kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyambangi para pemain wingko babat di Semarang (bagian 1)


Sabtu, 15 Juni 2019 / 13:00 WIB
Menyambangi para pemain wingko babat di Semarang (bagian 1)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menyebut wingko babat, ingatan kita langsung menyasar ke kota Semarang. Tapi siapa sangka, asal muasal camilan berbahan campuran kelapa, tepung beras ketan dan gula ini bukan berasal dari Semarang. Melainkan dari Tuban, Jawa Timur yang dibawa masuk oleh para urban ke kota Semarang.

Dalam perkembangannya, wingko babat justru menjadi identik dengan kota Atlas tersebut. Bahkan ada beberapa merek wingko babat yang legendaris yakni Cap Kereta atau Cap Pohon Kelapa.

Melihat perkembangan camilan khas Semarang ini yang naik daun dan kerap menjadi buah tangan bagi para pendatang, selain lumpia atau bandeng presto, mulai banyak orang yang terjun sebagai pembuat wingko babat. Dan kebetulan ada satu kawasan khusus yang menjadi tempat para pembuat wingko babat berkumpul, yakni Kampung Tematik Jajan Pasar di Tumpang, Gajah Mungkur, Semarang, Jawa Tengah.

Salah satunya adalah wingko babat cap Tiga Kelapa Muda besutan Fajar Sapto Nugroho. Wingko babat ini sudah berjalan sejak 2002 dan Fajar adalah generasi kedua yang menjalankan roda bisnis tersebut.

"Dulu orang tua yang memegang dan usaha ini gampang serta bahan bakunya murah," katanya ke KONTAN.

Wingko cap Tiga Kelapa Muda sendiri saat ini sudah mempunyai empat pegawai tetap. Rata-rata saban hari sanggup membuat 200 tas wingko yang berisi 20 potong wingko dengan empat varian rasa. Ada rasa asli (kelapa), durian, cokelat dan nangka dengan harga Rp 18.000–Rp 32.000 per tas.

Biasanya Fajar membutuhkan sekitar 30 kilogram kelapa untuk membuat 200 tas wingko. Tapi kebutuhan kepala bisa meningkat kala akhir pekan yakni bisa mencapai 50 kilogram. "Itu untuk hari Sabtu dan Minggu dan bisa jadi 300 tas–350 tas wingko," jelasnya.

Ia biasa menjajakan wingko racikannya di Pusat Oleh Oleh Pandanaran Semarang, serta beberapa pedagang kaki lima. Malah, wingko cap Tiga Kelapa Muda juga dijajakan hingga Demak dan Jepara.

Pemain di bisnis wingko babat Semarang lainnya adalah Yoko Setiyo dengan label wingko babat cap Pratama. Terpaut enam tahun dari usaha orang tua Fajar, mantan karyawan pabrik wingko babat ini merintis usaha ini pada 2008.

Pemasarannya sendiri relatif sama, yakni di Pusat Oleh Oleh Pandanaran dan beberapa outlet kaki lima yang ada di sepanjang Pantura serta rest area tol Trans Jawa antara Batang sampai Cirebon. "Ada sekitar 10 toko sampai 20 toko kami pasok," katanya.

Makanya, dalam sehari Yoko bisa membuat 500 tas wingko babat.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×