Reporter: Azis Husaini | Editor: Tri Adi
Tidak gampang menjaring tenaga mekanik sepeda motor yang handal. Biar tidak repot, Astra Honda Motor dan Suzuki Indomobil Sales memburu teknisi lewat pendirian laboratorium otomotif dan pusdiklat. Pemilik dealer pun tenang.
Jangan kaget bila saat menyambangi sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK), Anda akan menjumpai gerai Astra Honda Motor (AHM) lengkap dengan varian sepeda motornya. AHM tak hendak memenuhi target dengan berjualan sepeda motor di sekolah.
Gerai itu tak lain adalah laboratorium otomotif Honda yang didirikan di sekolah-sekolah pencetak tenaga terampil ini. Umumnya, laboratorium itu dilengkapi dengan peralatan bengkel yang modern, berikut empat sepeda motor yang siap untuk dibongkar pasang oleh para siswa di sekolah tersebut. Bahkan, Honda siap mengganti motor dengan varian terbaru dalam dua kali setahun.
Untuk sementara, memang tak semua sekolah akan mendapatkan bengkel percobaan ini. Soalnya, pada tahap awal yang dimulai Desember ini, baru tiga sekolah kejuruan di Jakarta dan Bandung saja yang menjadi tempat laboratorium otomotif ini. “Ini adalah pilot project untuk program Corporate Social Responsibilty (CSR) kami di bidang pendidikan otomotif,” ujar Kristanto, Kepala Komunikasi Perusahaan AHM yang juga Kepala Departemen Corporate Sosial Responsible AHM.
Kelak, Honda akan terus mengembangkan lebih banyak laboratorium otomotif di SMK. Tahun depan saja, rencananya, AHM akan membuka laboratorium otomotif di 28 sekolah di seluruh Indonesia.
Untuk tahap awal, AHM memilih wilayah Jakarta dan Bandung sebagai tempat mengembangkan laboratorium otomotif. Honda menggandeng main dealer PT Daya Adira Mustika di Jawa Barat.
Adapun di Jakarta dan Tangerang, AHM menggandeng PT Wahana Makmur Sejati sebagai pelaksana. Sekedar catatan, main dealer ini biasanya membawahi sebuah provinsi.
Lewat jaringan dealer utama, AHM berharap program bantuan pendidikan ini dapat berlangsung dengan lancar dan tepat sasaran. Mereka belajar dari program terdahulu pada tahun 2005 yang mereka nilai kurang optimal.
Saat itu, AHM cuma memberi bantuan satu mesin motor saja untuk melengkapi sarana di laboratorium otomotif SMK.
Maka itu, selain memberi perlengkapan bengkel ala bengkel resmi Honda dan sepeda motor, sekarang, AHM juga melatih guru SMK yang menjadi lokasi laboratorium itu di AHM. Pelatihan berlangsung selama 10 hari. Tujuannya supaya para guru paham luar dalam akan jeroan mesin dan sepeda motor berlambang sayap ini.
Program bengkel motor sekolah ini tidak berhenti sampai di SMK saja. Pesantren tak luput dari perhatian anak perusahaan PT Astra International Tbk ini.
Meski cuma sebatas kegiatan ekstrakurikuler saja, AHM melihat potensi yang besar dari pesantren-pesantren di Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Mulai tahun depan, pesantren yang terpilih di Sulawesi Selatan bakal menikmati fasilitas ini.
Meski mengklaim sebagai program sosial, langkah AHM ini jelas punya maksud lebih jauh. Menurut pengamat pemasaran dan manajemen dari ActionCOACH Herman Susanto, lewat program ini, tampaknya, AHM ingin mulai menanamkan ke benak para siswa bahwa Honda merupakan sepeda motor yang peduli terhadap pelanggannya. “Sudah pasti citra Honda bakal terangkat,” kata dia. Kelak, para siswa itu akan menjadi target pasar yang besar bagi AHM.
Apalagi, target penjualan AHM terus naik saban tahun. Tahun ini saja, Honda menargetkan penjualan tiga juta unit atau tumbuh 11% dari tahun lalu. Selain itu, bertambahnya jumlah kendaraan juga sudah pasti membutuhkan layanan purnajual (after sales) yang layak. Nah, ketersediaan teknisi sepeda motor menjadi syarat mutlak untuk memberikan layanan terbaik.
Jumlah diler sepeda motor Honda yang saat ini berjumlah 3.800 di seluruh Indonesia juga pasti bakal bertambah. Saban tahun, diler Honda bertambah seratus lebih. Biasanya, penambahan diler ini bakal disertai dengan fasilitas perawatan alias bengkel.
Merambah kampus
Lewat cara ini, kata Herman, AHM juga akan gampang menjaring teknisi handal. Setiap murid yang punya minat dan ketrampilan pasti akan mendapat tawaran untuk bergabung dengan bengkel resmi Honda. Artinya, dana Rp 50 juta sampai Rp 60 juta yang AHM keluarkan untuk membuat satu laboratorium tidak sia-sia. “Dampak bisnis dari program ini paling 1%-2% saja. Tujuannya lebih untuk menekan cost dalam menciptakan sumber daya manusia,” timpal Herman.
Jauh sebelumnya, tepatnya mulai 2005, PT Suzuki Indomobil Sales, pemegang merek sepeda motor Suzuki di pasar Indonesia, juga sudah memiliki cara khusus untuk menyiapkan teknisi handal bagi bengkel-bengkel resminya.
Perusahaan otomotif ini mendirikan Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Suzuki. Mereka menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan. Lembaga pendidikan yang mereka ajak bermitra tidak sebatas SMK saja, tapi juga merambah jenjang perguruan tinggi. Misalnya, Suzuki menggandeng program diploma Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN). Suzuki bakal memasok sarana dan prasaran bengkel motor bagi pusdiklat itu.
Tak cuma sekolah dan kampus saja, Suzuki juga bakal mendidik tenaga pengajar, dengan metode yang bernama Suzuki Class, selama satu tahun penuh. Targetnya, menurut Hariadi, Manajer Perawatan
PT Suzuki Indomobil Sales, Suzuki ingin menghasilkan tenaga mekanik sepeda motor yang siap pakai dan teruji.
Apalagi jumlah dealer resmi Suzuki juga terus bertambah. Kini, jumlah dealer Suzuki telah mencapai 1.400 unit. Tahun depan, jumlah itu akan bertambah sekitar 100 unit. Nah, para dealer-tersebut tentu membutuhkan tenaga mekanik terampil . “Ibaratnya kita sudah tidak beli kucing dalam karung,” kata Herman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News