kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengangkat harga gitar dengan batik


Kamis, 22 September 2011 / 12:36 WIB
Mengangkat harga gitar dengan batik
ILUSTRASI. Logo PLN


Reporter: Hafid Fuad, Ragil Nugroho, Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Berbagai cara dilakukan agar gitar memiliki nilai seni dan nilai jual tinggi, salah satunya dengan penambahan seni batik. Tak hanya memakai teknik tulis tangan, batik juga bisa disematkan pada gitar dengan cara lain. Yang pasti, harga gitar naik berkat batik.

Batik telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia asal Indonesia oleh UNESCO sejak 2 Oktober 2009. Dengan penetapan tersebut, batik semakin dikenal oleh masyarakat dunia. Permintaan akan produk dengan sentuhan batik pun semakin meningkat.

Seni batik tak hanya bisa digunakan untuk produk pakaian. Beberapa produk lain seperti gitar juga bisa memakai batik untuk meningkatkan pasar dan nilai jualnya.

Salah satu pembuat gitar yang telah merasakan manisnya usaha gitar batik ini adalah Yohanes Suprianto asal Sukoharjo, Solo. Yohanes mengaku memulai pembuatan gitar batik sejak tahun 1998.

Tumbuh besar di kampung perajin gitar membuatnya bertekad untuk menekuni usaha pembuatan gitar. Dengan merek Gitar Media, dia juga melayani pembuatan gitar khusus sesuai dengan permintaan pelanggan.

Menurutnya, dari berbagai jenis gitar yang dibuatnya, permintaan gitar dengan penambahan aksen batik selalu berada di tempat teratas. "Batik gitar paling banyak diminta dan dibeli," katanya.

Yohanes memilih menggunakan teknik sablon, airbrush, dan pelapisan badan gitar dengan kain batik untuk menyematkan seni batik pada gitarnya. Selain di bodi gitar, batik juga bisa hanya menghiasi leher gitar sehingga motif batik yang ada lebih sedikit. Keindahan gitar tak berkurang walaupun aksen batik hanya sedikit.

Dari seluruh teknik di atas, menurut Yohanes, masyarakat lebih meminati gitar batik dengan pelapisan kain batik. Kain batik ditempel ke bodi atau leher gitar kemudian dilapisi dengan bahan melamin.

Penambahan melamin akan membuat batik terlihat melekat langsung pada gitar, sehingga hasilnya lebih rapi. Selain lebih mudah, teknik ini juga lebih singkat dan murah.

Berbeda jika menggunakan teknik batik tangan atau pembatikan langsung. Untuk mengerjakan satu gitar saja, perlu waktu minimal sebulan jika menggunakan batik tangan. "Jika pakai kain hanya dua minggu," jelas Yohanes. Inilah yang membuat harga gitar berbatik tulis tangan lebih mahal.

Dengan harga yang mahal ini pula, permintaan gitar batik tulis tangan minim saja. Yohanes mengingat, hanya ada sekitar 15 pesanan gitar batik tulis tangan sejak dirinya berkecimpung dalam pembuatan gitar bermotif batik.

Walaupun begitu, jika memang ada pesanan yang masuk, bengkel gitar Yohanes masih bersedia mengerjakan gitar berbatik tulis tangan.

Tentu saja, harga yang ditawarkan memang lebih mahal, sekitar Rp 1,5 juta per unit untuk produk yang paling murah. "Harga menyesuaikan dengan tingkat kerumitan proses pembuatan termasuk motif pola batik," katanya. Sebagai ancar-ancar, Yohanes memberikan harga maksimal Rp 4 juta untuk gitar batik tulis tangan.

Untuk gitar batik selain tulis tangan, Yohanes membanderol dengan harga bervariasi. Gitar akustik dengan sentuhan batik dijual dengan harga Rp 350.000 hingga Rp 2,5 juta per unit. Adapun gitar elektrik harganya Rp 550.000 hingga Rp 3,5 juta per unit. Selain tergantung bahan baku gitar dan alat yang dipakai, rumit tidaknya penambahan akses batik juga menentukan harga.

Menurut Yohanes, gitar batiknya terus mengalami peningkatan permintaan dari tahun ke tahun. Dibantu oleh empat orang pekerja, tahun ini rata-rata omzet yang didapat mencapai Rp 15 juta per bulan. Omzet itu didapat dari penjualan gitar per bulan yang mencapai 50 unit. Dengan omzet itu, Yohanes sendiri mengaku hanya memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 4 juta per bulan. Konsumen luar negeri yang sering membeli gitar milik Yohanes antara lain Kanada, Belanda, Malaysia, dan Thailand.

Selain Yohanes, Hendro Tarmudji di Bali juga memproduksi gitar batik. Menggeluti usaha sejak 2007, pria 45 tahun ini mampu menjual sekitar 15 gitar batik sebulan. Jika Yohanes lebih menggunakan batik tempel, Hendro lebih banyak membuat gitar batik tulis tangan. Hendro menjual gitar buatannya berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 7 juta per unit. "Motif yang paling disukai adalah motif batik Solo," ujar pemilik Gallery Javanese Art tersebut.

Hingga saat ini konsumen Hendro lebih banyak berasal dari wisatawan asing yang berlibur ke Bali. Dengan penambahan batik, wisatawan lebih menyukai gitarnya karena terkesan unik dan khas Indonesia. Walau tidak bersedia mengatakan omzet pastinya, dari penambahan corak batik pada gitar, omzet yang didapat Hendro terus meningkat 10% tiap tahun.

Torehan batik pada gitar juga bisa dilakukan dengan teknik ukir dengan nama Blueberry Guitars. Salah satu perajin yang menggunakan teknik ini adalah I Wayan Tuges. Sebenarnya bukan hanya ukiran batik yang disematkan pada gitar oleh Tuges, namun juga bentuk lain seperti bentuk bunga, binatang atau yang lain. "Peminatnya lebih banyak pemusik dan kolektor dari Amerika, Eropa, Kanada serta Australia," katanya.

Dengan harga jual antara US$ 2.000 sampai US$ 25.000 per unit, gitar ukir Tuges memang lebih banyak menyasar pasar luar negeri terutama Kanada. Bahkan tahun 2007, Tuges secara resmi meluncurkan gitar ukirnya saat festival musik jazz di Montreal, Kanada.

Untuk pasar domestik sendiri, gitar ukir besutan Tuges dibanderol mulai Rp 5 juta per unit. "Saya pernah membuat gitar dengan ukiran perak dan emas, dan sekarang sudah laku terjual. Untuk harga, biar saya sendiri saja yang tahu," elaknya sambil tertawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×