kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengukir laba dari merancang kamar anak


Kamis, 20 Maret 2014 / 13:01 WIB
Mengukir laba dari merancang kamar anak
ILUSTRASI. Harga emas dalam tekanan di pekan ini


Reporter: Sri Sayekti | Editor: Tri Adi

Adakah orang tua yang tidak ingin memenuhi kebutuhan anaknya? Kemungkinan besar jawaban yang Anda berikan adalah tidak. Hampir setiap orang tua pasti akan berusaha memenuhi kebutuhan anak mereka. Tidak heran, apabila bisnis yang berkaitan dengan kebutuhan anak-anak, pasti basah.

Nah, bagi orang tua yang memiliki anak-anak di usia balita hingga anak-anak, salah satu kebutuhan yang muncul adalah menyediakan kamar khusus untuk si kecil. Ada banyak alasan mengapa si anak harus memiliki kamar tersendiri yang terpisah dari orang tua.

Para pakar pendidikan menyebut memiliki kamar sendiri akan melatih sang anak untuk mandiri dan bertanggung jawab. Di kamarnya, si kecil juga bisa terpicu untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya.

Untuk memenuhi kebutuhan kamar sang anak, banyak orang tua ingin memberikan yang terbaik. Mereka tidak cuma menyediakan ruang tidur yang terpisah, dan belanja perabot di toko furnitur. Banyak orangtua yang merasa harus memastikan keselamatan sang anak, dengan menggunakan furnitur yang aman, seperti tidak punya sudut yang tajam, hingga menyimak keinginan sang anak, apakah ingin kamarnya didominasi tema khusus.

Mereka inilah yang menjadi sasaran pasar usaha merancang kamar anak. Usaha ini mirip dengan membuat furnitur untuk anak-anak. Yang membedakan, pebisnis kamar anak menawarkan jasa borongan, mulai dari merancang hingga membuat furnitur yang customized. Jika si klien mau, mereka bisa juga membuat hingga pernak-pernik kamar, seperti gorden.

Menyimak kiprah bisnis Irna Ronny, pemilik In-Kids Design dan Sisca Sada, pemilik Petite Elle, prospek usaha kamar anak terbilang cerah. In-Kids Design saat ini memiliki omzet antara Rp 50 juta–Rp 100 juta per bulan, dengan margin bersih berkisar 25%–30%. Sedang pendapatan Petite Elle per bulan berkisar Rp 60 juta–Rp 100 juta, dengan margin sekitar 30%.

Irna mengawali usaha In-Kids Design sejak tahun 2002. Berawal dari hobi menggambar, Irna mengambil kursus singkat tentang disain produk dan warna selama tiga bulan di London. Ia menambah bekalnya dengan kursus tata ruang di Sidney. “Saya ingin memiliki merek furnitur sendiri,” ujar Irna.

Bermodal uang Rp 30 juta dan dua orang tukang, Irna mengawali usahanya dengan membuat 1 set furnitur kamar anak yang terdiri dari tempat tidur, lemari dan meja belajar. Modal uang dari sang suami, dipakai Irna untuk membeli aneka mesin, bahan baku dan bahan penolong.

Produksi perdana Irna langsung laku Rp 12 juta. Irna tak menyebut siapa pelanggannya. Namun setelah mendapat beberapa pelanggan, usaha Irna pun mulai dikenal, melalui promosi dari mulut ke mulut. Sesekali, Irna mengikuti pameran seperti Bobo Fair. “Kalau pelanggan puas, dialah yang menjadi pemasaran kita,” tutur Irna.

Harga 1 set furnitur kamar anak buatan In-Kids Design berukuran kecil (2,5 m x 3 m) adalah Rp 30 juta. Sedang furnitur kamar anak berukuran sedang (4 m x 5 m) berkisar Rp 50 juta–Rp 70 juta. Furnitur kamar anak ukuran besar (5 m x 6 m) antara Rp 100 juta–Rp 110 juta. Harga itu sudah termasuk korden jendela dan wall painting. Kisaran harga itu sesuai dengan target market Irna, yaitu masyarakat kelas atas.

Petite Elle menyasar pasar yang sama dengan In-Kids Design. Sisca yang berlatar belakang pendidikan komunikasi, sudah tahunan memulai usaha furnitur. Namun baru empat tahun lalu, ia berspesialisasi menjadi “pemborong” kamar anak.

Namun, belakangan, banyak pelanggan Sisca yang ingin kamar anaknya kelar lebih cepat. Mereka pun mencari furnitur yang sudah siap. Akhirnya, Petite Elle pun menyediakan furnitur ready stock. “Banyak pelanggan yang tidak mau menunggu lama,” tutur Sisca.

Jika membeli furnitur ready stock hanya perlu waktu satu minggu hingga 2 minggu untuk furnitur sudah siap dikirim ke pelanggan. Namun jika memesan furnitur Sisca memerlukan waktu 1 bulan hingga 2 bulan dari proses awal mengukur kamar di rumah pelanggan, membuat desain tiga dimensi hingga selesai memproduksi furniture
keseluruhan.

Kini komposisi penjualan furnitur kamar anak antara yang memesan khusus dan membeli ready stock adalah 60:40. “Masih banyak yang pesan khusus. Orang Indonesia banyak maunya,” tutur Sisca.

Untuk memuaskan konsumen yang punya segudang keinginan, Sisca merekrut tenaga 3D artist, lulusan desain interior yang mampu membuat gambar dalam bentuk tiga dimensi. “Gambar tiga dimensi itu memudahkan pelanggan untuk memvisualisasi rancangan kamar anaknya secara lebih detail,” ujar Sisca.

Saat ini Petite Elle diproduksi di workshop-nya yang berlokasi di Bekasi, di perumahan Galaxi dan Bintara. Sedang showroom Petite Elle berada di Kelapa Gading Jakarta Utara dan di Muara Karang.

Harga furnitur kamar anak Petite Elle untuk kamar ukuran sedang ( 3m x 3 m) adalah Rp 30 juta. Sedang harga furnitur kamar anak ukuran 4m x 4 m adalah Rp 70 juta.

Ciri khas furniture kamar anak Petite Elle adalah American Style. Gaya itu merujuk ke  furnitur yang seluruhnya berbalur cat putih. “Gaya itu kami pilih sesuai dengan permintaan pelanggan. Mereka mau American Style agar furnitur itu masih bisa dipakai sang anak di saat beranjak,” tutur Sisca.

Hal ini justru berkebalikan dengan In-Kids Design yang mendesain kamar anak dengan berbagai model dan bentuk, seperti mobil atau pesawat untuk tempat tidur. Irna tidak tanggung-tanggung mewujudkan ide dan permintaan pelanggannya. Kerap, ia menyambangi event di luar negeri, agar bisa mendesain dengan tepat. “Saya pernah sampai ke Jepang, saat ada yang memesan kamar dengan tema Hello Kitty,” tutur Irna.

Meski menawarkan furnitur aneka tema, namun Irna menjamin seluruh perabot buatan In-Kids Design masih bisa dipakai hingga sang anak beranjak dewasa. Caranya? Beberapa bagian ranjang dicopot hingga berubah menjadi ranjang biasa. Ranjang lalu dicat ulang.


Mendidik tukang

Usaha furnitur kamar anak ini sangat memerlukan tukang kayu yang memiliki jiwa seni dan sabar dalam pengerjaan furnitur. Maklum furnitur kamar anak mensyaratkan ujung-ujung furnitur yang tumpul, agar tidak melukai anak.

Selain itu detail pola gambar untuk furnitur anak-anak cenderung lebih rumit, karena itu lebih sulit dikerjakan dibandingkan dengan furnitur untuk kamar orang dewasa, yang cenderung bergaya minimalis. Perbandingan kerumitannya, “Mengerjakan furnitur anak baru dapat 1 set, sedang dalam waktu yang sama sudah dapat 3 set furnitur dewasa,” tutur Irna.

Baik Irna maupun Sisca mengakui kunci utama bisnis ini adalah mengamankan sumber daya manusia. Mengelola tukang kayu merupakan agenda  utama untuk memastikan kegiatan bisnis berjalan lancar.

Sisca menjelaskan mengakui, ketepatan waktu pengerjaan bisa molor karena tukang kayu pulang kampung.  Padahal, kebanyakan pelanggan pasti menuntut pengerjaan yang tepat waktu. “Karena pelanggan juga sudah keluar uang banyak, tentu dia tidak mau mendengar alasan,” tutur Sisca.

Nah, bukan perkara mudah untuk mendidik tukang kayu agar profesional. Irna menggunakan sistem penggajian dua macam, yakni gaji tetap dan gaji borongan. Gaji tetap diberikan rutin setiap bulan, yang besarnya berkisar Rp 500.000 hingga Rp 1.500.000, sesuai dengan tingkat keahlian tukang.

Namun saat ada pesanan pelanggan, tukang kayu akan memperoleh gaji borongan, senilai Rp 250.000 per m² dari setiap produk yang dibuat. “Jadi tukang kayu yang sudah senior dan mahir, bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 15 juta per bulan,” tutur Irna.

Sistem penggajian ini menurut Irna membuat tukang kayu lebih disiplin dalam bekerja. Irna kini mempekerjakan 4 orang tukang kayu dan 1 orang tukang cat. Sedang  Sisca memiliki 10 orang tukang kayu.

Untuk pemasaran, bisnis ini tidak memerlukan saluran khusus. Bahkan, Irna selama hampir 11 tahun meggeluti usaha furnitur kamar anak, tidak membuka showroom atau toko. Ia cuma memajang furnitur In Kids Design di rumahnya, di Jalan Tulodong Bawah, Kawasan SCDB Sudirman, Jakarta. “Banyak yang menawarkan membuka toko. Tetapi saya pikir, pesanan yang masuk pasti pesanan detail, jadi buat apa buka toko?,” tutur Irna.

Irna juga enggan membuat website yang memajang berbagai produknya. Alasan dia, meminimalkan risiko peniruan desain buatannya.

Sisca menempuh jalan yang berbeda untuk memasarkan produknya. Tak hanya membuka gerai, ia juga memasarkan produk melalui dua situs, yakni petiteelle.asia dan petiteellekids.com. “Saya sudah kebal dengan peniruan. Kalau membuat website, memang harus siap ditiru,” ujar Sisca.

Siap mental kebal juga?    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×