Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi
Markisa merupakan buah asli dari Amerika Latin. Namun, buah ini sudah banyak dibudidayakan di daerah tropis, termasuk di Indonesia. Manfaat markisa bagi kesehatan manusia, menjadikannya memiliki nilai komersial yang tinggi.
Markisa memiliki manfaat yang banyak bagi kesehatan karena mengandung beta karoten, potasium, serat, dan vitamin C. Bahkan, buah ini diyakini bisa meringankan penyakit tekanan darah tinggi.
Dengan manfaat dan kesegaran rasanya, tidak salah jika markisa menjadi buah yang digemari masyarakat. Saat ini, markisa banyak dibudidayakan di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Makassar, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Bali.
Selain dikonsumsi langsung, markisa juga bisa diolah kembali untuk sirup dan minuman ringan. Salah satu perusahaan yang memproduksi olahan buah markisa mulai dari sari markisa murni, sirup, hingga markisa beku, adalah CV Surya Lestari di Makassar.
Pemilik CV Surya Lestari, Chairul Anwar Halim, mengatakan bahwa produk sari markisa murni dan sari markisa beku dikhususkan untuk pasar ekspor. "Untuk pasar lokal kami lebih banyak menyediakan sirup markisa," katanya. Dari berbagai produk olahan markisa itu, dia bisa mencetak omzet rata-rata Rp 50 juta per bulan.
Ada juga CV Qualitama Tunas Mandiri, yang menawarkan olahan markisa berupa minuman ringan. Menurut pemilik Qualitama, Zulfi Andri, saat ini produknya hanya didistribusikan di sekitar Sumatera Barat yang dekat dengan pengolahan dan budidaya markisa. Ia berharap, ke depan, distribusi produknya akan lebih luas lagi.
Saat ini, usahanya bisa memproduksi sekitar 1.000 cup per tiga hari dengan harga jual Rp 1.000 ukuran 250 mililiter. Dengan harga jual itu, setiap bulannya Qualitama mengantongi omzet sekitar Rp 10 juta.
Untuk suplai bahan baku, para pebisnis itu mengaku telah bekerja sama dengan kelompok tani. "Biasanya kami memesan markisa setiap minggu," kata Zulfi. Ia telah menjalin kerjasama dengan beberapa kelompok tani, dengan total luas lahan mencapai 80 hektare.
Adapun Chairul menggandeng delapan kelompok tani di Gowa. Total luas lahannya sekitar 100 hektare. Kerja sama bertujuan mengatasi kendala ketersediaan bahan baku. Apalagi markisa adalah buah musiman. "Karena termasuk buah musiman sehingga harganya juga tergantung musim," kata Chairul.
Saat musim panen, harga markisa bisa jatuh di bawah Rp 3.000 per kilogram. "Tapi ketika kosong, harganya bisa naik sampai Rp 15.000 per kilogram," kata Chairul.
Markisa biasanya hanya bisa dipanen setahun sekali. Ketika panen itulah banjir pasokan markisa terjadi. "Kesulitan bahan baku membuat produsen olahan markisa banyak yang hanya buka pas masa panen," imbuh Chairul.
Meski begitu, dia mengaku bisa memproduksi olahan markisa sepanjang tahun. Sebab, ada saja petani yang menawarkan kepadanya. "Sekarang harga belinya sekitar Rp 6.000-Rp 7.000 per kilogram," katanya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News