kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mencicipi peluang sedap bisnis dimsum


Selasa, 01 Juli 2014 / 17:49 WIB
ILUSTRASI. Promo 2.2 KFC spesial menawarkan Paket Crazy Deal dan Kombo Duo Super Komplit (Dok/KFC)


Reporter: Rani Nossar | Editor: Havid Vebri

Dimsum sudah sangat populer di Indonesia. Tak heran, bila penjaja makanan ini menjamur. Salah satu pemainnya Dony Rizal yang mengusung brand Ghea Dimsum di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Sebelumnya, Dony berprofesi sebagai pembuat dimsum yang memasok restoran dan booth makanan China. Dalam sehari ia bisa membuat hingga 300 buah dimsum. "Saya lalu memutuskan untuk membuka usaha sendiri," katanya.

Saat ini gerainya baru ada dua di Tanjung Priok. Gerai milik pribadi ada satu dan satunya milik mitra. Ghea Dimsum menyajikan banyak pilihan rasa dimsum. Antara  lain dimsum udang, ayam, ayam udang, ayam kepiting, daging sapi panggang, dan ayam jamur.

Menurut Dony, menu yang paling laris adalah dimsum ayam dan ayam kepiting. Dalam kemitraan ini, Geha Dimsum menawarkan paket investasi sebesar Rp 5 juta.

Dengan investasi tersebut, mitra akan mendapat satu buah booth, satu unit alat kukusan, kompor gas plus tabung, stoples saus, kotak kemasan, banner, dan dimsum untuk 10 porsi.

Kerjasama ini juga tidak memungut royalti fee dan tidak dibatasi waktu. Namun, mitra wajib memesan bahan baku dan saus dari pusat. Rata-rata satu porsi dimsum dihargai Rp 10.000 sampai Rp 12.000 per porsi.

Namun, harga bisa berubah jika lokasi penjualan sangat ramai. "Bisa mencapai Rp 15.000," ujar Dony. Ia menargetkan, mitra bisa menjual minimal 100 porsi atau menghabiskan rata-rata 300 buah dimsum per hari.

Dengan penjualan sebanyak itu, mitra bisa mengantongi omzet Rp 30 juta per bulan. Dengan laba bersih sekitar 35%, mitra bisa balik modal paling lama tiga bulan.

Dony mengklaim, 95% bahan dimsumnya terbuat dari daging, bukan kebanyakan campuran terigu. Ia juga mengaku tidak menggunakan bahan pengawet. "Rata-rata dimsum saya selalu habis, jadi tak perlu pengawet," jelasnya.

Dony mengaku, sanggup memasok berapa pun kebutuhan dimsum yang dipesan konsumen. Yang penting, kata dia, mitra tinggal menyiapkan lokasi berjualan yang strategis.

Tahun ini, ia menargetkan, bisa menambah tiga sampai lima mitra baru. Ia juga masih fokus di bisnis makanan China dan belum mau ekspansi ke bisnis lain.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×