Reporter: Bambang Rakhmanto, Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi
Virtual tour photography bisa menjadi ajang promosi tempat yang mengedepankan keunggulan lokasi dan ruangan. Karena itu, teknik ini lebih banyak dipakai oleh industri perhotelan, tempat rekreasi, dan restoran. Dengan pemain yang sedikit, bisnis ini masih prospektif.
Promosi merupakan cara yang penting untuk memenangkan persaingan. Selain harus menarik, promosi juga harus bisa mengedepankan isi atau keunggulan sebuah produk. Salah satu promosi yang kini lagi disuka pengusaha adalah dengan memanfaatkan teknik fotografi.
Nah, salah satu teknik fotografi yang biasa digunakan untuk berpromosi adalah virtual tour photography dengan fotografi virtual reality (VR) 360°. Teknik foto ini biasa dipakai untuk promosi via web atau internet dengan menampilkan gambar objek secara menyeluruh atau 360 derajat. Selain melalui internet, media compact disk (CD) juga bisa menjadi alat penyimpan yang efektif.
Jika Anda pengusaha hotel, dengan teknik ini, kamar utama bisa diperlihatkan melingkar secara menyeluruh tanpa putus. Tidak hanya foto dalam ruangan saja yang bisa digarap, teknik ini juga bisa diterapkan untuk pemandangan luar ruangan.
Dengan keunggulan memotret luar ruang yang utuh, virtual tour photography lazim dipergunakan sebagai alat promosi dan tour guide untuk industri perhotelan, resort, tempat rekreasi, dan restoran. "Klien seni fotografi VR 360o tidak terbatas," katan Riefa Istamar, pemilik usaha fotografi idVR360 di Jakarta.
Teknik fotografi ini sejatinya merupakan alat promosi untuk industri barang atau jasa yang membutuhkan informasi ruang sebagai poin penting untuk menarik konsumen.
Selain idVR360, salah satu penyedia layanan virtual tour photography adalah Adi Jaya, pemilik Bali Virtual Tour di Pulau Dewata. Menurut Adi, saat ini sebagian besar klien berasal dari pengusaha perhotelan, pemilik vila, dan realestat.
Mulai berkecimpung di usaha fotografi sejak tujuh tahun lalu, Adi Jaya mengaku sampai saat ini masih fokus menggarap klien-klien di Bali. "Berbeda dengan videografi, virtual tour photography jauh lebih efektif dan murah," katanya.
Karena itu, menurut Adi, respons masyarakat atas jasa ini sangat baik. Dengan biaya Rp 3,5 juta untuk pembuatan satu spot virtual tour photography , dia mengaku bisa memperoleh omzet hingga Rp 20 juta per bulan. Hal itu karena tiap klien bisa meminta sampai 10 spot gambar.
Ia mengatakan, dengan teknik VR 360o dan konsep multimedia interaktif, virtual tour photography mampu membawa konsumen dalam ruangan dunia maya seperti dia berdiri dan ada di dalam ruangan tersebut (immersive). Dia bisa melihat lingkungan di sekeliling ruangan baik di sisi kiri, kanan, belakang, depan, atas atau bawah. Dengan begitu teknik ini berbeda dengan fotografi biasa yang menampilkan satu bidang dua dimensi (2D). "Cukup klik dan drag kusor ke sembarang arah yang diinginkan," ulas Adi.
Teknik ini juga fokus pada pewarnaan dan komposisi gambar. Berbeda dengan foto produk atau model, komposisi virtual tour photography lebih menonjolkan keistimewaan sebuah lokasi. Untuk itulah sebelum merealisasikan pesanan, Adi selalu berdiskusi dengan klien untuk menentukan titik pengambilan gambar.
M. Azhari, pemilik studio Komitu di Bandung, Jawa Barat juga memproduksi virtual tour photography. Melakoni usaha fotografi sejak 2008 lalu, klien Azhari juga datang dari kalangan perhotelan dan museum di Bandung. “Dengan teknik ini calon pengunjung hotel tidak perlu datang langsung untuk melihat kondisi kamar,” urainya. Adapun untuk museum, foto ini akan menjadi petunjuk tempat dan fasilitas.
Dalam satu bulan, Azhari mengaku bisa mendapatkan dua klien dengan omzet per bulan mencapai Rp 8 juta. “Sebenarnya di Bandung fotografer yang menawarkan VR 360o masih sedikit dan bisa dihitung jari,” ujarnya.
Dia berharap teknik virtual tour photography bisa lebih cepat dikenal masyarakat luas, sehingga jumlah klien bisa bertambah lebih cepat. Kini, selain menjaring klien perhotelan dan museum, Azhari ingin meningkatkan segmen pasar hingga ke industri perumahan atau properti yang akan dijual.
Dia yakin, dengan menyasar perumahan omzetnya bisa meningkat. Maklum, bisnis ini memang tidak pernah ada sepinya.
Dengan metode virtual tour photography , akan mampu memudahkan penjual dalam menjajakan tanah atau rumahnya tanpa harus susah payah menjelaskan kondisi rumah yang akan dijual.
Dengan tarif yang lebih terjangkau, menurut Azhari, klien akan memperoleh keuntungan lebih besar. Untuk satu titik pemotretan, Azhari memasang harga di kisaran Rp 1 juta. Untuk satu klien hotel, biasanya dia bisa memotret sampai lima titik lokasi. Untuk setiap satu titik pemotretan, Azhari membutuhkan setidaknya 18-20 frame. "Semakin banyak gambar, maka pixel-nya juga semakin halus," jelasnya.
Hanya dengan jumlah frame yang semakin banyak, konsekuensinya semakin besar juga ukuran file yang dihasilkan. Itu lantaran, foto-foto tersebut harus diambil secara kontinyu agar gambar yang dihasilkan tetap sinkron antara yang satu dengan yang lain.
Untuk merangkai foto hingga utuh itu Azhari membutuhkan waktu pengerjaan sekitar satu minggu. Waktu tersebut selain untuk pengambilan gambar dengan bantuan panoramic tripod head, juga untuk pengolahan gambar dengan software khusus. Perangkat lunak komputer diperlukan untuk menyatukan dan pengaturan gambar, mulai dari pergerakan gambar, hingga pengaturan zoom in dan zoom out.
Pemilik idVR360 di Jakarta, Riefa Istamar memakai software khusus bernama Hugin ataupun PTGui atau Panorama Tools for Graphical User Interface untuk proses penyatuan gambar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News