Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi
Belakangan ini, masakan berbahan iga sedang naik pamor. Tengok saja, makin banyak restoran atau tempat makan yang menawarkan menu berbahan daging di bagian iga ini. Baik dibakar, digoreng, maupun sop iga.
Iga Bakar Jogja merupakan salah satu restoran yang menyajikan beragam masakan berbahan daging iga. Saat berdiri tahun 2007, namanya Iga Bakar Gejayan. Nama lokal ini kemudian berganti menjadi Iga Bakar Jogja agar lebih mudah dikenal dan diterima di tingkat nasional.
Michael Andrian, Direktur PT Matahari Langit Indonesia, selaku pengelola usaha ini, bilang, restorannya sarat dengan menu iga. "Hampir 75% menu kami berbahan iga. Sisanya, merupakan variasi makanan," imbuhnya.
Pemilik Iga Bakar Jogja, Ahmad Hidayat, menambahkan, kelebihan masakan di restonya terletak pada penggunaan bahan baku iga lokal yang lebih segar, serta pilihan saus yang bervariasi. "Kami mempunyai saus spesial pedas yang tak ada di tempat lain, karena saya sendiri yang membuatnya," katanya.
Iga Bakar Jogja menawarkan beragam menu. Antara lain, iga bakar kuah kuning, iga bakar kare dan iga bakar sambal belacan. Selain itu, ada menu standar, seperti iga bakar saus barbeque dan iga bakar saus lada hitam.
Investasi Rp 250 juta
Hingga kini, Matahari Langit sudah memiliki enam cabang. Tiga di Yogyakarta, dan sisanya tersebar di Bogor, Palembang, dan Pekanbaru. Di Bogor dan Palembang, Iga Bakar Jogja mengusung nama Iga Bakar Gadong dan Emily. Dari keenam cabang itu, baru cabang di Pekanbaru yang merupakan waralaba.
Awalnya cabang di Pekanbaru ini merupakan kemitraan atau business opportunity. Jadi mitra menyerahkan urusan operasional kepada pusat Iga Bakar Jogja. Tapi belakangan, lanjut Michael, pemiliknya ingin terjun langsung, sehingga pada pertengahan tahun ini skemanya berubah menjadi waralaba.
Ke depan, Matahari Langit berniat membuka cabang baru. Mereka akan membuka dua cabang di Yogyakarta dan Pekanbaru. Selain itu, masih ada permintaan waralaba dari Jakarta dan Bandung.
Untuk menjadi terwaralaba, calon terwaralaba harus menyediakan dana setidaknya Rp 250 juta. Investasi ini mencakup belanja peralatan, furnitur, seragam, commitment fee Rp 39 juta dan biaya pelatihan Rp 49 juta. Terwaralaba juga harus menyediakan lahan minimal 150 meter persegi. Plus, tempat parkir yang luas.
Untuk royalty fee, terwaralaba bisa memilih pembayaran setiap bulan atau pembayaran royalti pada awal perjanjian. Besarnya 8% dari omzet per bulan. Tapi jika dibayar sekaligus di muka, besarnya Rp 199 juta yang berlaku selama tiga tahun.
Michael bilang, kebanyakan terwaralaba memilih pembayaran royalty fee setiap bulan karena modal awalnya menjadi tidak terlalu besar. Bahkan, "Biaya tersebut masih bisa dinegosiasikan," imbuhnya.
Laiknya waralaba makanan lain, untuk mempertahankan standar ukuran dan rasa, Iga Bakar Jogja memasok daging iga sekaligus dengan berbagai saus pendukungnya. Adapun untuk bahan-bahan segar, seperti sayur dan buah, terwaralaba bisa mencari di pemasok setempat.
Iga Bakar Jogja menargetkan mitranya bisa balik modal antara satu hingga dua tahun. Asumsinya, pendapatan per hari Rp 6 juta. "Itu adalah pendapatan terkecil," imbuh Michael. Ia memperkirakan, di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, pendapatan gerai per hati bisa mencapai Rp 10 juta.
Iga Bakar Jogja
Jl. Magelang Km. 5
No. 115
Yogyakarta
HP. 081313252558
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News