Reporter: Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini
Mental dan semangat sebagai wirausaha ditularkan Husein Muhammad Assegaf kepada kedua putrinya. Ia mendidik kedua putrinya supaya tidak bermental karyawan tetapi pengusaha.
"Saya ingin anak-anak saya juga menjadi pengusaha, tidak bergantung pada usaha orang lain," tutur pria kelahiran 53 tahun sialm tersebut. Bahkan, ia berharap, mereka juga bisa membuka lapangan kerja bagi orang di sekitarnya.
Husein mengatakan, sedari kecil, ia memang sudah melibatkan kedua putrinya dalam usaha batik keluarga. Husein selalu mengajak kedua putrinya untuk ikut berjualan di toko sejak masih di bangku SD.
Ia juga membekali kedua putrinya, yaitu Tieka Assegaf dan Donna Assegaf dengan pendidikan fesyen yaitu di sekolah fesyen yang cukup ternama, ESMOD. Tak heran keduanya bisa langsung terjun dan ikut membesarkan Batik Huza.
Tieka bahkan sejak 2011 telah dipercaya memimpin Batik Huza. "Ke depan, saya ingin mewariskan usaha batik ini kepada anak-anak saya. Harapan saya, mereka bisa mengurangi pengangguran," ujar Husein.
Kini, kedua putrinya dipercaya merancang batik premium, yang membidik pasar kelas menengah atas. Batik premium merupakan jenis batik tulis yang dibuat dari kain sutra. Harganya mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Tieka dan Donna rajin bereksperimen demi menghasilkan rancangan yang berbeda dari yang lain. Saat ini, mereka gencar merancang gaun yang bisa dipakai di rumah untuk sehari-hari, namun juga ada luarannya, sehingga bisa sekaligus dipakai untuk acara-acara di luar rumah.
Batik Huza memang terkenal dengan corak, kualitas kain, dan model yang tidak ketinggalan zaman. Batik Huza premium juga menyediakan rancangan custom yang tergantung selera klien. Kata Husein, di bisnis fesyen, supaya bisa naik kelas, memang harus punya eksklusivitas pasar.
Untuk meningkatkan pasarnya, baik Tieka maupun Donna berpromosi antar alain lewat pameran, bazaar, bahkan di ajang fesyen show.
Pada Februari lalu, Donna meluncurkan rancangan terbaru yang dinamakan Dress Pekalongan. Rancangan ini mengkombinasikan bahan sifon dengan aksen tumbuhan rambat, dan didominasi warna tanah. Rancangan putri kedua Hussein ini cenderung feminin dan sederhana. Donna tidak menghilangkan ciri khas Pekalongan, yaitu motif bunga dan tanaman.
Inovasi dan kreasi yang dihasilkan Tieka dan Donna mampu menjawab tantangan dari sang ayah. Menurut Husein, kedua putrinya tidak hanya memiliki jiwa pengusaha, tetapi juga mampu berkreasi membawa batik tetap digemari di tengah arus dunia fesyen yang dinamis.
Husein juga berupaya menanamkan dua nilai penting dalam berbisnis yang selama ini ia lakoni, yakni jujur dan teliti. "Sejak dulu, bapak tidak pernah 'bermain-main' dengan harga barang dagangan. Dia selalu mematok harga jual yang pantas, sesuai dengan kualitas bahan yang digunakan," ucap Tieka.
Tieka dan Donna bertekad mewujudkan impian Husein untuk membuka butik Batik Huza di seluruh Indonesia. "Ke depan, kami ingin bikin franchise Batik Huza," imbuh Tieka. (Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News