Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Havid Vebri
Tawaran kemitraan olahan pisang belum juga surut. Pasalnya, bisnis kudapan pisang ini sudah begitu akrab dengan lidah masyarakat. Maka dari itu, cukup mudah ditemui gerai-gerai yang berjualan kudapan pisang ini di pinggir-pinggir jalan maupun di dalam mal.
Namun, itu pula yang membuat persaingan olahan pisang ini semakin ketat. Agar mampu bersaing, pengusaha kuliner harus pandai melakukan inovasi. Contohnya Suratman yang membuka bisnis pisang molen dengan brand Molen Cinta.
Molen Cinta didirikan Suratmin tahun 2010 di Binjai, Sumatera Utara. Berbeda dengan pisang molen lainnya, pisang molen cinta olahannya memiliki beberapa varian rasa. Diantaranya, coklat, jagung, kacang hijau, nanas, tape ketan, ketan durian dan pisang molen tulen yang menggunakan pisang lilit.
Satu kotak pisang molen original di banderol dengan harga Rp 7.000. Sementara untuk pisang molen aneka rasa di banderol seharga Rp 10.000 per kotak. "Satu kotak berisi lima hingga 10 pisang," ujar Suratman.
Untuk mengembangkan bisnisnya, Suratman membuka peluang kemitraan di tahun 2011. Terhitung hingga saat ini, ia sudah memiliki 15 gerai. Rinciannya, 10 gerai milik pusat dan lima lainnya milik mitra.
Tertarik menjadi mitra Molen Cinta? Suratmin menawarkan paket investasi senilai Rp 6 juta. Dengan investasi itu, mitra berhak mendapatkan booth dengan desain molen cinta, kompor gas dan tabung gas 3 kilogram (kg), peralatan lengkap memasak, pelatihan dan kaos untuk karyawan.
Mengacu pada gerai milik Suratmin, rata-rata setiap gerai bisa menjual sekitar 25 hingga 30 kotak pisang molen dalam sehari. Dengan asumsi itu, mitra di perkirakan bisa meraup omzet sekitar Rp 7,5 juta per bulan.
Setelah di kurangi biaya sewa tempat per bulan, membeli bahan baku dan biaya transportasi, mitra bisa meraup laba bersih sekitar 30%. Artinya mitra bisa kembalikan modal dalam jangka waktu tiga bulan.
Ia tidak mengutip biaya royalti sepeser pun untuk kerjasama kemitraan ini. Namun, pihak pusat mewajibkan mitra untuk membeli bahan baku seperti pisang dan tepung dari pusat.
Meskipun usaha Suratmin sudah berkembang hingga memiliki 10 tempat, ia masih tetap membutuhkan pinjaman modal usaha dari pihak perbankan, maupun Dinas Koperasi dan UKM. Ia bilang membutuhkan modal berkisar Rp 100 juta untuk pengembangan usaha.
“Jika ada modal sebesar itu, saya akan menambah tempat dagangan lagi serta akan menambah tenaga kerja,” jelas Suratmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News