kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengangkat laba dari bisnis penyewaan forklif


Senin, 30 Juni 2014 / 15:00 WIB
Mengangkat laba dari bisnis penyewaan forklif
ILUSTRASI. Kawasan gedung perkantoran BSD Green Office Park.


Reporter: Sri Sayekti | Editor: Tri Adi

Forklif, yang sering ditemui di gudang, adalah alat penunjang kegiatan bisnis yang diperlukan pebisnis di berbagai sektor industri. Namun, ada saja perusahaan yang merasa tak perlu memiliki forklif sendiri. Bisa jadi lantaran frekuensi penggunaan forklif di bisnis mereka tidak sering.

Penggunaan yang jarang itu tidak sepadan dengan harga forklif yang terhitung tinggi, berkisar Rp 200 jutaan. Belum lagi, biaya perawatan forklif. Situasi ini membuka celah untuk bisnis penyewaan forklif.

Peluang itu sudah dimanfaatkan Muhammad Iqbal, pemilik DSKA Forklif. Semula, Iqbal bekerja di perusahaan yang menjadi diler utama dari sebuah merek forklif. Tak heran, ia pun mengenal perusahaan-perusahaan yang ingin menjual forklif lama dan membeli forklif yang baru.

Iqbal sempat ingin menggunakan pengetahuannya untuk merintis usaha jual beli forklif bekas. Ia pun membeli satu unit forklif bekas berukuran 2,5 ton. Namun, belum sampai forklif itu terjual, ia justru menuai permintaan dari mereka yang hendak menyewa. Ada yang butuh forklif karena ingin menurunkan genset, ada juga yang bermaksud menurunkan mesin-mesin berukuran kecil.

Permintaan sewa tak ditampik Iqbal. Akhirnya, karena permintaan penyewaan forklif semakin ramai, Iqbal pun memutuskan banting setir ke usaha penyewaan forklif. Di akhir tahun 2009, Iqbal dan kerabatnya, Fahri Anhar, mendirikan DSKA Forklif yang berlokasi di daerah Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan.

Saat memulai usahanya, Iqbal merogoh uang Rp 100 juta. Sebagian besar modal, Rp 65 juta terpakai untuk membeli 1 unit forklif bekas berkapasitas 2,5 ton. Sisa modal dialokasikan untuk sewa tempat, merenovasi kantor, dan membeli peralatan kantor lainnya.

Secara bertahap, Iqbal menambah jumlah forklif. Pada tahun 2010, ia membeli lagi 1 unit forklif bekas 2,5 ton seharga Rp 130 juta. “Karena biaya perawatan yang tinggi, saya membeli forklif dengan tahun yang lebih muda,” ujar Iqbal.

Seiring dengan kemajuan usahanya, Iqbal juga mencoba menjajaki pembelian forklif baru secara kredit lewat lembaga pembiayaan pada tahun 2013. DSKA kini memiliki 15 unit forklif dengan varian tonase mulai dari 2,5 ton, 5 ton, 10 ton, hingga 15 ton.

Lain lagi kisah Moehammad Ridwan. Jalan yang dia lalui untuk sampai ke bisnis penyewaan forklif tak kalah unik. Awalnya, Ridwan cuma berperan sebagai konsultan search engine optimization (SEO) untuk usaha tetangganya, penyewaan forklif. Ia mengenal bisnis itu karena sang tetangga, berperan sebagai operator.

Setelah berembuk dengan perusahaan tempat sang tetangga bekerja, pada tahun 2012, Ridwan mulai menawarkan jasa penyewaan forklif di website miliknya, www.muhamadridwan.com.

Ia tak menyana situs online itu sukses menjala mereka yang membutuhkan forklif secara mendadak. Permintaan yang mengalir deras menggoda Ridwan untuk lebih serius mene-kuni usaha penyewaan forklif.

Model bisnis yang diusung Ridwan adalah perkongsian dua pihak, yaitu investor dan operator. Pihak pertama adalah mereka yang cuma menitipkan uang. Adapun pelaksana usaha sehari-hari adalah pihak kedua.

Ia menuturkan, pemasukan dari usaha atau pendapatan sewa forklif akan dibagi empat. Dua yang pertama adalah investor dan operator. Dua peruntukan berikutnya adalah kegiatan operasional serta biaya perawatan. Pendapatan dibagi merata, masing-masing 25%.

Dengan skema semacam itu, Ridwan berhasil mengumpulkan modal awal yang dipakai untuk membeli 2 unit forklif bekas 2,5 ton dan 1,5 ton. Masing-masing seharga Rp 80 juta dan Rp 120 juta. Ridwan memilih lokasi usaha di Jalan Rawa Badak Barat, Jakarta Utara.

Baik Iqbal maupun Ridwan menilai usaha penyewaan forklif prospektif. Dengan pelanggan sebanyak 40 perusahaan, DSKA Forklif, kini, menikmati omzet berkisar Rp 150 juta hingga Rp 200 juta per bulan. “Keuntungan bersih sekitar 30%,” ujar Iqbal.

Skala bisnis Ridwan lebih kecil karena memiliki armada yang lebih sedikit, yaitu 2 unit forklif. Omzet Ridwan cs berkisar Rp 30 juta hingga Rp 60 juta per bulan.


Pilih yang muda

Bisnis penyewaan forklif tampak lebih menarik karena bisa dimulai dalam skala kecil. Jadi, modal awal bisa disesuaikan dengan jumlah armada dan fasilitas pendukung yang dibutuhkan, seperti lahan.

Kiprah Iqbal maupun Ridwan menegaskan bisnis ini bisa dimulai dengan 1 unit forklif saja. Namun, memang, usaha rental akan lebih lancar apabila memiliki 2 unit forklif. Dalam hitungan Iqbal, pemain baru biasanya hanya bisa menyewakan forklif 1 sif per hari. Jika nama rental semakin berkibar, 1 unit forklif bisa tersewa antara 2 sif hingga 3 sif kerja setiap harinya.

Dalam bisnis penyewaan forklif, penyewaan bisa dihitung dalam satuan per sif per hari. Satu sif terdiri atas 7 jam, terhitung sejak forklif keluar dari pul.

Tarif sewa forklif disesuaikan dengan kapasitas angkutnya. Tarif sewa per sif untuk forklif 2,5 ton adalah Rp 500.000, Rp 1 juta untuk 5 ton, Rp 2 juta untuk 10 ton, dan Rp 3,5 juta untuk 15 ton.

Untuk membesarkan usaha penyewaan, tidak ada pilihan selain menambah armada. Prinsip ini juga berlaku di bisnis penyewaan forklif. Anda bisa saja mencari investor langsung, seperti yang dilakukan Ridwan. Pilihan lain adalah mencari pinjaman dari lembaga pembiayaan.

Bagi mereka yang memilih opsi terakhir, pastikan terlebih dahulu Anda sudah punya administrasi bisnis yang lengkap. Iqbal menuturkan, lembaga pembiayaan biasanya akan melakukan survei langsung ke lokasi usaha, untuk mengecek armada, laporan keuangan dan dokumentasi order. Untuk kredit alat berat seperti forklif, lembaga pembiayaan biasanya memberi jangka waktu maksimal 3 tahun, dan meminta uang muka sebesar 30% dari total nilai pinjaman.

Anda bisa saja membeli forklif bekas untuk memulai usaha rental, atau saat hendak menambah armada. Namun jangan asal membeli. Iqbal menyarankan, forklif bekas yang usianya tidak lebih dari tiga tahun. Semakin muda usia forklif, semakin layak ia dibeli.

Usia forklif seken patut menjadi pertimbangan karena biaya perawatan forklif bekas lumayan mahal. Menimbang usia forklif juga bertujuan untuk mencegah kendaraan Anda mengalami masalah. Jangan sampai, forklif Anda malah mogok sebelum sampai ke lokasi penyewa.

Agar tidak salah pilih forklif bekas, Iqbal menyarankan untuk mengajak mekanik yang mengerti mesin dan sistem hidraulika Asal tahu saja, mesin forklif tak ubahnya truk. Yang membedakan, forklif punya sistem hidraulika untuk menaikturunkan lengan pengungkit.

Lebih bagus lagi, apabila Anda tahu jejak rekam si penjual dan barang yang ia tawarkan. Jangan lupa, forklif tidak memiliki dokumen kepemilikan seperti mobil yang memiliki BPKP. Jadi, tidak ada dokumen hukum yang mencantumkan tahun pembuatannya.

Jika ingin terbebas dari aneka risiko membeli forklif seken, silahkan memilih unit yang baru. Iqbal menuturkan, dari pengalamannya membeli unit baru, investasi akan kembali dalam waktu tiga tahun.

Terlepas dari apakah unit yang Anda beli baru atau lama, sebaiknya memilih jenis forklif yang memiliki tonase kecil, seperti 2,5 ton. “Karena jenis ini yang paling banyak disewa,” tutur Iqbal.

Mengingat biaya perawatan yang mahal, ada baiknya Anda memastikan calon peminjam tahu persis keterbatasan forklif. Kendati julukannya alat berat, bukan berarti forklif bisa mengangkat apa saja. Nah, banyak calon pengguna forklif, menurut Ridwan, tidak tahu secara persis fungsi alat itu, berikut keterbatasannya. “Pernah ada yang order untuk mengangkat orang ke atas, ya, kami tidak terima karena berbahaya,” jelas Ridwan.

Setelah punya armada, tentu Anda harus menyiapkan lokasi penyimpanan. Pul yang harus Anda miliki bisa disesuaikan dengan jumlah armada. Ambil contoh pengalaman Iqbal. Ketika baru memiliki 1 unit forklif, ia cuma menggunakan pul seluas 50 meter persegi (m²). Setelah jumlah forklif yang ia miliki kian banyak, Iqbal baru pindah ke lokasi usaha yang lebih luas. Lahan pul Iqbal kini seluas 450 m² dengan biaya sewa Rp 25 juta per tahun.

Kendati bisa disesuaikan dengan jumlah armada, jangan sembarang memilih lokasi tempat memarkir armada. Iqbal menyarankan untuk memilih lokasi yang dekat dengan target pasar yang dibidik.

Daerah pabrik dan pergudangan merupakan kawasan yang pasti membutuhkan forklift. “Namun kalau sudah banyak pemain, jangan memaksa masuk,” tutur Iqbal. Ia menyarankan pemain baru jeli mencari kawasan industri atau pergudangan yang baru tumbuh. Ia mencontohkan Kota Delta Mas di Bekasi, Jawa Barat.

Pertimbangan lain saat memilih lokasi pul adalah kedekatannya dengan jalan raya. Pilihlah yang lokasinya berada di pinggir jalan raya, agar memudahkan forklif keluar masuk.

Untuk kegiatan pemasaran, Iqbal menempuh cara membagi-bagikan brosur, di lokasi pergudangan yang tak jauh dari pulnya. “Semua pergudangan pasti butuh, cuma kita sendiri harus gencar memperkenalkan diri,” ujar dia.

Iqbal membenarkan pengalaman Ridwan: pemasaran online efektif untuk mengangkat usaha rental forklif. “Kami mendapat tambahan pendapatan sekitar 30%, sejak melakukan promosi online,” tutur dia.

Operator butuh tempat tinggal

Selain harus memiliki SIM A atau SIM B, seorang operator forklif yang profesional harus memiliki sertifikasi berupa surat izin operator (SIO) yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja. Biaya memperoleh SIO, menurut Moehammad Iqbal, pemilik DSKA Forklif, berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta.

Operator forklif di DSKA forklif akan menerima komisi sebesar 10% dari setiap order sewa forklif yang ia tangani. Selain komisi, ia menerima uang makan harian sebesar Rp 30.000 dan mendapat fasilitas penginapan. Operator perlu tinggal di mess kantor, agar bisa melayani pelanggan selama 24 jam.

Di bisnis jasa sewa forklif, jadwal yang diminta pelanggan kerap molor dari rencana semula. Terlebih, jika pelanggan hendak menyewa forklif untuk bongkar muat di pelabuhan. Sering terjadi forklif harus menunggu kapal datang. Jika terjadi semacam ini, pelanggan akan terkena biaya sewa lebih besar. “Karena argonya jalan terus,” ujar Iqbal. Kini ada 12 orang operator forklif yang bekerja di DSKA forklif.

Menurut Iqbal, faktor penting yang juga harus diperhatikan dalam usaha jasa sewa forklif adalah perawatan forklif. Karena itu, DSKA pun memikiki dua orang mekanik dan memiliki stok suku cadang yang terhitung fast moving, seperti filter, oli mesin, oli hidraulik, seal/karet, ban. “Masing-masing suku cadang minimal punya satu untuk per forlklif,” ujar Iqbal. Tak heran jika DSKA menganggarkan Rp 30 juta hingga Rp 40 juta untuk biaya stok suku cadang. “Jika tidak segera diservis bisa menganggu operasional pekerjaan,” imbuh Iqbal.

Masa garansi forklif baru hanya 1 tahun. Setelah itu, pemilik harus merawat sendiri unitnya. Namun, menurut Iqbal, jika usahanya masih berjalan dengan jumlah forklif kurang dari 5 unit, maka masih bisa mengandalkan jasa servis dengan langsung telepon ke jasa servis forklif.

Jasa penyewaan forklif ini menuntut ketersediaan forklif dalam kondisi siap beroperasi. Karena itu, sebelum forklif dibawa ke pelanggan, semua kendaraan harus dicek terlebih dahulu kondisi mesin dan fungsi-fungsinya. Jika mengirimkan forklif dalam kondisi tidak layak pakai, selain mengecewakan pelanggan, juga akan merugikan perusahaan. Belum lagi jika forklif mogok saat masih dalam perjalanan menuju lokasi pelanggan. “Apalagi kalau itu terjadi malam-malam,” tutur Iqbal.              



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×