Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi
Memiliki nama latin Passiflora edulis, markisa merupakan tanaman menjalar seperti juga tanaman anggur. Yang ada di Indonesia biasanya markisa kuning dan ungu. Perlu ketelitian untuk membudidayakannya, terutama soal pasokan airnya.
di Indonesia, ada dua jenis markisa yang biasa dibudidayakan. Yaitu, markisa kuning dan markisa ungu. Buah markisa kuning sering dijual untuk dikonsumsi langsung. Adapun markisa ungu dijual dalam bentuk olahan, seperti sirop dan minuman ringan. Rasanya yang lebih asam menjadikan markisa ungu sangat cocok dijadikan produk olahan.
Agar bisa tumbuh dengan baik, pohon markisa harus ditanam pada wilayah sejuk. Ketinggiannya antara 800 meter di atas permukaan laut (dpl) hingga 1.700 dpl, dengan suhu antara 20 hingga 30 derajat celsius.
Bibit pohon markisa bisa didapat dari persemaian biji buah. Bibit markisa juga bisa diperoleh dengan cara stek. "Jarak tanam antara satu pohon dengan pohon lain sekitar tiga meter," kata pemilik CV Surya Lestari, Chairul Anwar Halim.
Lantaran markisa merupakan tanaman merambat, maka petani perlu membuat para-para ataupun media rambat lain dengan tinggi tiang sekitar dua meter. Di bagian atas dibuat anyaman dari bilah bambu, kayu, atau kawat. Dengan adanya para-para tersebut, buah markisa akan bergantungan sehingga mudah dipetik.
Masa berbuah markisa cukup cepat, yaitu hanya sekitar 3 bulan. Meski begitu, perlu dilakukan berbagai perawatan supaya panen yang dihasilkan bisa maksimal. "Jika ditanam Januari maka di sekitar bulan September atau Oktober pohonnya sudah berbunga," kata Chairul.
Pohon markisa paling produktif saat berusia tiga tahun. Di tahun keempat dan kelima produktivitasnya mulai berkurang. Bahkan, di tahun keenam biasanya sudah tidak berbuah. "Makanya di tahun keempat harus tanam ulang," ujarnya.
Agar hasilnya maksimal, perlu ada pemangkasan daun sehingga nutrisi dari dalam tanah tidak habis. Pemangkasan tanaman juga diperlukan untuk menumbuhkan tunas-tunas baru, tempat munculnya bunga.
Pasokan air juga harus diperhatikan, terutama ketika tanaman mulai berbunga dan berbuah. Pada masa itu, pohon markisa membutuhkan air lebih banyak dari biasanya. Jika pasokan air kurang, maka buah akan menjadi keriput dan gampang jatuh meski belum matang.
Pemilik CV Qualitama Tunas Mandiri, Zulfi Andri, mengatakan, saat ini ada kesalahan mendasar yang sering dilakukan petani. Petani biasanya menunggu markisa jatuh.
Padahal, menurut Zulfi, cara seperti itu tidak boleh. "Tidak perlu sampai jatuh dan terluka," katanya. Karena untuk konsumsi, tingkat kematangan markisa sekitar 70% hingga 80% sehingga bisa dipetik.
Apalagi, markisa termasuk buah klimaterik yang bisa matang dengan cara diperam. "Dalam seminggu, kematangan markisa bertambah dari 60% menjadi 90%," imbuhnya. Buah markisa juga bisa disimpan sekitar 4 hingga 5 pekan pada suhu 7 derajat celsius.
Menurut hitungan Chairul, jika satu pohon markisa menghasilkan 20 kilogram (kg) buah dalam sekali panen dan satu hektare lahan bisa ditanami 400 hingga 800 pohon, maka petani bisa memanen 8 ton–16 ton markisa di atas lahan seluas satu hektare.
Satu kilogram markisa terdiri dari 20 hingga 25 buah, dengan harga Rp 3.000 per kg. Maka, dalam sekali panen petani bisa mencetak penjualan Rp 24 juta hingga Rp 48 juta.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News