kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.616   19,00   0,11%
  • IDX 6.938   105,33   1,54%
  • KOMPAS100 1.005   17,61   1,78%
  • LQ45 780   14,35   1,87%
  • ISSI 220   2,21   1,02%
  • IDX30 404   7,23   1,82%
  • IDXHIDIV20 476   9,05   1,94%
  • IDX80 113   1,75   1,57%
  • IDXV30 116   1,43   1,25%
  • IDXQ30 132   2,82   2,18%

Menggiring fulus dari gerai pernak-pernik skuter


Senin, 19 Januari 2015 / 14:00 WIB
Menggiring fulus dari gerai pernak-pernik skuter
ILUSTRASI. Asing Net Sell Jumbo Rp 1,48 Triliun di Awal Pekan, Cek Saham yang Banyak Dilego


Reporter: Marantina, Pradita Devis Dukarno | Editor: Tri Adi

Popularitas Vespa di dalam negeri seakan tidak pernah pudar. Penggemar sepeda motor skuter justru semakin banyak. Penggunaan teknologi transmisi matik di Vespa terbaru, membuat sepeda motor  itu populer karena semakin mudah dikendarai di jalan-jalan kota besar yang macet.

Sebagai bagian dari dunia otomotif, Vespa tak lagi sekadar dianggap sebagai kendaraan bermotor. Pengguna Vespa tak hanya mengutamakan fungsi ketika membicarakan kendaraan yang dimilikinya, melainkan lifestyle atau gaya hidup. Ya, mereka sudah menjadikan Vespa sebagai gaya hidup. Tak heran jika mereka rela merogoh kocek dalam-dalam untuk mendandani skuternya.

Kondisi ini tak mau disia-siakan oleh pengusaha. Mereka pun mendatangkan berbagai macam aksesori untuk Vespa dan penggunanya ke dalam negeri. “Pengguna Vespa itu gengsi kalau membeli barang yang tidak orisinal, jadi saya pun hanya menjual barang hasil pabrikan langsung dari Italia,” ujar Harrison Suriantono, pemilik Scooter Pack, gerai aksesoris Vespa di  Jakarta Selatan.

Pria berusia 52 tahun ini sudah sejak lama menggemari Vespa. Seperti banyak pengguna Vespa, dia suka mengoprek skuter dan menghiasnya dengan beragam aksesori. Tak hanya itu, sebagai pengendara, ia juga gemar memakai aksesori yang menunjukkan ciri khas Vespa.

Akan tetapi, dulu dia kerap kesulitan untuk mendapatkan aksesori sesuai keinginan.  “Pada 2008, saya tak menemukan penjual aksesori Vespa di Indonesia, jadi saya beli di luar negeri,” ujar dia.

Kegemaran mengumpulkan aksesori yang berbau Vespa ternyata dilirik rekan-rekan Harrison. Kemudian, rekan-rekannya pun menitip untuk dibelikan aksesori itu ketika Harrison plesir ke luar negeri. “Itu berlangsung cukup lama, sampai tahu-tahu koleksi saya sangat banyak,” kata dia.

Dari situ, Harrison pun melihat peluang yang bagus untuk merintis usaha penjualan aksesori Vespa. Lantas, pada 2009, dia membuka gerai Scooter Pack di Bogor, Jawa Barat. Usahanya berkembang cukup pesat karena permintaan terus meningkat. Lantaran kebanyakan konsumennya berdomisili di Jakarta, dia pun memindahkan gerainya ke Jakarta pada 2011.

Secara kebetulan, pada saat bersamaan, Vespa secara resmi hadir di Indonesia melalui PT Piaggio Indonesia. Hal itu membawa dampak positif bagi usaha penjualan aksesori skuter di dalam negeri. Harrison mengatakan, penjualannya langsung menanjak hingga lima kali lipat pada 2011.

Makanya, Harrison bilang, mendirikan gerai penjualan aksesori skuter masih berpeluang bagus. Hingga kini pun pemainnya masih terbatas. “Potensi untuk membuka usaha serupa di kota-kota besar selain Jakarta masih ada karena pelanggan saya di luar kota juga banyak,” kata Harrison.

Selain menjual aksesori penunjang sepeda motor  Vespa dan pengendaranya, ia pun melengkapi gerainya dengan bengkel mini untuk pemasangan aksesori. “Orang bisa konsultasi dan memasang aksesori yang dibeli di Scooter Pack tanpa dipungut biaya,” tutur dia.

Aksesori yang dijual Scooter Pack antara lain helm, jok sepeda motor , boks belakang, lampu, krom, horn cover, dan kaca spion. Harga jualnya berkisar Rp 200.000 sampai Rp 10 juta per item. Harrison bilang, pelanggan paling sering mencari helm karena item itu jarang dijual di tempat lain.

Tak berbeda jauh, kisah sukses ini juga berulang pada Andri Gunawan ketika mendirikan gerai penjualan aksesori dan bengkel modifikasi Scooter House Djakarta (SHD). Tadinya, Andri hanya iseng membeli Vespa dan bergabung dengan komunitas Vespa. Lama-kelamaan kecintaannya untuk memodifikasi skuter pun tumbuh. Demikian pula dengan kesukaannya mendandani Vespa miliknya dengan berbagai aksesori.

Awalnya, Andri menitip temannya hingga dia sendiri yang beli di luar negeri. “Teman-teman menganjurkan saya untuk menjual aksesori, akhirnya saya jalani,” ucap dia.

Pada 2011, Andri memasarkan berbagai aksesori Vespa melalui jalur online. Lantas, tak sampai setahun, ia sudah membuka gerai offline di daerah Kemang, Jakarta Selatan. “Tadinya hanya menjual aksesori, tapi sekarang sudah dilengkapi dengan bengkel modifikasi,” kata dia.

Andri bilang, seluruh bagian spare part dijual SHD. Kebanyakan suku cadang fast moving seperti kampas rem, bering-bering, dan com steer. Ada juga yang memesan spare part pabrikan yang orisinal, seperti velg. Beberapa produk sudah tersedia di gerai, tapi tidak sedikit juga barang yang harus dipesan dulu. Harganya berkisar
Rp 20.000 - Rp 10 juta per item.

Andri mengaku dalam sebulan, ia bisa mengantongi omzet Rp 400 juta dari usaha ini. Adapun laba bersihnya sekitar 30%. Sementara itu, Harrison bisa membukukan penjualan hingga Rp 750 juta per bulan di Scooter Pack. Laba bersihnya ada di kisaran 30%–60%.


Terkendala stok

Dengan konsep one stop shopping, para pemain dalam usaha ini berusaha menyediakan produk yang lengkap untuk customer. Berbagai barang tersedia di gerai, antara lain onderdil skuter, aksesori berlogo Vespa, hingga perlengkapan untuk pengendara Vespa.

Berbagai aksesori dan spare part skuter ini dibeli Andri dari bermacam-macam negara, seperti Thailand, Vietnam, Singapura, Jerman. Bahkan ada produk yang dia beli di negara asal Vespa yaitu Italia. Namun, Andri mengaku tak menjalin kerja sama dengan pihak produsen alias beli lepas. “Saya punya koneksi dengan Piaggio Indonesia, tapi kalau dari luar punya koneksi dengan sub distributornya saja,” ungkapnya. Karena itu, Andri masih sering kesulitan mendapatkan stok aksesori dan spare part yang dibutuhkan oleh pelanggannya.

Beda halnya dengan Harrison yang bekerja sama dengan produsen Vespa Italia. Ia mengaku tidak mudah untuk mendapat persetujuan dari pihak produsen. Harrison harus langsung terbang ke Negara Spaghetti itu. “Sebelumnya, mereka survei kapabilitas saya sebagai agen yang akan menjual produknya di Indonesia,” jelasnya.

Pabrikan Vespa di Italia membutuhkan waktu setahun untuk menyetujui permohonan Harrison menjadi agen distributor produk aksesori Vespa di Indonesia. Harrison menuturkan, kelebihan bekerja sama dengan produsen langsung adalah kemudahan untuk mendapatkan produk orisinal yang selalu up to date dari pabrik. Itu sebabnya, koleksi aksesori Vespa di gerainya tergolong komplet.

Akan tetapi, sebagai agen, Harrison diwajibkan membeli produk dengan minimal order yang ditetapkan Vespa. Ini membuat dia harus menyiapkan modal yang nilainya tak kecil. Dus, bisa dibilang, bisnis ini memang padat modal.

Selain itu, barang yang dia pesan dari pabrik pun tidak langsung sampai di gerainya. Terkadang, butuh waktu hingga tiga bulan agar barang yang ia pesan sampai. Bagi konsumen yang tidak sabar, ini bisa jadi preseden buruk.

Baik Andri maupun Harrison menyetujui bahwa kunci utama pada usaha ini ialah kesediaan stok barang. “Pengusaha harus pintar-pintar untuk terus memperbaharui stok demi kepuasan pelanggan,” tandas Harrison.


Modal besar

Anda tertarik menggeluti usaha ini? Silakan menyiapkan modal yang besar. Pasalnya, produk-produk orisinal Vespa terbilang lebih mahal bila dibandingkan dengan aksesori untuk kebanyakan merek sepeda motor  Jepang. Di samping itu, tak semua stok langsung ludes setelah diorder dari luar negeri. Jadi, perputaran uang dalam usaha pun tidak bisa berlangsung cepat.

Di awal usahanya, Harrison mengeluarkan modal puluhan juta rupiah untuk menyewa tempat usaha dan merenovasi tempat. “Itu belum termasuk pengeluaran saya untuk membeli aksesori di luar negeri, yang bisa sampai Rp 30 juta setiap beli, dan itu berkali-kali belinya,” ucapnya.

Menurut Harrison, jika berminat untuk mendirikan usaha seperti yang dilakukannya, modal yang dibutuhkan minimal Rp 2 miliar. “Dengan catatan, luas tempatnya seperti yang saya miliki sekarang dan stoknya sudah banyak,” ujarnya.

Dalam usaha penjualan aksesori Vespa, beberapa hal yang harus disiapkan ialah tempat usaha, stok barang, dan gudang penyimpanan barang. Tempat usaha kalau bisa disesuaikan dengan tempat domisili kebanyakan customer untuk memudahkan. Setelah itu, tempat usaha harus direnovasi, agar sesuai dengan branding yang diinginkan.

Adapun gudang merupakan perkara opsional. Harrison punya dua gudang penyimpanan agar stok aksesorinya terjaga dengan baik dan menghindari kerusakan. Hal lain yang tak boleh dilupakan adalah tenaga kerja. Di gerai, Harrison menempatkan empat orang karyawan. Sisanya, empat karyawan lagi, bertugas mengurus gudang dan administrasi.

Sementara Andri bercerita, ia merogoh kocek sekitar Rp 50 juta untuk memodali bisnisnya. Modal itu tergolong kecil karena ia memulai usahanya via online. Untuk meminimalkan biaya, ia kerap memanfaatkan kartu kredit dan inden dengan uang muka 50% sebelum barang sampai pada customer.

Menurut hitung-hitungan Andri, untuk merintis usaha penjualan aksesori Vespa saat ini, modal yang dikeluarkan setidaknya Rp 500 juta. Pasalnya, sewa tempat saja Rp 100 juta–Rp 200 juta per tahun. Untuk stok awal, biaya yang dikeluarkan kira-kira Rp 300 juta. “Selain itu, kan, harus renovasi tempat, dekorasi, dan karyawan,” tegasnya.

Diawali hobi, dijalani serius

Banyak hobi yang tak berujung pada kesenangan belaka. Hobi mengoleksi aksesori Vespa ini salah satunya. Kegemaran mengumpulkan aksesori skuter asal Italia ini juga bisa mendatangkan duit ke kantong penggemarnya.

Kebanyakan pemain di bisnis penjualan aksesori Vespa mengatakan, awal keterlibatannya berbisnis adalah rasa suka terhadap merek skuter yang ada di Indonesia ini sejak puluhan tahun silam. Harrison Suriantono, owner Scooter Pack di Jakarta, mengatakan sebaiknya pemilik bisnis juga merupakan penghobi Vespa atau skuter. “Owner harus tahu aksesori terbaru, dan yang biasanya mau terus update hal-hal berkaitan dengan Vespa tentunya penggemar Vespa,” katanya.

Akan tetapi, meski berawal dari hobi, bukan berarti pengelolaan bisnis bisa dilakukan dengan serampangan. Dulu Harrison mengerjakan sendiri pengelolaan gerainya. Seiring perkembangan usaha, ia pun memperkerjakan karyawan untuk mengelola gerai dan mengurus gudang penyimpanan barang.

Adapun Andri Gunawan, pemilik Scooter House Djakarta menuturkan bahwa peluang usaha penjualan aksesori skuter masih cerah. Akan tetapi, jangan mengharapkan untung yang terlalu besar dari usaha ini. Pasalnya, segmentasi pasar untuk usaha ini sangat terbatas.

“Kalau mau untung gede, lebih baik usaha untuk produk sepeda motor  Jepang karena penjualan Vespa di Indonesia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sepeda motor Jepang,” tegas dia. Namun, jika memang hobi pada kendaraan satu ini, kesempatan untuk menjadikannya bisnis terbuka lebar.                                        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×