Reporter: Fahriyadi, Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi
Es krim merupakan salah satu produk minuman yang punya banyak penggemar. Maklum, tak hanya anak-anak, orang dewasa pun suka menyantap es krim di sela-sela waktu senggang.
Tren konsumsi es krim pun terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sayang, di pasaran banyak beredar produk dari merek es krim asing. Khususnya, es krim yang membidik kalangan menengah atas atau yang membuka gerainya di pusat perbelanjaan.
Minimnya merek es krim lokal ini mendorong Roy Tanumulia, pemilik PT Dwi Kuadrat, membuka gerai Mon Cheri Ice Cream di Surabaya. pada 1987. Meski baru membuka gerainya pada 1987, Roy bilang usaha es krim ini merupakan bisnis keluarga sejak 1950. "Pengalaman lama dalam bisnis ini membuat es krim kami memiliki karakteristik yang sulit disamakan dengan merek lain," ujarnya.
Berbeda dengan gerai es krim lainnya, Roy memberi sentuhan klasik pada kedai Mon Cheri. "Penyajiannya akan mengingatkan pengunjung pada es krim yang disantap para bangsawan," ujarnya.
Namun, untuk mengikuti tren bisnis es krim, Roy juga menambahkan waffel atau bahan lain seperti topping pada es krimnya. "Kami memang menyasar pasar kalangan menengah ke atas," kata Roy. Supaya bisa dinikmati berbagai usia, ia pun selalu menjaga kadar kemanisan produk es krim ini.
Untuk mengembangkan gerainya, pada 2009, Roy mulai mengembangkan konsep waralaba gerai es krim Mon Cheri. Kini, ia sudah membuka lima gerai milik sendiri dan dua gerai milik terwaralaba yang ada di Jakarta dan Mataram.
Masih prospektif
Bagi yang berminat, Anda harus merogoh kantong lumayan dalam untuk investasi ini. Roy menawarkan paket resto atau kafe Mon Cheri seharga Rp 400 juta.
Nilai investasi ini sudah termasuk franchise fee selama lima tahun senilai Rp 250 juta. Selain itu, juga peralatan dan perlengkapan serta bahan baku awal senilai Rp 150 juta.
Mon Cheri memiliki 30 menu es krim. Harga satu cup es krim ukuran 70 gram di gerai ini mulai Rp 12.500. Sementara, porsi es krim lainnya, dijual dalam rentang harga Rp 25.000 hingga Rp 30.000, tergantung rasa dan topping yang dipilih konsumen.
Dengan target penjualan 100 porsi es krim per hari, Roy memperkirakan terwaralaba bisa mengantongi omzet Rp 90 juta per bulan. "Mitra pun bisa balik modal sekitar 2 tahun," tandasnya.
Levita Supit, Pengamat waralaba yang sekaligus Ketua Waralaba dan Lisence Indonesia (WALI) menilai, usaha es krim memiliki prospek usaha yang cerah di masa mendatang. Pasalnya, es krim bisa dinikmati oleh semua kalangan usia, dari anak-anak hingga orang dewasa. "Saya pikir usaha ini akan terus berkembang asalkan terus melakukan inovasi terhadap menu dan rasa es krim," ucapnya.
Meskipun Mon Cheri harus siap bersaing dengan merek asing yang sudah mapan, tapi itu bukan hambatan untuk selalu berinovasi untuk menarik lebih banyak pengunjung. "Justru kehadiran kompetitor bisa jadi motivasi untuk menghadirkan produk dan pelayanan terbaik," jelas Levita.
Terkait nilai investasi yang besar, Levita pun memberi saran, agar terwaralaba aktif melakukan kegiatan promosi. Mereka harus mengemas beragam kegiatan yang menarik untuk memancing pelanggan datang. "Cara ini harus dicoba, karena ujung kegiatan promosi ini dapat mendongkrak perolehan omzet," tutur Levita.
Mon Cheri Ice Cream
PT Dwi Kuadrat
Dharmahusada Utara 3/25
Surabaya 60285
HP. 0811334256
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News