kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.975.000   59.000   3,08%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Mencicipi rezeki dari asupan sehat buah hati


Rabu, 02 Juli 2014 / 13:40 WIB
Mencicipi rezeki dari asupan sehat buah hati
ILUSTRASI. Kompak, Harga Saham GOTO dan BUKA Melesat Lebih dari 5% di Perdagangan Kamis (2/2). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.


Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi

Meski bisa memasak, banyak ibu yang menemui kerepotan ketika harus menyajikan santapan untuk buah hatinya. Maklum, ternyata kebutuhan gizi anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Kondisi inilah yang kemudian menciptakan peluang bagi usaha katering khusus untuk anak.

Pengalaman ini pula yang mendorong Neura Azzahra untuk merintis usaha katering Bebitang di Tangerang. Adik kandungnya, Nandra Janniata, seorang pekerja kantoran membutuhkan katering yang bisa menyediakan makanan sehat untuk buah hatinya. “Setelah kami cari, tak ada yang cocok, lalu kami berpikir, kenapa tidak saya yang sediakan,” kata Neura yang kebetulan sudah mengundurkan diri dari kantornya. Keduanya pun menggeluti bisnis ini pada akhir 2011.

Demikian pula dengan Thelda Hafid, pemilik Sokko Kidz Catering di Sentul. Ketika putri pertamanya yang berusia 2,5 tahun susah sekali makan alias picky eater, dia memulai bisnis katering anak. Apalagi, saat itu, sang anak jatuh sakit dan makanan yang tak sehat dianggap menjadi pemicunya.

Lantas, pada Mei 2009, Thelda mulai merintis bisnis katering anak. Dia mengaku, menggelontorkan dana sebesar Rp 180 juta sebagai modal awal. Dana itu ia gunakan untuk menyewa tempat produksi, membeli bahan baku, hingga membayar gaji karyawan.

Dia juga sempat menyewa chef alias koki untuk mendapat hasil katering yang maksimal. Namun, nyatanya, perekrutan koki tersebut hanya menambah pengeluaran. Pasalnya, Thelda bilang, semua pengetahuan tentang kuliner akan mentah jika anak-anak tidak suka makanan yang ditawarkan katering.

Sokko Kidz menawarkan menu katering untuk bayi yang masih berusia 7 bulan hingga anak berumur 13 tahun. Jadi, pengiriman makanan pun bukan hanya ke rumah melainkan juga ke sekolah. Pasalnya, saat jam makan siang, beberapa anak masih berada di sekolah.

Thelda mematok biaya katering Rp 28.500 hingga Rp 37.500 per hari. Ia pun menawarkan masa percobaan selama 12 hari untuk klien baru. Jika sudah kecantol, biasanya klien ini meneruskan jadi member bulanan. Hingga kini, Thelda punya 70–75 orang pelanggan yang tersebar di Jabodetabek. Dari bisnis ini, ia mendapat omzet Rp 50 juta per bulan dengan margin keuntungan 20%.

Apabila Thelda hanya menyediakan menu makan siang, Neura menyediakan paket mencakup makan siang, camilan sore hari, dan makan malam. “Bahkan ada yang meminta kami untuk menyediakan sarapan juga. Tapi kami tidak sanggup. Itu bisa menjadi tanggungjawab orangtua,” ujar dia.

Perempuan kelahiran Jakarta, 2 November 1977, ini memasang banderol harga untuk katering anak berkisar Rp 45.000 hingga Rp 50.000 per hari. Biaya itu sudah termasuk ongkos kirim untuk daerah Jabodetabek.

Bebitang punya sekitar 20 pelanggan. Menu katering diantarkan oleh empat orang kurir ke rumah pelanggan. Omzet yang dikantongi Neura mencapai Rp 50 juta per bulan. Adapun margin bersih yang dinikmati Neura mencapai 30%.


Perhatikan kemasan

Baik Thelda maupun Neura menuturkan masih banyak yang salah kaprah mengenai katering anak. Kebanyakan orang menyangka katering anak hanya dibutuhkan bagi ibu yang bekerja. Padahal, mayoritas pelanggan katering anak ternyata ibu rumah tangga. “Hampir semua pelanggan cari katering anak untuk mengubah pola makan anak yang sebelumnya salah,” tandas Thelda.

Artinya, peluang usaha ini terbuka lebar. Orangtua pun mempercayai katering anak karena praktis dan menawarkan menu yang sehat alias sesuai dengan kebutuhan nutrisi sang anak. Sokko Kidz dan Bebitang pun tak memakai perasa dan pengawet makanan.

Thelda menambahkan, bisnis katering tidak hanya mementingkan kualitas bahan baku dan proses memasak. Hal yang sering diabaikan biasanya kontainer alias wadah makan dan pengantaran makanan. “Percuma kalau makanannya sehat tapi ketika dikonsumsi tak lagi segar karena wadah dan pengantarannya tidak diperhatikan,” ucap dia.

Di Sokko Kidz Catering, Thelda menggunakan wadah makanan merek tertentu. Orang tua bisa menyediakan wadah sendiri, tapi jika mau Sokko yang menyediakan, ada biaya tambahan Rp 45.000 hingga Rp 155.000 per wadah. Neura memilih wadah plastik berlabel food grade.

Adapun pengiriman dilakukan oleh kurir sendiri sejak pukul 9.00. Di mobil antaran, ia menyediakan heater agar makanan bisa langsung dikonsumsi ketika sampai ke konsumen. Kurir Bebitang mengantar makanan sejak pukul 9.30 dengan sepeda motor agar cepat.

Waktu pengantaran ini perlu diperhatikan karena kondisi jalanan yang tidak menentu. Selain itu, sebisa mungkin makanan tiba saat jam makan siang. “Kalau makanan sering terlambat, kami bisa saja memberhentikan orderan karena akan mengganggu waktu makan sang anak,” kata Neura.       


Senang jika kehilangan pelanggan

Bisnis yang melibatkan anak memang gampang-gampang susah. Bisa saja orang tua sudah cocok dengan katering tertentu, tapi belum pasti sang anak doyan makanan yang disajikan. Makanya, komunikasi dengan orang tua harus ada.

Bebe Rahma, Marketing Sokko Kidz Catering, menuturkan, Sokko selalu melakukan konsultasi dengan orang tua sebelum orderan masuk. Yang dibicarakan biasanya mengenai pola makan si anak, makanan yang tidak disukai, hingga alergi yang diidap sang anak.

Pada hari pertama makanan diantar, ia kembali menanyakan respons sang anak. “Kami tanyakan apa anaknya suka dengan menu kami atau kalau tidak dimakan apa alasannya. Jadi selalu ada komunikasi dengan orangtua,” ujarnya.

Untuk menentukan menu, pemilik katering anak juga harus melibatkan orang tua. Meski sudah ada menu yang ditetapkan, orang tua sah-sah saja memberi saran atau kritik. Bagaimanapun, orang tua yang lebih tahu kebutuhan nutrisi buah hatinya. Orang tua bisa bilang jika ada jenis makanan yang harus dihindari ataupun menu favorit sang anak.

Pelanggan Sokko Kidz Catering biasanya mendapatkan menu tiap awal bulan. Misalnya, selama April, menu yang disajikan bertema olahan nasi, seperti risotto rice. “Kami sangat terbuka jika orang tua mau memberi masukan mengenai menu. Jadi, kalau ada menu yang memang tidak suka bisa dihilangkan,” ucap Bebe.

Komunikasi sangat perlu untuk menghadapi  orang tua yang ingin membiasakan pola makan sehat bagi anaknya. Neura mengatakan, orang tua bisa berkonsultasi agar anak tak lagi jadi picky eater. “Bahkan, saya malah senang kalau ada pelanggan yang berhenti order karena sudah bisa menyediakan konsumsi sehat untuk anaknya,” ucap Neura.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler

[X]
×