kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menggenggam margin dari pembuatan boneka jari


Selasa, 22 Oktober 2013 / 13:55 WIB
Menggenggam margin dari pembuatan boneka jari
ILUSTRASI. Ini 5 Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Merawat Ikan Hias Koki


Reporter: Sri Sayekti | Editor: Tri Adi

Kebanyakan orang tua tentu ingin menyenangkan hati anaknya. Kebutuhan ini membuka celah bagi berbagai produk mainan, termasuk boneka jari.

Mainan edukasi ini kerap digunakan sebagai alat peraga saat menuturkan cerita atau dongeng ke anak-anak. Kehadiran boneka jari biasanya memungkinkan ada interaksi antara anak dengan kisah yang dituturkan. Kegiatan mendongeng pun tak lagi sekadar membacakan isi buku cerita.

Boneka jari juga bisa digunakan untuk membantu orang tua menanamkan kebiasaan baik ke anak. Kegunaan semacam itu yang mengenalkan Lina Nurmaya, guru agama di salah SD yang berada di  Sragen, Jawa Tengah. “Semula saya membuat boneka jari untuk alat peraga  praktek sholat,” ujar dia.

Hasil penggunaan boneka jari itu sungguh di luar dugaan Lina. Banyak anak didiknya yang sangat tertarik, dan berniat memiliki boneka jari. Tak cuma sesi mengajar menjadi lebih menyenangkan, pesanan boneka jari pun mulai mengalir.

Kolega Lina yang bekerja di Demak, Jawa Tengah, memesan hingga 100 buah boneka jari. Setelah mengantongi order sebesar itu, Lina pun mulai serius membuat boneka jari

Potensi pasar boneka jari juga tercium oleh Listia Ari Dewi dan suaminya, M. Abdul Qohhar. Sebelum menghasilkan boneka jari, pasangan yang tinggal di Medan itu telah menggeluti pembuatan berbagai kerajinan yang berbahan kain flanel sejak 2009. Dengan menggunakan merek Qorry Felt, Listia dan pasangannya menjual aneka produk, seperti kaus, handuk, dadu, buku kain, sepatu bayi, toples hias. Dua tahun lalu, portofolio produk Qorry Felt bertambah, dengan kehadiran boneka jari.

Daya tarik usaha ini terletak pada pasarnya yang luas. Mereka yang memiliki anak-anak di bawah usia lima tahun bisa dipastikan tertarik untuk membeli mainan ini. Saat ini, Lina membukukan omzet belasan juta rupiah  per bulan.

Pemain di usaha pembuatan boneka jari pun terhitung minim. Memang, di dunia maya saat ini banyak situs yang menawarkan produk mainan edukasi, termasuk boneka jari.  Namun, “Kebanyakan mereka itu adalah reseller,” tutur Lina.

Kreatif dan inovatif

Pembuatan boneka jari semakin terlihat prospektif karena modal awal yang dibutuhkan relatif rendah, sementara margin terbilang tinggi. Ketika mulai serius menekuni usaha pembuatan boneka jari, Lina mengaku cuma mengeluarkan uang Rp 25.000. “Duit itu saya gunakan untuk menghasilkan 20 boneka jari,” ujar dia.

Harga jual boneka jari buatan Lina kini Rp 15.000 per set. Kendati harga terbilang mini, Lina mengaku sudah menikmati margin yang tinggi. “Untungnya bisa empat kali lipat dari ongkos pembuatan,” tutur dia.

Qorry Felt yang kini merilis boneka jari dalam banyak bentuk, mematok harga Rp 30.000 per set untuk boneka jari seri profesi. Sedang boneka jari seri lain, seperti seri buah, sayur, hewan keluarga dan transportasi harganya sama, Rp 25.000 per set. Oh, iya, satu set boneka jari terdiri dari lima boneka.

Jika tertarik untuk mengikuti jejak Lina dan Listya, modal yang juga harus disiapkan selain uang adalah kreativitas dan ketelitian menjahit. Kreativitas mutlak harus dimiliki mengingat boneka jari termasuk kerajinan.

Inspirasi model boneka jari bisa saja Anda petik dari berbagai produk serupa yang dijajakan di internet. Ide itu bisa Anda padukan, ambil contoh, dengan, dongeng atau kisah yang populer di sini.

Dalam proses kreasi ini, Anda juga harus mengetahui apa yang paling menarik di mata anak-anak. Ambil contoh, warna. Boneka jari berwarna cerah akan lebih disukai anak-anak dibandingkan boneka berona redup. “Selain jahitannya harus rapi, boneka jari harus tampil ramai dan jangan terlalu sederhana,” tutur Lina.

Untuk urusan menjahit, Anda masih bisa memulai usaha ini apabila tidak terlalu terampil. Selama paham pola, Anda bisa mengalihkan pekerjaan itu ke orang lain. Ambil contoh Lina. Saat pesanan boneka jarinya semakin banyak, Lina menggunakan jasa ibu-ibu di sekitar rumahnya sebagai penjahit paruh waktu. Besaran upah tiap penjahit tentu disesuaikan dengan lokasi Anda. Lina sendiri bisa memberikan upah jahit cuma Rp 350 per boneka, karena ia tinggal di kota kecil.

Modal awal di usaha ini terpakai untuk pembelian bahan baku, yaitu kain flanel, dakron dan benang jahit. Harga kain flanel saat ini Rp 15.000 per meter. Untuk pemula, Lina menyarankan membeli potongan-potongan kain yang terdiri dari beberapa warna primer, demi menghemat modal. Biasanya dengan uang Rp 20.000 saja, Anda sudah mendapat beberapa potongan kain flanel aneka warna. Bahan baku lain yang perlu dibeli adalah dakron plastik untuk mengisi kepala boneka, yang harganya sekitar Rp 4.000 per kemasan dan Rp 1.000 untuk benang jahit. Itu dengan catatan, Anda sudah memiliki peralatan jahit standar, seperti gunting, jarum dan lem.

Dalam sehari, Lina memperkirakan, seorang pemula bisa membuat 5 boneka. Sedang mereka yang sudah ahli bisa menyelesaikan satu set boneka dalam waktu satu jam saja. Karena harganya yang relatif murah, pemasaran boneka jari terbilang mudah. Jika ingin menjual langsung ke end user, pemasaran melalui website  wajib dilakukan.

Perajin yang sudah nama, seperti Lina, biasanya tidak perlu repot membangun jaringan penjualan. Merekalah yang akan didatangi oleh para penjual. Lina menjual seluruh produknya ke reseller dari Jakarta dan Pati. Kehadiran para pedagang ini yang mendongkrak harga boneka jari buatan Lina, begitu sampai ke tangan pembeli akhirnya.

Cukup menarik, kan?         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×