bulan.

Menyetrika pakaian adalah rutinitas sehari-hari, baik bagi yang sudah berumah tangga atau belum. Mulus atau licinnya pakaian yang disetrika bukan hanya bergantung pada kualitas setrika yang digunakan melainkan juga dipengaruhi oleh alas yang setrika yang dipakai. Nah, membuat alas setrika ini mampu mendatangkan duit nan lumayan.

Rusdiyanto, pemilik CV Venus Internusa di Kudus, Jawa Tengah, sudah membuktikan bahwa membuat alas setrika bisa menjadi sandaran hidup. Dia sudah memproduksi alas setrika sejak tahun 2009.

Ide berbisnis alas setrika ini muncul setelah membeli alas setrika yang mahal harganya. Bukan cuma mahal, bentuk papan setrika yang ada kurang praktis dan tak cocok untuk kalangan rumah tangga menengah ke bawah dan para anak kos. "Padahal jumlah mereka sangat besar," tutur Rusdi, begitu dia biasa disapa.

Rusdi menjelaskan, alas setrika yang dibuatnya dengan bahan baku busa ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan alas setrika yang terbuat dari kayu atau besi. "Busa cenderung antipanas dan antilengket sehingga aman untuk pakaian," ucapnya.

Pria berusia 40 tahun ini menambahkan, kelebihan lain dari alas setrika yang mirip matras ini adalah praktis karena bisa dilipat dan tak memakan ruang. Dan yang paling penting, harganya pun terjangkau semua kalangan.

Saat ini Rusdi hanya menjual alas setrika dengan satu ukuran yakni panjang 90 cm dan lebar 48 cm dengan ketebalan 1,7 cm. "Kami menjualnya Rp 25.000 per lembar, bandingkan dengan alas setrika di pasaran yang harganya di atas Rp 50.000," ujar Rusdi.

Dalam sebulan, Rusdi mampu menjual alas setrika sebanyak 1.000 lembar dengan omzet Rp 25 juta. "Mayoritas pengguna produk kami adalah anak kos dan pesantren," jelasnya.

Ia bilang meskipun kini pemain di bisnis ini sudah banyak namun permintaan juga terus meningkat. Maklum, alas setrika berbahan baku busa lebih laku karena dianggap juga mampu menyerap basah. "Terutama saat musim hujan, permintaan bisa melonjak 20%," ungkap pria yang juga menjual berbagai peralatan rumah tangga ini.

Menurut Rusdi, musim hujan menjadi saat tersulit bagi banyak orang saat menyetrika pakaian. "Karena banyak cucian yang tidak kering secara maksimal. Dan pakaian yang tidak kering jadi tidak berbau kalau disetrika karena rongga busa alas setrika dapat menyerap aroma itu," terang Rusdi.

Tentu tak hanya Rusdi yang memproduksi alas setrika. Orang Kudus lainnya yang berbisnis alas setrika adalah Khairul Afif, pemilik usaha Mahkota Jaya. Dia mulai berbisnis alas setrika sejak 2008 silam. Khairul pun sudah menikmatinya keuntungan sebagai produsen alas setrika dari busa.

Dalam sebulan, lelaki berusia 33 tahun ini mampu menjual sekitar 800 unit papan alas setrika dengan harga Rp 20.000 per unit. Jumlah ini belum termasuk pasokan yang dikirim ke distributor sebanyak 750 unit yang dilepas dengan harga yang sama tiap bulan. "Kami memiliki tiga distributor yakni di Solo, Semarang, dan Yogyakarta," ujarnya.

Dari usaha ini, Khairul bisa menangguk omzet hingga sebesar Rp 25 juta sampai

Rp 30 juta per bulan dengan keuntungan bersih sebesar 15%. "Pelanggan saya sebagian besar berada di Jawa," terangnya.

Seperti halnya Rusdi, Khairul juga mengakui peningkatan permintaan alas setrika ini meskipun jumlah pesaingnya semakin banyak. Hanya saja, yang memberatkan Khairul adalah kenaikan harga bahan baku busa.

Pabrik busa langganan Khairul di Surabaya saban tahun menaikkan harga busa rata-rata sebesar 10%. "Tapi sejauh ini itu masih bisa ditutupi dari hasil keuntungan penjualan yang belum saya naikkan," pungkas Khairul.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×