kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Musim hujan membawa berkah bagi Yuzar


Kamis, 26 Juni 2014 / 13:18 WIB
Musim hujan membawa berkah bagi Yuzar
ILUSTRASI. Pengunjung melakukan pengisian daya listrik ke mobilnya . TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: J. Ani Kristanti | Editor: Tri Adi

Lantaran ingin menjajal dunia usaha, Yuzar Mohammad Riza pun menjadi seorang wirasuahawan sukses. Berawal dari menjual pulsa telepon, kini Yuzar menjadi produsen sepatu hujan.

Fenomena orang terjun menjadi pengusaha yang merebak beberapa tahun belakangan ini mengusik pikiran Yuzar. Timbul dorongan kuat dalam diri pria berusia 35 tahun ini untuk memiliki usaha sendiri. Meski sudah memiliki pekerjaan tetap, tanpa pikir panjang, pada 2005, dia memulai langkahnya dengan menjual pulsa. “Saat itu bisnis pulsa menguntungkan, pemain belum banyak,” kata dia.

Ayah dua anak ini pun mengawali penjualan pulsa ke beberapa teman kantornya. “Awalnya, ya, ada perasaan malu, tapi setelah terkumpul keuntungan hingga Rp 5.000, rasanya senang sekali,” kenang Yuzar. Dari keuntungan itu, dia membuka gerai sendiri di rumahnya.

Seperti ketagihan, Yuzar terus mencari aneka peluang usaha baru. Sampai pada akhirnya, dia menemukan inspirasi untuk membuat sepatu hujan. “Ide ini berangkat dari pengalaman sehari-hari. Saat pulang kerja dan hujan turun, saya harus repot membungkus sepatu supaya tidak kehujanan,” terang dia. Selain itu, dia juga melihat celah bisnis yang masih terbuka lebar karena belum banyak pemain yang berkecimpung di bidang tersebut.

Kebetulan juga, dia mengincar usaha sebagai produsen, bukan cuma jadi penjual saja. Maka, mulailah, alumnus Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer, Surabaya, ini melakukan beberapa riset soal produk sepatu hujan. Mulai dari bahan yang pas untuk digunakan hingga model yang cocok untuk produk itu.

Pada 2009, dia merogoh Rp 2 juta dari kantongnya sebagai modal. Tak membuat sendiri, Yuzar pun terlebih dulu memesan sepatu hujan dari perajin di sepatu di Sidoarjo. “Saya memesan 100 pasang untuk menguji pasar,” kata dia.

Tak disangka, sepatu hujan yang dijual secara online itu habis dalam waktu dua minggu. Respons pasar yang baik ini tentu saja mendongkrak semangat Yuzar. Karena banyak konsumen yang masih mencari sepatu hujan, dia langsung memesan 500 pasang sepatu hujan.


Ada musimnya

Setahun pertama, Yuzar memang hanya menawarkan produknya melalui jalur online. Namun, bukan berarti dia tak menjajal gerai fisik. Dengan sistem konsinyasi, dia menawarkan produknya di sejumlah toko. Sayang, dari 20 toko yang ia sambangi, hanya ada tiga toko yang mau menerima sepatu hujan. “Mereka tidak mau, karena waktu itu belum banyak yang mencari,” kata Yuzar.

Namun, respons para pemilik toko tidak menggoyahkan semangatnya. Dia malah meningkatkan produksi sepatu hujan. Hingga, kemudian, dia menyadari bahwa produk ini bersifat musiman. “Ternyata, produk ini ada masanya. Saat datang musim kemarau 2010, 2.000 pasang sepatu yang sudah saya pesan tak terjual,” tutur dia.

Untung saja, kondisi ini tak sampai mencetak kerugian. Segera, setelah musim kemarau berlalu, penjualan sepatu hujan kembali melambung.

Selain itu Yuzar pun mendapat pelajaran baru. Ternyata musim hujan di Indonesia berputar. “Memang di Surabaya kemarau, tapi justru di Padang masih berlangsung musim hujan,” kata dia. Ribuan pasang order sepatu hujan pun berdatangan dari sana.

Hanya dalam waktu dua tahun, penjualan sepatu hujan dengan merek Cosh ini telah menembus berbagai kota di Indonesia. Yuzar pun seperti menemukan pola penjualan sepatu hujannya. Bahkan, order rutin datang dari beberapa kota yang sering turun hujan, seperti Bogor dan Pontianak.

Namun, meski penjualannya terus melesat, Yuzar tidak merasakan keuntungan yang berarti dari usahanya. Belakangan, ia baru menyadari ada berbagai biaya yang belum dimasukkan ke dalam perhitungan. “Jadi, ada pengeluaran tidak terduga, yang kendati nilainya kecil namun tetap memangkas keuntungan kami,” terang dia.

Dari situ, Yuzar baru menyadari bahwa ia masih kurang fokus dalam mengelola usahanya. Maklum, selama menjalankan usaha sendiri, suami dari Rita Musfita Sari ini belum meninggalkan pekerjaan rutinnya.

Pada pertengahan 2013, barulah dia mengambil keputusan untuk keluar dari tempatnya bekerja. “Saya berpikir, jika tetap bekerja rasanya tidak akan maksimal. Selain itu, kurang fair juga, karena perhatian jadi terpecah dan sering membolos,” kata dia.

Setelah keluar, Yuzar segera merancang usahanya dengan lebih matang. Dia pun menyuntikkan lagi modal baru karena ingin membuat rumah produksi sendiri untuk produknya. Sebab, dengan memproduksi sendiri, pria 35 tahun ini bisa menambah keuntungan berkisar 20% hingga 30%.

Dengan tabungan hasil keuntungannya selama ini, Yuzar membeli lahan untuk tempat produksi di Sidoarjo. Dia juga melengkapi workshop-nya dengan sejumlah mesin dan merekrut 10 karyawan tetap dan
21 karyawan lepas.

Kini, dalam satu bulan, rumah produksinya memasang kapasitas pembuatan hingga 5.000 pasang sepatu hujan. Dia pun bisa menggenggam omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan.

Dengan produksi sendiri, Yuzar pun lebih leluasa untuk mengembangkan produknya. Kini, dia lebih menitikberatkan pada kualitas. “Saya memandang, unsur safety juga sangat penting dalam produk ini,” kata dia. Tak hanya sepatu orang dewasa, Yuzar juga menyediakan produknya untuk anak.

Dalam hal kualitas pula, pria yang lahir di Ampenan, Nusa Tenggara Barat, ini juga akan mengembangkan sepatu hujan yang tidak perlu memakai jahitan benang. Maklum, saat ini, sepatu Cosh dibuat secara dijahit karena keterbatasan bahan baku. “Ke depan, kami akan mencari bahan yang tepat untuk membuat sepatu yang lebih tahan terhadap air,” ujar dia.


Mendapatkan hal baru

Bergelut dalam dunia usaha memaksa Yuzar Mohammad Riza untuk belajar banyak hal. Tantangan itu, bagi Yuzar, justru membuatnya semakin serius menggeluti dunia usaha.

Dari pengalamannya pula, dia mendapatkan pelajaran untuk tidak setengah-setengah dalam menjalani peran sebagai pengusaha. Sebab, setiap usaha punya karakteristik dan pola tersendiri. Hal itu bisa dipahami jika benar-benar memberi perhatian penuh pada usahanya.

Setelah keluar dari tempatnya bekerja supaya bisa lebih berkonsentrasi pada usahanya, Yuzar pun mulai melakukan berbagai perbaikan dan pengembangan. Selain membuat rumah produksi, dia juga memperbaiki sistem pemasaran produknya. Selain merancang situs www.sepatuhujan.com, Yuzar juga mengembangkan jaringan distributor.

Kini, dia telah merangkul 70 distributor yang tersebar dari kota-kota di Sumatra hingga Papua. Ke depan, Yuzar juga ingin mengembangkan kantor perwakilan di masing-masing provinsi, supaya pemasarannya lebih terorganisir.

Selain pengembangan pemasaran, dengan in charge langsung pada usahanya, Yuzar juga  bisa mengintip peluang-peluang yang muncul tak jauh dari usahanya selama ini. “Dari beberapa konsumen, mereka akhirnya menanyakan produk-produk lainnya, seperti mantel dan tas,” ujar dia.

Tak mau melewatkan kesempatan, Yuzar akhirnya juga menggarap produksi mantel dan tas untuk pengendara motor. Bahkan, dia juga mendapat order dari produsen tas lainnya, untuk membuat pelindung tas dari hujan.

Karena semakin mengutamakan kualitas, akhirnya Cosh juga dilirik oleh pasar luar negeri. Di pasar internasional, Yuzar telah mengirimkan produk Cosh antara lain ke Kuala Lumpur, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, dan Australia. Sekarang, dia juga sedang mempersiapkan produk untuk menembus pasar di Belanda. “Kami mendapat kontrak eksklusif dari distributor di Eropa,” tandas dia.           


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×