kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengarsir untung dari lukisan kaca


Selasa, 06 September 2011 / 14:18 WIB
Mengarsir untung dari lukisan kaca
ILUSTRASI. Pendaftaran Program Guru Penggerak angkatan 2 diperpanjang, yuk segera daftar!


Reporter: Bambang Rakhmanto, Handoyo, Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Menyalurkan bakat seni lukis ternyata tidak selalu harus di atas kanvas. Ada juga pelukis yang berkarya di atas media kaca. Harga lukisan kaca ini mulai belasan ribu rupiah hingga puluhan juta rupiah. Peminatnya tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga datang dari luar negeri.

Ada-ada saja cara orang untuk menyalurkan bakat seninya. Seperti yang dilakukan oleh para penghuni Sanggar Alam Sunyaragi di Cirebon, Jawa Barat, yang mengembangkan seni lukis cat minyak melalui media kaca.

Aktivitas para seniman seni lukis media kaca di Sunyarangi itu sudah berjalan sejak 1997 lalu. Lantaran sudah kondang, para pelukis di Sunyarangi itu sering mendapatkan pesanan dari berbagai daerah, bahkan juga dari luar negeri. "Lukisan kaca kami pernah dijual ke Jepang, Korea, dan Singapura," kata Dian Mulyadi, pimpinan Sanggar Alam Sunyaragi.

Pada 2005 silam, pelukis Sunyarangi pernah mendapat pesanan lukisan kaca hingga 500 lukisan dari Korea Selatan. Pesanan itu datang dari seorang pemilik restoran ternama di Korea Selatan.

Sebagai karya seni, lukisan Sunyarangi memang punya daya pikat dalam hal gradasi warna. Tak hanya itu, lukisan media kaca besutan Sunyarangi dikerjakan dengan cara yang unik, yakni dengan teknis lukis terbalik. "Melukisnya berbeda dari melukis biasa," ujar Dian.

Soal motif lukisan, tidak jauh beda dengan motif seni batik Cirebon, seperti motif mega mendung dan juga motif wadasan. "Kami mengambil ciri lukisan dari batik Cirebon," ungkap lelaki asli Kota Udang itu.

Untuk mengerjakan lukisan itu, Dian mempekerjakan delapan pelukis yang bisa menghasilkan 60-80 lukisan wayang dan lukisan kaligrafi dalam sepekan.

Kalau sedang banyak permintaan, bahkan Dian bersama delapan pelukis Sunyarangi bisa menggenjot produksi hingga 100 lukisan dalam sepekan. Tak heran dalam sebulan, Dian mampu mendulang omzet hingga sebesar Rp 30 juta.

Soal harga lukisan memang tergantung besar kecilnya lukisan dan tingkat kerumitan gambar. Untuk lukisan kaca ukuran 10 x 15cm dijual harga Rp 15.000 per lukisan. Adapun lukisan yang berukuran 50 X 60 cm, Dian menjualnya seharga Rp 350.000. "Harga sudah termasuk bingkai," kata Dian.

Selain memproduksi lukisan yang dijual secara massal, Dian juga memproduksi lukisan pewayangan di atas media kaca. Namun, lukisan pewayangan hanya dibuat khusus berdasarkan pesanan. "Setiap wayang lukisan kaca juga memiliki makna dan filosofis yang berbeda," terang Dian.

Pasar lukisan pewayangan itu juga tertentu saja, terutama mereka yang percaya dengan pewayangan. "Ada yang percaya lukisan tokoh wayang tertentu bisa menghindarkan kekuatan jahat," terang Dian.

Untuk memesan lukisan pewayangan tidak bisa sembarangan. Dian bilang, pemesanan lukisan mesti sesuai dengan weton atau hari kelahiran dari si pemesan. Dian memberi contoh, jika pemesan lahir pada hari Senin disarankan memilih tokoh lukisan Arjuna. Jika pemesan lahir hari Selasa, disarankan memilih tokoh lukisan Bima.

Soal harga, lukisan pewayangan juga lebih mahal ketimbang lukisan biasa karena proses pengerjaannya yang sulit dan sakral. "Beda harganya bisa 10 kali lipat," ungkap Dian.

Dian memberi contoh, untuk lukisan pewayangan ukuran 50cmx60cm saja, bisa berharga hingga Rp 1,5 juta. Bahkan, Dian pernah menjual lukisan pewayangan menggunakan media kaca itu dengan harga Rp 80 juta dengan ukuran 2mx3m.

Walaupun harganya mahal, lukisan pewayangan tetap saja ada peminatnya. Selain disenangi kolektor, lukisan pewayangan di atas media kaca itu banyak diminati pejabat daerah maupun pejabat pusat.

Untuk membuat lukisan pewayangan itu setidaknya menghabiskan waktu tiga hari hingga 10 hari. Proses pengerjaan lukisan yang berlangsung lama karena setiap lukisan hanya boleh dikerjakan oleh satu pelukis saja. Dian mengutip laba bersih dari lukisan wayang itu antara 40% hingga 50% setelah dikurang ongkos pelukis.

Media kaca sepertinya memang populer di kalangan seniman lukis. Selain kaca lembaran, ada juga pelukis yang menuangkan kreativitasnya di atas kaca yang sudah berbentuk stoples atau botol.

Inilah yang dilakukan oleh Dyah Rachmalita pemilik galeri Lita Decorative Glass Painting di Malang, Jawa Timur.

Dyah melukis di atas stoples dan botol kaca mulai sejak 2007 lalu. Ide awal melukis di media stoples dan botol bermula dari keinginan untuk mempercantik perabotan berbahan kaca di rumahnya. Karena menarik, seorang kawannya menyarankan untuk menjual lukisan di stoples dan botol itu dalam sebuah pameran di Malang. “Saat pameran itu ternyata produk saya ludes terjual,” kata Dyah.

Sejak itulah, Dyah mulai gencar menjajakan kreasinya ke seluruh Indonesia. Hingga kini, ia telah memiliki pelanggan stoples dan botol kaca lukis itu dari Aceh, Kalimantan, Bandung, dan juga Jakarta.

Untuk memproduksi lukisan di atas stoples dan botol tersebut, Dyah sengaja mencari bentuk stoples atau botol dengan desain yang unik. Selanjutnya, Dyah melukis stoples atau botol tersebut dengan bahan lukisan yang datangkan langsung dari Italia. “Cat yang ada di Indonesia tidak cocok untuk kaca,” terang Dyah.

Soal harga lukisan di stoples dan botol itu juga bervariasi. Untuk lukisan di media stoples, Dyah mematok harga antara Rp 25.000 hingga Rp 100.000 per unit. Untuk lukisan media botol, Dyah menjualnya seharga Rp 125.000. Bahkan, untuk beberapa model lukisan, Dyah mampu menjual hingga ratusan juta rupiah.

Soal keuntungan dari penjualan lukisan stoples dan botol tersebut, Dyah bisa mengantongi hingga 20% dari harga jual. Nah, di saat bulan Ramadan seperti sekarang adalah masa panen bagi Dyah. "Pada bulan puasa seperti sekarang kenaikan pesanan dua kali lipat, kalau biasanya 40 item menjadi 80 item," terang Dyah.

Agar tetap berkreasi, saat ini Dyah berencana mencari media lukis baru. Ia akan melukis di media kaleng krupuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×