kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.900.000   26.000   1,39%
  • USD/IDR 16.295   0,00   0,00%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%

Laba segar cabai setelah menjadi manisan


Jumat, 30 September 2011 / 14:33 WIB
Laba segar cabai setelah menjadi manisan
ILUSTRASI. Bursa Asia menghijau


Reporter: Ragil Nugroho, Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Pedas. Itulah rasa cabai. Namun rasa cabai nan pedas itu diolah menjadi manisan berubah menjadi rezeki nan manis. Lihat saja yang dilakukan Nurul dan Ellice. Walaupun sulit untuk memproduksinya, tapi laba bisnis manisan cabai itu bisa mencapai 40% dari omzet.

Walaupun pedas, cabai nyatanya bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. Selain bisa diperdagangkan dalam kondisi segar, bisnis cabai juga bisa berupa cabai giling, abon cabai, hingga berupa manisan cabai.

Peluang bisnis olahan cabai segar itu ternyata sudah dilakukan Nurul Hanifah, pemilik CV Mekar Anugrah di Bogor, Jawa Barat. Nurul sudah tiga tahun ini tekun mengolah cabai segar menjadi manisan cabai. Tentu saja, Nurul berbisnis manisan cabai karena di situ ada laba yang sangat manis. "Margin dari memproduksi manisan cabai bisa 40% dari omzet," terang Nurul.

Nurul mengaku menjual setiap kilogram (kg) manisan cabai seharga Rp 150.000. Saat ramai pesanan, Nurul bisa menjual sebanyak 150 kg manisan cabai dengan omzet mencapai Rp 22,5 juta per bulan. "Kalau dirata-ratakan, setiap bulan, omzet jualan manisan cabai saya sekitar Rp 17 juta," terang Nurul.

Walaupun buka usaha di Bogor, manisan cabai buatan Nurul sudah melanglang buana hingga keluar daerah Bogor. Kini manisan cabai buatan Nurul bisa ditemukan di Jakarta, Bandung, bahkan hingga sampai Semarang, Jawa Tengah.

Kenaikan jumlah pembeli manisan cabai itu terasa belakangan ini. Nurul mengaku, setiap tahun, omzet bisnis manisan cabainya terus bertambah. "Omzet saya tahun ini sudah naik 30% ketimbang tahun lalu," klaim Nurul.

Selain Nurul, ada Alicce Hanafi, pemilik toko Toeniel Manisan, yang juga memproduksi manisan cabai di Surabaya, Jawa Timur.

Alicce sudah mengolah cabai menjadi manisan cabai sejak tahun 2010 lalu. "Awalnya saya bikin manisan terong, terus ikut mencoba manisan dari cabai," jelas Alicce.

Hasil dari coba-coba itu ternyata membawa berkah bagi Alicce. Manisan cabai itu disenangi banyak pelanggannya. Bahkan ada pelanggannya yang dulu terbiasa membeli manisan terong, belakangan beralih membeli manisan cabai.

Saat ini, Alicce bisa menjual sekitar 86 kg hingga 100 kg manisan cabai per bulan. Alicce menjual manisan cabai itu seharga Rp 180.000 - Rp 200.000 per kg. "Kalau secara eceran saya menjual Rp 20.000 untuk 100 gram atau per ons," terang Allice.

Dalam sebulan setidaknya Alicce bisa mengantongi omzet Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Selain menjual manisan cabai, Alicce juga mendulang omzet dari penjualan selai cabai yang terbuat dari air sisa rebusan cabai. "Dalam mengolah manisan cabai, boleh dibilang tidak ada limbah yang terbuang," terang Alicce.

Walaupun laba jualan manisan cabai menggiurkan, namun proses pembuatan manisan cabai cukup rumit dan terbilang panjang.

"Mulai dari membersihkan biji, merebusnya dengan gula sampai proses pengeringan bisa menghabiskan waktu berhari-hari," terang Nurul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×