kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjajal laba kue bekatul dengan manfaat gandum


Senin, 28 Februari 2011 / 14:00 WIB
Menjajal laba kue bekatul dengan manfaat gandum
ILUSTRASI. Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Askolani.


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi

Bekatul identik dengan campuran pakan hewan ternak. Namun ternyata, bekatul memiliki kandungan vitamin B, E, protein, dan serat yang baik untuk kesehatan. Itu sebab, banyak orang mulai melirik bekatul sebagai bahan baku kue dan roti. Di Malang, kue dari bekatul ini laris di pasaran.

Bekatul atau dedak dalam bahasa Jawa hanya dilirik sebelah mata. Karena dedak lebih sering dipakai sebagai bahan campuran pakan hewan ternak. Tapi, di mata Lukman Zaini, pemilik usaha roti dan kue Aneka Rasa di Malang, Jawa Timur, bekatul bisa disulap menjadi kue dengan kandungan vitamin B, E, asam lemak esensial, serat, protein, oryzanol dan asam ferulat yang tinggi.

"Kandungan serat yang tinggi membuat bekatul mempunyai manfaat seperti gandum," kata Lukman. Memulai usaha pembuatan kue bekatul sejak dua tahun lalu, Lukman banyak melakukan eksperimen sebelum kue bekatulnya benar-benar jadi. Dalam eksperimen pembuatan kue bekatul itu, dia mencampur 30% tepung bekatul dengan 70% tepung lain sehingga tercipta kue bekatul yang enak.

Lukman mengatakan, pencampuran bekatul dengan bahan lain harus dilakukan. Sebab, "Kalau pakai bekatul 100%, cocoknya jadi jenang," ujar pemilik toko oleh-oleh di Malang ini.

Kue bekatul buatan Lukman dijual dengan harga Rp 5.000 untuk roti boy dan Rp 16.000 untuk ukuran loyang. Ada empat varian rasa kue bekatul yang ditawarkan Lukman, yakni cokelat, keju, kismis, dan rasa buah.

Kue bekatul bikinan Lukman cukup laris. Setiap hari, dia mampu menjual sekitar 20 loyang. Adapun pada akhir pekan, ia bisa menjual 50 loyang. Rata-rata setiap bulan, hasil penjualan kue bekatulnya mencapai Rp 10 juta. Tak hanya warga Malang yang jadi pembeli, tapi juga turis yang sedang berkunjung ke Kota Apel tersebut.

Selain Lukman, juga ada Reni yang menjual aneka camilan bekatul di Malang. "Awalnya, hanya mencoba-coba, karena rasanya enak saya teruskan," kata Reni. Mulai menjual kue bekatul sejak setahun lalu, ia menawarkan rasa cokelat, moka, keju, dan kismis dengan harga Rp 26.000 per loyang.

Dalam sehari, Reni sanggup menjual rata-rata 20 loyang atau 600 loyang kue bekatul per bulan. Selain di Malang, Reni juga menjual kue-kue bekatul buatannya ke Jakarta, Surabaya, dan Kalimantan. Menurutnya, kue bekatul bisa tahan hingga dua minggu jika disimpan di lemari pendingin.

Reni menambahkan, tren makanan organik membuat masyarakat Indonesia tidak merasa aneh dengan kue bekatul. "Yang penasaran biasanya akan memesan dan kalau sudah sadar rasanya enak, biasanya akan memesan lagi," ungkapnya.

Hanya, ada kendala yang dihadapi Reni saat ini, yakni masalah minimnya sumber daya manusia yang bisa memasak bekatul menjadi kue yang enak dan bersih. Soal bahan baku bekatul, Reni tidak masalah karena sudah mempunyai pemasok rutin.

Sekarang, Reni sedang berusaha mendirikan gerai kue untuk menjual kue-kue bekatul buatannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×