Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi
Pemerintah Daerah DKI merangkul para pekerja seni sentra karikatur dan lukisan Pasar Baru dan menjadikannya sentra seni resmi. Para pelukis bernaung di bawah Dinas UKM DKI Jakarta. Resminya sentra ini memberi keuntungan bagi para pelukis karikatur. Salah satunya, para pelukis ini aman dari kejaran Satuan Polisi Pamong Praja.
Sebenarnya di Jakarta ada dua sentra karikatur dan lukisan lainnya, yaitu di Glodok dan Melawai. Menurut pemilik Stand Seni 12+ sekaligus Humas Kelompok Pelukis dan Penulis Indah Eko Bhandoyo, kemampuan melukis dan harga lukisan Glodok dan Melawai sama saja. Tapi di dua tempat lain itu selain macet, keamanan tidak terjamin. "Jadi kalau konsumen kasih uang muka, belum tentu besok pelukisnya masih ada di sana. Sementara kalau pelukis di sini tidak akan ke mana-mana," ujar Eko.
Para pelukis banyak mendapat pesanan dari kantor-kantor karena menyandang status resmi pula. Herdie, pemilik Andeng Art Gallery, mengatakan, kebanyakan kantor mengirim ajudan untuk memesan lukisan foto karikatur dari pejabat yang baru diangkat atau sebagai kenang-kenangan bagi pejabat yang pensiun.
Yudi, pemilik Galuh Art Gallery yang juga sering mendapat pesanan lukisan karikatur dari kantor-kantor, menambahkan, umumnya para konsumen lah yang membuat konsep karikatur pesanan. Konsep karikatur biasanya disesuaikan dengan hobi pejabat yang bersangkutan atau dikelilingi oleh para pegawai yang mengucapkan selamat.
Eko mengaku sering mendapatkan pesanan dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). "Biasanya Kemenlu minta dibuatkan karikatur duta besar yang baru diangkat," ungkap Eko yang pernah melukis karikatur duta besar Indonesia untuk Singapura, Kamboja, dan Thailand.
Dia juga pernah mendapat pesanan membuat karikatur pergantian Duta Besar Amerika Serikat (AS) dari Ralph L. Boyce ke Cameron Hume untuk kedutaan besar AS. "Saya juga pernah membuat lukisan foto artis Arumi Bachsin dan kekasihnya Miller," ungkap Eko.
Mantan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara T.B. Silalahi pun pernah meminta Eko membuat lukisan diri untuk dipajang di museum T.B. Silalahi di Pagar Batu, Balige, Toba Samosir, Sumatra Utara.
Lokasi sentra ini yang strategis menjadi keuntungan tersendiri. Istana Negara hanya berjarak sekitar satu kilometer. Menurut Herdie, banyak pengunjung Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) dan kantor yang kemudian menyambangi kiosnya.
Eko menimpali, dia mendapatkan pesanan lukisan dari seorang pejabat Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata setelah sang pejabat bermain ketoprak di GKJ. "Maka dia memesan karikatur memakai kostum ketoprak," ucap Eko.
Yudi juga banyak mendapat pesanan dari pejabat daerah yang mampir setelah rapat di Istana Negara atau Gedung DPR. "Mereka datang ke sini karena sentra ini memang sudah terkenal," ujar Yudi yang mengaku pernah mendapat pesanan dari pejabat pemda Papua.
Pemda DKI Jakarta juga sering mengajak pelukis sentra ini untuk mengikuti pameran. Misalnya pameran Warna Trotoar 1 dan 2 pada tahun 2005 dan 2006 di Taman Ismail Marzuki.
Tahun lalu Pemda juga mengajak para pelukis di sentra ini menggelar pameran memperingati ulang tahun Pasar Baru. "Kalau pameran yang ini karena walikotanya teman SMA salah satu pelukis," ucap Yudi.
Tiap tahun para pelukis juga menggelar pameran di GKJ untuk memperingati hari ulang tahun Jakarta 22 Juni. Kerjasama dengan GKJ ini terbilang sering.
Eko berharap ke depannya pemda akan menaruh para pelukis di bawah naungan Dinas Pariwisata agar para pelukis dapat ikut serta dalam lebih banyak pameran. Ia pun berharap pelukis akan diajak kerja sama menghias gedung-gedung pemerintah dengan karya mereka meski ia meragukan pemerintah mau membiarkan seniman seperti dia dan teman-temannya tumbuh besar. Soalnya pelukis dan seniman teater itu kritis dan tidak bisa dibungkam.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News