kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Laba empuk nan melar lewat usaha gelang karet


Jumat, 13 Desember 2013 / 15:14 WIB
Laba empuk nan melar lewat usaha gelang karet
ILUSTRASI. Harga Saham Ini Hanya 300-an, Tapi Pembayaran Dividen Capai 35. KONTAn/Muradi/2014/12/25


Reporter: Sri Sayekti | Editor: Tri Adi

Makin maraknya grup musik luar negeri yang pentas di Tanah Air rupanya mengalirkan rezeki bagi pelaku usaha gelang karet. Penyebabnya, penyelenggara alias event organizer (EO) konser menjadikan gelang karet sebagai penanda penonton yang telah membeli tiket.

Aliran rezeki ini dirasakan Sutarto, pemilik usaha gelangkaret.com. Rumanigge, pemilik usaha Mahago Merchandise, juga merasakan berkah serupa. Menurut Rumanigge, yang kerap disapa Nigge, larisnya berbagai konser yang digelar di dalam negeri, akhir-akhir ini, turut memperlancar bisnisnya.

Setiap menggelar konser, EO mengorder sekitar 5.000 gelang karet. Berkah pertunjukan tak hanya mengucur dari EO, tapi juga lewat para pedagang kaki lima yang membuka lapak di sekitar area pertunjukan. Para pedagang ini rata-rata memesan 100 gelang sekali pertunjukan.

Pengusaha gelang karet juga ketiban rezeki dari para penggemar sepakbola. Mereka kerap menerima pesanan dari pedagang untuk membuat gelang karet bertuliskan nama klub sepakbola favorit seperti Manchester United, Liverpool, Barcelona, dan Real Madrid.


Amankan pasokan

Usaha gelang karet dirintis Sutarto sejak 2005. Saat memulai, ia hanya bermodal uang Rp 4 juta untuk membeli peralatan berupa mesin finishing dan bahan baku.

Saat itu Sutarto belum memproduksi sendiri gelang karetnya, tetapi bermitra dengan tetangga yang sudah memiliki mesin pembuat grafir. Cara ini memiliki dua kelemahan: kualitas tidak dijaga dan tak ada komitmen waktu pengerjaan. Akibatnya, Sutarto menuai komplain dari pelanggan. Setelah keluar dari perusahaan tempatnya bekerja, pada 2006, Sutarto memutuskan memproduksi sendiri gelang karet. Ia membeli mesin pembuatan grafir seharga Rp 30 juta kala itu.

Mesin itu merupakan mesin yang diperlukan untuk membuat gelang. Adapun bahan baku utama untuk gelang karet adalah karet plus pigmen warna.

Pesanan pun datang dari beberapa perusahaan yang biasanya tengah meluncurkan produk baru. Order untuk keperluan peluncuran produk baru biasanya diterima Sutarto sebanyak 10.000 unit. Tak sampai setahun, usaha gelang karetnya telah balik modal.

Kini Sutarto memproduksi lima jenis gelang karet: gelang timbul (emboss), gelang ceruk (deboss), gelang kancing, dan gelang power balance. Sutarto juga memproduksi gelang dengan variasi baru: gelang besar dengan lebar hingga 30 mm, gelang bening (transparan), serta gelang yang bisa menyala saat gelap.

Harga jual gelang karet ini bervariasi, bergantung pada model dan jumlah pesanan. Jika jumlah pesanan 100, maka gelang karet dijual seharga Rp 5.000–Rp 6.500 per buah. Untuk pemesanan sebanyak 1.000 unit–2.000 unit, banderol harga berkisar Rp 2.500–Rp 3.000. Jika pesanan mencapai 10.000, harga gelang karet akan tergerus.

Pertama kali booming gelang karet, menurut Sutarto, terjadi pada tahun 2010. Kala itu omzet penjualan gelang karetnya mencapai 20.000 per bulan. Saat digelar acara besar seperti sepak bola Piala Eropa, Piala Dunia para pengusaha gelang karet ikut memanen keuntungan. Kini Sutarto mengaku setiap bulan selalu ada perusahaan yang memesan antara 5.000 hingga 10.000 gelang karet.

Lain halnya dengan pengalaman Nigge saat merintis usahanya Mahago Merchandise pada tahun 2008. Nigge mengawali dengan memproduksi gantungan kunci, magnet kulkas, dan label karet.

Ide membuat gelang karet justru datang dari konsumen. Saat itu, banyak konsumen Mahago yang memesan gelang karet. “Mau tidak mau, kami harus mencari cara, mempelajari, dan akhirnya, memproduksi gelang karet sendiri,” ujar Nigge.

Saat itu Nigge merogoh kocek Rp 30 juta untuk modal membeli mesin grafir, meja kerja, oven, elpiji dan bahan baku lain untuk pembuatan gelang karet. Saat mengawali usaha pembuatan gelang karet, Nigge hanya dibantu dua karyawan.

Kini, Nigge mempekerjakan 9 orang karyawan tetap, seorang tenaga administrasi, dan satu tenaga paruh waktu seorang mahasiswa desain. Langkah Nigge pun berbuah manis. Dalam tempo enam bulan usaha gelang karetnya sudah bisa balik modal.


Menyiasati modal cekak

Saat awal usaha gelang karet berjalan order yang datang masih berkisar 30 hingga 50 buah per desain gelang. Kini pelanggan yang order biasa memesan 500 hingga 1.000 buah per desain gelang. Kapasitas produksi Mahago saat ini mencapai 50.000 buah per bulan.

Mahago memberlakukan pemesanan minimal 30 buah. “Order sedikit, tetap kami layani,” ujar Nigge. Mahago Merchandise telah memproduksi aneka model gelang karet sekaligus mengombinasikan berbagai bahan bakunya, seperti kain, plastik dan logam.

Jenis gelang buatan Mahago terdiri dari gelang dengan sambungan dan tanpa sambungan. Gelang dengan sambungan ada 3 varian yakni sambung dengan lem, kancing dan stopper. Sedang gelang tanpa sambungan terdiri dari gelang embos dan gelang motif timbul. Gelang embos terdiri dari embos satu warna dan embos berwarna. Harga jual gelang karet buatan Mahago bervariasi mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 16.500.

Pelanggan yang datang pun beragam, baik dari institusi perusahaan, pendidikan, event organizer dan yang lain. Sistem pemasaran yang diterapkan Nigge adalah beriklan di koran dan juga memanfaatkan sosial media dan juga membuka toko online di situsnya karetunik.com dan mahagoaksesoris.net.

Dari gelang karet Nigge mengaku meraup omzet berkisar Rp 30 juta hingga Rp 40 juta per bulan. Keuntungan yang ia raih dari usaha pembuatan gelang karet berkisar antara 30% hingga 75%.

Menurut Nigge, usaha pembuatan gelang karet masih terbuka bagi pemain baru. Alasan dia, pemain yang ada saat ini masih sedikit. Dia menyarankan modal sekitar Rp 50 juta. Dana itu untuk membeli mesin grafir, komputer, bahan baku, sekaligus biaya marketing.

Jika modal Anda tak sebesar itu, Anda bisa mencari mitra untuk mencetak gelang karet dan Anda tinggal melakukan finishing. Menurut Sutarto, biaya pembuatan gelang Rp 300.000 per satu model gelang dan Anda tinggal memperbanyak sendiri. “Prosesnya mirip dengan mencetak kue,” jelas Sutarto, tanpa memberi keterangan yang detail tentang proses produksi gelang karet.

Gelang karet kini makin banyak variasi bahan, tulisan, dan model-modelnya. Segmen pasar remaja yang merupakan sasaran utama gelang karet ini cukup besar potensinya. Prospek gelang karet makin cerah karena kini banyak komunitas yang anggotanya memilih gelang karet sebagai identitas.

Nah, Anda tertarik menekuni usaha suvenir unik ini?       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×