kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat penghasil mi sohun legendaris di Klaten (bagian 1)


Sabtu, 06 Juli 2019 / 12:15 WIB
Melihat penghasil mi sohun legendaris di Klaten (bagian 1)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - KLATEN. Klaten tak hanya terkenal dengan kain lurik yang khas. Daerah yang berbatasan langsung antara Yogyakarta dan Surakarta ini juga punya sentra usaha mi sohun yang sudah dikenal luas yang ada di Desa Manjung, Ngawen, Klaten Jawa Tengah.

Saat menyambangi desa tersebut pada awal Juni 2019, pekarangan rumah penduduk dipenuhi mi sohun matang yang dijemur dalam barisan papan kayu. Maklum, sebagian besar penduduk desa Manjung menggantungkan nasib sebagai pembuat mi berwarna putih tersebut.

Rupanya sentra mi sohun di Manjung sudah ada selepas kemerdekaan Indonesia. Adalah Slamet Sumo Suwito yang membawa masuk mi sohun ke Manjung. Sampai-sampai, Mbah Sumo, begitu warga Manjung menyebutnya mendapat gelar sebagai Bapak Sohun.

Kepala Desa Manjung Waliyono memaparkan bahwa di desa tersebut kini sudah ada sekitar 70 usaha pembuatan mi sohun. Dari total penduduk 3.500 jiwa, sekitar 1.000 penduduk menggantungkan nasib di industri mi sohun.

"Desa ini adalah sentra mi sohun sudah turun -menurun. Sudah empat generasi sampai lima generasi dan menjadi mata pencaharian kedua terbesar setelah bertani," kata pensiunan tentara ini kepada KONTAN.

Ini membuat para pekerja yang ada di pusat produksi mi sohun tidak cuma dari warga Manjung saja. Ada yang berasal dari Gunung Kidul serta Sragen. Maklum, sentra mi sohun Manjung ini kini sebagai pemasok mi sohun untuk sejumlah daerah. Tak cuma sekitar Surakarta saja tapi juga daerah Jawa Tengah lainnya, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali hingga Malaysia.

Ambil contoh Dedy Mustafa, salah satu produsen mi sohun di Manjung. Dalam sehari ia sanggup memproduksi sekitar 230 kilogram - 300 kilogram mi sohun. Setelah jadi dalam bentuk kering, ia memasok mi sohun ke sejumlah daerah, seperti Jember, Banyuwangi, Situbondo, Bali, Semarang, dan Yogyakarta dalam beberapa merek. Seperti Cap Kakap, Cap Kapal, Cap Angsa atau Cap Opta. "Minimal pengiriman dua minggu sekali," jelasnya.

Pemain yang lain yakni Kusmanto hanya memasarkan mi sohun hasil produksinya di sekitar Surakarta saja. Tapi ada juga para pengepul yang mengambil mi sohun darinya menjajakan lagi hingga ke Pati dan Semarang.

Dalam sehari, ia sanggup memproduksi 200 kilogram bahan baku sohun yang bisa menjadi 50 kilogram hingga 60 kilo mie sohun. "Saya menjual satu bal sohun (6 kg) sekitar Rp 100.000 per bal," tuturnya.

Sayang, baik Dedy maupun Kusmato tidak merinci omzet yang diraup per bulannya. Yang pasti, upaya Mbah Sumo yang mengenalkan mi yang terbuat dari pati aren ini sudah membuahkan hasil.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×