Reporter: Rizki Caturini, Raymond Reynaldi | Editor: Tri Adi
Dunia musik di tanah air terus berkembang dari waktu ke waktu. Salah satu indikasinya dapat kita lihat dari terus bermunculannya musisi-musisi baru. Dalam beberapa tahun terakhir, format bermusik dengan membentuk grup band, masih merajai pasar musik dalam negeri. Sebut saja beberapa grup baru, seperti ST 12, Wali, atau Armada Band, yang menjelma menjadi idola baru anak muda.
Fenomena ini membuat minat masyarakat terhadap penguasaan kemampuan bermusik tetap tinggi. Harapannya, mereka bisa mengikuti jejak sukses sang idola.
Dus, kondisi itu membuka peluang bagi para pemodal untuk berbisnis di bidang sekolah musik. Maklum, bagi sebagian orang, memperoleh kemampuan bermusik tak cukup hanya dari belajar secara otodidak. Mereka masih membutuhkan lembaga profesional untuk mendukung minat dan bakat musiknya.
Asal tahu saja, modal yang dikeluarkan untuk menjalani bisnis sekolah musik relatif besar. Peralatan musik yang harganya tidak murah, membuat bisnis ini padat modal. Tapi, hal ini tidak menyurutkan para pemodal terjun ke bisnis ini.
Toh, berkecimpung di bisnis ini tidak harus piawai bermusik. Asal punya modal, dengan sistem kemitraan atau waralaba, seseorang bisa menjalankan usaha sekolah musik.
Berikut ini, beberapa sekolah musik di Indonesia yang sudah terbilang mapan. Dalam tulisan kali ini, KONTAN akan mengupas kondisi terkini bisnis beberapa tawaran kemitraan sekolah musik yang pernah kami ulas sebelumnya.
Purwa Caraka Music Studio
Sekolah musik milik musisi kenamaan Indonesia, Purwa Tjaraka, ini telah berdiri sejak 1988. Sekolah ini terus berkembang setelah meluaskan usahanya dengan sistem waralaba sejak 2001.
Ketika KONTAN mengulas bisnisnya pada awal 2008, cabang dan mitra sekolah musik Purwa Tjaraka masih sekitar 64 mitra. Kini, usaha ini sudah memiliki 80 cabang dan mitra. "Sekitar setahun belakangan ini, kami fokus mengembangkan cabang di Kalimantan," uja Purwa Tjaraka.
Kang Purwa, panggilan akrab Purwa Tjaraka, memang enggan memisahkan jumlah antara cabang dan mitranya. Sebab, ia mengaku selalu turut campur dalam urusan manajemen di tiap sekolah musiknya. Kendati, dari sisi permodalan berasal dari mitra bisnisnya. Misalnya, dalam hal pemilihan guru musik.
Hingga kini, paket waralaba sekolah musik Purwa Tjaraka belum ada perubahan. Selain harus memiliki hasrat dalam bermusik dan lokasi strategis, pihak mitra setidaknya harus menyiapkan dana di kantong sekitar Rp 315 juta.
Biaya sebesar itu sudah termasuk biaya franchise Rp 50 juta dan membeli alat musik senilai Rp 65 juta. Berbagai hal lain yang harus disiapkan adalah bangunan sekolah yang memiliki cukup ruang kelas dan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.
Selain biaya investasinya tetap sama, kendala bisnisnya juga tidak berbeda. Yaitu seputar sumberdaya manusia. Kakak kandung penyanyi Trie Utami ini mengaku, masih kesulitan mendapatkan guru musik sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. "Saya turun sendiri untuk menyeleksi guru musik di setiap cabang," kata Kang Purwa.
Selain itu, masalah birokrasi perizinan dari pemerintah yang kurang luwes, membuatnya tidak leluasa bergerak mengembangkan sekolah musik. Padahal, menurutnya, industri kreatif di dunia musik ini sulit berjalan jika sistemnya kaku.
Chic's Music
Tawaran waralaba sekolah musik lainnya datang dari Lembaga Pendidikan Musik Chic's Music. Pemilik Chic's Music, Jemmy Suhadi, merintis bisnis ini setelah melihat peluang bisnis yang cukup besar dari antusiasme musik kalangan anak muda. Bermula pada 1 Oktober 1997, dia mendirikan lembaga pendidikan musik tersebut. Modalnya adalah hasil dari bisnis jual alat musik bekas yang ditekuninya sejak tahun 1989.
Mulai Januari 2007, Jemmy meluncurkan tawaran waralaba Chic's Music. Kini, waralaba lembaga pendidikan musik ini ditawarkan senilai Rp 700 juta dengan jangka waktu lima tahun. "Investasi itu sudah mencakup semua kebutuhan mitra," ujar dia.
Ketika KONTAN mengulas kemitraan ini pada September 2008, total nilai investasi yang mesti dikucurkan calon mitra sekitar Rp 350 juta. Tapi, dana tersebut di luar biaya menyiapkan tempat, alat musik dan alat kantor, tenaga pengajar, serta materi promosi.
Perincian biaya investasi adalah Rp 60 juta untuk membayar franchise fee tiga tahun, Rp 15 juta biaya pelatihan guru dan karyawan selama lima tahun, dan Rp 110 juta biaya penyediaan peralatan musik. Selain itu, Rp 45 juta buat pengadaan alat kantor, Rp 30 juta biaya operasional tiga bulan pertama, dan Rp 90 juta ongkos membangun studio dan mini concert hall.
Ketika itu, perhitungan balik modal yang akan diperoleh mitra hanya dua tahun. Tapi, target balik modal bakal tercapai bila lembaga pendidikan itu mampu merekrut murid rata-rata 200 orang per bulan, dengan biaya kursus Rp 225.000- Rp 275.000.
Jemmy telah memodifikasi tawaran waralaba tersebut. Pasalnya, beberapa mitra sedikit kerepotan menyiapkan kebutuhan memulai bisnis sesuai aturan Chic's. "Karena itu, kami modifikasi paket investasi. Jadi mitra tinggal menyiapkan tempat," katanya.
Kini, Chic's Music memiliki 9 mitra. "Kami sedang berusaha menembus pasar Malaysia," kata Jemmy. Sudah ada tiga calon potensial, tapi masih terbentur aturan di sana.
Sekolah Musik Modern Kawai
Sekolah Musik Modern Kawai (SMKK) berasal dari Jepang. Di Jepang namanya Kawai Piano dan sudah berdiri sejak tahun 1886. Seiring perkembangan zaman, SMMK menyebar ke berbagai negara.
Kendati sudah lama beroperasi di Indonesia, SMMK baru menawarkan konsep kemitraan tahun 2008. Ketika KONTAN mengulasnya pada April 2008, SMMK mengutip biaya kemitraan senilai Rp 50 juta.
Kalau sudah punya tempat sendiri, mitra tinggal menambah Rp 50 juta untuk renovasi dan Rp 100 juta untuk membeli peralatan musik. Jadi, butuh dana Rp 200 juta untuk memulai bisnis ini. "Sekarang pun masih sama," ujar Leslie D. Chandra, Kepala Riset dan Pengembangan Sekolah Musik Modern Kawai.
Hingga kini ada 11 SMMK yang beroperasi di berbagai daerah di Jawa. Enam di antaranya milik mitra. Dalam waktu dekat, gerai SMMK akan bertambah satu di Kemang Pratama, Jakarta Selatan.
Demi mengembangkan sayap bisnisnya, SMMK bakal meluncurkan divisi baru bernama Art Education Center. Divisi ini menawarkan pengajaran seni selain musik. Seperti manga, merangkai bunga, membatik, balet dan yoga. "Ini sebagai langkah diferensiasi," kata Leslie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News