kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Membungkus laba dari kemasan makanan kertas


Senin, 07 April 2014 / 10:53 WIB
Membungkus laba dari kemasan makanan kertas
ILUSTRASI. Promo Alfamart Kesehatan Tubuh Periode 1-15 November 2022.


Reporter: Sri Sayekti | Editor: Tri Adi

Standar kesehatan yang kian  tinggi memunculkan peluang bagi pebisnis percetakan. Jenis pesanan yang mereka terima meningkat, seiring dengan semakin banyaknya orang yang menyadari perlunya kemasan makanan yang sehat.  Situasi ini memicu pebisnis kuliner mencari kemasan yang lebih sesuai dengan tuntutan konsumennya.

Permintaan terhadap kemasan makanan pun meningkat sejak satu dekade terakhir. Malah menurut Rico Arizona, pemilik Riscopack, order terhadap kemasan makanan sudah menanjak sejak 1989. Tak tanggung-tanggung, angka pertumbuhan pesanan mencapai 40% per tahun. “Usaha ini tidak akan mati selama masih ada produk yang harus dikemas,” ujar Rico.

Tren yang terus meningkat itu pada akhirnya mengundang pemain baru. Ambil contoh CV Byan Era Sakti, yang mengibarkan bendera packagingmakanan.com. Mengawali kiprahnya dari bisnis percetakan, Byan dalam setahun terakhir merambah usaha kemasan makanan berbahan kertas.

Kendati pendapatan dari bisnis kemasan makanan baru menyumbang 30% dari total pendapatan, Dwi Haryono, Manajer Pemasaran Byan, menilai peluang usaha ini sangat besar sejalan dengan makin bertambahnya jumlah restoran dan toko roti. ”Awalnya, banyak pelanggan kami yang bertanya, apakah bisa membuatkan kemasan. Akhirnya, kami ekspansi ke kemasan makanan,” ujar Dwi menuturkan awal mula Byan, yang berlokasi di Bekasi, menjelajah bisnis kemasan makanan.

Sedang Riscopack yang berbasis di Surabaya tidak cuma melayani pemesanan kemasan makanan, tetapi juga kemasan lain. Namun order terbesar Riscopack saat ini datang dari pebisnis kuliner. “Komposisi produksi kami, 80%  untuk kemasan makanan, 20% untuk kemasan lain,” ujar Rico.

Namun layaknya bisnis percetakan, omzet memegang peran penting di bisnis ini. “Setidaknya order-ordernya dalam skala puluhan ribu,” imbuh Dwi. Ia pun menyarankan, menjaring calon pelanggan terlebih dahulu, sebelum fokus ke usaha pembuatan kemasan makanan.


Mesin bekas

Tentu, usaha produsen ke-masan makanan ini juga mensyaratkan pemahaman tentang produksi. Pada proses ini, kunci yang harus dikuasai adalah pengetahuan tentang mesin cetak. Jangan lupa, bagian terbesar dari modal akan tersedot untuk pengadaan mesin.

Nah, ada tiga jenis mesin yang mutlak ada untuk membuat kemasan makanan. Masing-masing adalah mesin cetak, mesin pemotong, dan mesin lem. Untuk ketiga jenis mesin itu, Anda mempunyai dua pilihan: menggunakan mesin baru atau mesin bekas.

Harga mesin cetak buatan Jerman saat ini Rp 2 miliar. Mesin sejenis yang dibuat di China harganya berkisar Rp 800 juta. Harga mesin lem buatan China berkisar Rp 600 juta–Rp 700 juta. Sedang harga mesin potong buatan China berkisar Rp 50 juta–Rp 60 juta. Namun jika modal Anda terbatas, mesin bekas bisa jadi pilihan.

Rico menuturkan, harga mesin cetak bekas buatan Jepang sekitar Rp 180 juta, harga mesin potong bekas buatan China berkisar Rp 30 juta, mesin pond bekas ukuran double folio buatan China adalah Rp  25 juta dan alat pembuatan pisau pond Rp 33 juta.

Baik Rico maupun Dwi menyarankan, agar Anda memilih mesin buatan Jerman, atau setidaknya Jepang, untuk mesin cetak. Sedang untuk mesin potong dan mesin lem dapat menggunakan mesin buatan China yang harganya lebih miring. “Sampai saat ini, mesin-mesin kami yang buatan China tidak mengalami kerusakan berarti,” ujar Rico.

Jika modal Anda terbatas, tidak perlu ragu menyiasatinya dengan mesin bekas. Lihat saja pengalaman Riscopack, yang pada awal perjalanannya menggunakan mesin bekas yang diperbaiki. Toh, Riscopack tetap bertahan, dari 1989 hingga kini.

Namun apabila modal Anda lebih besar, dan berniat membeli mesin cetak baru, maka pilihlah mesin yang memiliki garansi perawatan, paling tidak,  selama 5 tahun.

Setelah urusan mesin kelar, agenda produksi berikut yang perlu dituntaskan pemain baru di bisnis pembuatan kemasan makanan adalah menyiapkan stok kertas. Penyediaan urusan ini, idealnya, dilakukan bersamaan dengan pencarian order.

Menurut Dwi, usaha kemasan tidak memliki kendala berarti dalam proses produksi. Tetapi, pemasaran memegang peran penting demi kelangsungan usaha ini. Tingkat persaingan di usaha kemasan sedemikian ketatnya, hingga pemain skala kecil-menengah pun harus bersaing dengan pemain berukuran besar.

Setelah mengetahui perkiraan order, dan tentunya, estimasi bahan yang dibutuhkan, rancanglah secara cermat stok kertas yang perlu dibeli. Perhitungan cermat ini perlu karena bahan kemasan food grade tidak bisa dibeli dalam jumlah sedikit.

Di pasar kemasan makanan saat ini, biasanya, produsen menawarkan barangnya dalam dua kelompok, yaitu kemasan dari kertas biasa (non-food grade) dan pembungkus makanan dari kertas yang berstandar food grade.

Selisih harga kedua jenis kertas ini cukup jauh. Lihat saja harga produk yang dibanderol Byan. Untuk pemesanan lebih dari 3.000 lembar kemasan non-food grade adalah Rp 1.000 per lembar, sementara harga dan spek pemesanan yang sama untuk kertas food grade adalah Rp 6.000 per kembar. Jika pembeli hanya memesan 1.000 kemasan non-food grade, harga terkerek menjadi Rp 1.400 per buah. Pemesanan untuk kemasan food grade kurang dari 1.000 lembar  mencapi Rp 7.500 per lembar.


Pemasaran online

Untuk menjaring pelanggan, jalur online bisa menjadi pilihan. Ambil contoh Byan, yang hanya membuka jalur online untuk memasarkan produknya. Etalase Byan saat ini adalah situs internet, dengan nama  packagingmakanan.com. Dwi menuturkan, pemasaran online paling efektif bagi usaha ini, dibandingkan dengan jalur lain. Maklumlah, Byan juga memiliki usaha percetakan selain membuat kemasan makanan.

Meski mengandalkan pemasaran lewat online semata packagingmakanan.com memiliki 42 pelanggan rutin yang terdiri dari resto, bakery, dan usaha kuliner perorangan.

Pelanggan besar seperti restoran dan toko roti umumnya memesan 3.000 buah kemasan per bulan. Adapun pelaku UKM memesan 1.000 kemasan dalam kurun waktu 3–4 bulan. “Omzet saat ini Rp 120 juta per bulan,” ujar Dwi.

Layaknya bisnis online, packagingmakanan.com juga menikmati pemesanan dari berbagai penjuru. Order datang tidak cuma dari kawasan Jabodetabek, tapi juga dari daerah lain. Bahkan, packagingmakanan.com pernah mendapat order dari Australia dan Selandia Baru.

Khusus untuk pelanggan di Jabodetabek, Byan menggratiskan biaya pengiriman untuk pesanan yang nilainya di atas Rp 3 juta. Lokasi workshop Byan berada di Kalibaru Jakarta. “Ini supaya dekat dengan sumber bahan baku,” jelas Dwi.  Sedang kantor pemasaran mereka berlokasi di Bekasi, untuk mendekati pembeli.  


Kemasan kreatif

Waktu pembuatan kemasan makanan terhitung sejak desain gambar disepakati adalah 14 hari kerja. Namun, jika order datang tanpa desain dari pelanggan, maka proses produksi bisa berlangsung hingga 1 bulan. Jika pemesan belum memiliki desain gambar kemasan maka dikenakan biaya jasa pembuatan desain, mulai dari Rp 500.000 hingga Rp 1 juta. Tetapi jika sudah pembeli sudah punya desain sendiri dan hanya memerlukan sedikit revisi, Byan tidak mengenakan jasa desain.

Dwi mengakui, packagingmakanan.com menjual produk dengan harga lebih mahal daripada pesaing mereka. Namun karena tingkat persaingan usaha ini lumayan tinggi, packagingmakanan.com juga tidak bisa seenaknya mengerek harga jual. Toh, keuntungan yang mereka kantongi kini terbilang lumayan. “Keuntungan bisnis kemasan makanan berkisar 20%– 30%,” tutur Dwi.

Bagi mereka yang menghadapi kendala modal, tetapi ingin menjajal usaha pembuatan kemasan, Rico menyarankan untuk bekerjasama dengan rekanan usaha dan menerapkan pembagian keuntungan, setelah mengurangi pendapatan dengan harga pokok produksi.

Setelah memiliki modal, Anda bisa langsung mandiri dengan menambah menambah mesin, sesuai kemampuan. Rico menuturkan pengalaman Riscopack pada tahun 1989 saat memulai usahanya. “Kami hanya membeli mesin cetak ukuran folio buatan Klaten, Jawa Tengah di pasar loak, sedikit diperbaiki sehingga bisa dipakai dengan baik,” kata Rico.

Upayanya membuahkan hasil. Setahun kemudian, Rico   mampu membeli mesin cetak ukuran lebih besar, yaitu double folio. Saat itu, Riscopack memposisikan dirinya di kelas percetakan yang melayani order kecil. “Pelanggan loyal banyak yang bertahan hingga kini, karena kami dinilai bagus dalam bidang kami,” tutur Rico.

Kunci untuk bertahan di bisnis ini adalah kreativitas merancang kemasan. Packagingmakanan.com kini menyediakan 15 pilihan kemasan makanan dalam berbagai bentuk, seperti kotak, segitiga, dan kerucut. Belasan model itu dibuat demi memenuhi kebutuhan konsumen. Pelanggan tentu akan mengapreasiasi jika Anda proaktif membantunya dalam merancang kemasan yang sesuai untuk produk mereka.

Tertarik coba usaha ini?      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×