kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.275   35,00   0,22%
  • IDX 7.199   10,61   0,15%
  • KOMPAS100 1.051   2,03   0,19%
  • LQ45 818   1,46   0,18%
  • ISSI 226   0,79   0,35%
  • IDX30 428   0,31   0,07%
  • IDXHIDIV20 508   3,38   0,67%
  • IDX80 118   0,22   0,19%
  • IDXV30 121   1,20   1,00%
  • IDXQ30 140   0,04   0,03%

Menyasar pasar bantal yang tak pernah tidur


Rabu, 18 Februari 2015 / 10:35 WIB
Menyasar pasar bantal yang tak pernah tidur
ILUSTRASI. Trend Smartphone: Penjualan smartphone di gerai Erafone, Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2022). . KONTAN/Baihaki/04/01/2023


Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi

Tahukah Anda bahwa sepertiga hidup manusia umumnya dilewati dalam keadaan tidur? Dus, perlengkapan tidur bukanlah sesuatu yang bisa disepelekan. Misalnya saja bantal yang jadi pendamping paling lama ketika seseorang tidur. Memilih bantal yang tepat konon menjamin kualitas tidur yang baik pula. Bahkan, kualitas hidup dan pekerjaan juga dipengaruhi oleh cara seseorang tidur.

Tak heran jika banyak orang sangat memerhatikan kebutuhan bantal di tempat tidur mereka. Inilah yang memunculkan peluang usaha untuk membuat bantal. Di pasar saat ini ada banyak jenis bantal. Ia bisa dibedakan berdasarkan bahan pengisi serta kain pembungkus-nya. Ambil contoh kapas, dakron, silikon, hingga bulu angsa. Tentunya, semakin nyaman sebuah bantal, harga yang dipatok pun semakin mahal.

Adalah Aziz Setyo Budi yang sudah memproduksi bantal dan guling sejak 2008 di Bekasi, Jawa Barat. Awalnya, ia hanya memproduksi bantal dan guling dari bahan kapas. Menurut dia, bantal tersebut cukup murah sehingga pasar yang dituju biasanya kelas ekonomi bawah.

Lantas, pada 2009, untuk melengkapi produk, ia juga membuat bantal dan guling dari bahan silikon. Kebetulan, saat itu, tren penggunaan bantal dari silikon mulai berkembang di tengah masyarakat. “Bantal dan guling silikon biasanya untuk pasar kelas menengah ke atas,” ujar pemilik usaha berbendera Prima Mulya ini.

Ia sadar bahwa selain silikon, ada bahan baku lain yang bisa digunakan, yakni dakron. Namun, dari pengalaman Aziz, bahan silikon lebih bagus dari dakron. Selain lebih lembut, bantal silikon juga lebih tahan lama dibandingkan dengan bantal yang memiliki bahan dakron.

Sampai saat ini, Aziz memproduksi bantal dari kapas dan silikon. “Separuh hasil produksi untuk bantal kapas dan separuh lagi bantal silikon,” katanya. Harga jual bantal yang ia produksi berkisar Rp 20.000–Rp 25.000 per unit. Sementara, bantal silikon banderol harganya berkisar Rp 40.000–Rp 75.000 per unit.

Kebanyakan pelanggan Aziz memesan bantal. Namun, ia juga menjual guling dengan selisih harga Rp 4.000–Rp 5.000 per potong lebih murah daripada harga bantal.

Saban hari, Aziz dibantu tujuh orang karyawan membuat 500 potong bantal dan guling. Dari usaha pembuatan bantal, Aziz bisa mengantongi omzet di atas Rp 100 juta. Laba bersihnya cukup menggiurkan karena bisa mencapai 20%.

Pemain lain dalam usaha ini ialah Bambang Munar di Pasuruan, Jawa Timur. Bambang terjun ke usaha ini karena menilai kebutuhan masyarakat akan bantal dan guling tak pernah surut. Bambang merintis usaha pembuatan bantal dan guling dari silikon bersama
istrinya sejak 2012.

Kini, dalam sebulan Bambang bisa menjual 2.000 potong bantal dan guling. Adapun harga bantal buatan Bambang berkisar Rp 35.000–Rp 65.000 per unit. Menurut hitung-hitungan KONTAN, pria berusia 37 tahun ini bisa meraup omzet sekitar Rp 70 juta–Rp 100 juta per bulan. Sementara margin labanya sekitar 15% dari omzet.

Bambang bilang, ia hanya melayani pembelian grosir. Dus, ia mematok minimal pembelian untuk wilayah Jawa sebanyak 4 lusin. Sedang pembelian dari luar Jawa sebanyak 10 lusin. Sebagian besar pembeli bantal buatan Bambang merupakan penjual ritel atau reseller. “Saya juga punya saudara yang rutin mengorder untuk dijual di tokonya di Surabaya,” ujar dia.

Aziz menuturkan, peluang usaha pembuatan bantal sangat cerah. Kendati bukan kebutuhan utama, bantal dan guling dibutuhkan orang agar bisa tidur dengan nyaman. Pasar produk ini tak cuma customer baru, tapi juga pembelian berulang.

Lantaran hanya bisa digunakan dengan nyaman selama satu tahun hingga dua tahun, customer pasti kembali memesan. “Bantal masuk dalam kebutuhan sekunder. Tapi siklusnya akan terus berganti sehingga celah dalam usaha ini akan selalu ada,” tandas Aziz.

Pria berusia 40 tahun ini bilang ia tak hanya mengandalkan penjualan ritel atau eceran. Aziz juga menerima order dari korporasi atau organisasi yang butuh bantal dalam jumlah besar. “Proyek ini juga jadi peluang untuk yang tertarik usaha pembuatan bantal,” ucap dia.

Adapun pemain dalam bisnis ini juga semakin banyak, dari home industry hingga pabrikan yang besar. Di sisi lain, populasi penduduk yang besar mendukung pertumbuhan usaha ini. Aziz bilang, dari tahun ke tahun, permintaan selalu meningkat, setidaknya 10%.

Bertambahnya pemain dalam usaha ini tak melunturkan semangat Aziz. Pasalnya, ia melihat banyak juga pemain yang berguguran. “Penyebabnya, menurut saya, salah perhitungan bisnis. Ada pemain baru yang menjual bantal dengan harga murah, tapi usahanya mati sendiri,” tandas dia.

Yang perlu diingat mereka yang tertarik bisnis ini, pembeli bantal dan guling cenderung mengabaikan merek. Aziz bilang, customer mengutamakan bantal dan guling dengan kualitas yang bagus dengan harga terjangkau. Biasanya, kalau sudah menggunakan bantal yang sesuai kebutuhan, pembelian berulang akan terjadi.

Aziz mengatakan, agar bisa bertahan dalam usaha ini, yang harus diperhatikan dari sisi produksi adalah menjaga kualitas bantal. Selain itu, produsen harus bisa memenuhi kebutuhan pembeli. “Jangan mengecewakan pembeli, terutama dari kualitas produk,” tutur dia.

Untuk pemasaran, Aziz mengandalkan sistem penjualan putus melalui toko perlengkapan tidur. Biasanya, toko mengambil margin keuntungan hingga 20%. Sekarang, ia menjual produk-produknya ke berbagai toko di Jabodetabek, Surabaya, Palembang, dan Pontianak.


Investasi mesin

Anda tertarik menjajal usaha pembuatan bantal dan guling? Meski sudah mengandalkan mesin, tapi usaha ini masih membutuhkan tenaga manusia dalam kegiatan produksi. Jadi, modal awal untuk usaha digunakan untuk membeli mesin dan perlengkapan serta membayar gaji pegawai.

Aziz mengatakan, proses pembuatan bantal dan guling tidak terlalu rumit. Mesin yang digunakan pun tidak terlalu banyak, yaitu mesin blower, mesin jahit, welding, dan mesin vakum. Semua mesin ini bisa dibeli di dalam negeri atau dirakit di bengkel teknik.

Awalnya bahan baku dimasukkan ke dalam mesin blower agar mengurai. Pasalnya, ketika dibeli, serat silikon dikemas dalam bentuk menggumpal atau padat. Mesin akan membuat silikon mekar kembali. Proses pemekaran silikon cukup cepat. Untuk satu unit bantal, proses pemekaran selama 15 menit.

Selanjutnya, silikon dimasukkan ke dalam kain katun yang sudah dijahit di salah satu bagiannya. Lantas, kain dijahit untuk menutup semua bagian sehingga silikon terkumpul di dalam. “Kalau sudah selesai, bantal dikemas dengan plastik menggunakan mesin vakum agar tahan lama,” kata Aziz.

Dibantu delapan orang pegawai, Bambang memproduksi bantal dan guling silikon dari pagi hingga sore hari. Pengiriman produk dilakukan hanya dua kali per minggu untuk menghemat waktu. Bambang mengumpulkan pesanan sebulan sebelum memutar roda produksi.

Namun, ia selalu membuat stok 10% dari total produksi untuk jaga-jaga. Kalau stok tidak habis, Bambang tak ragu menjual secara eceran ke pembeli di sekitar rumahnya.

Investasi terbesar dari usaha ini jatuh pada pembelian mesin. Menurut Aziz, jika seseorang mau merintis usaha ini dengan skala kecil, maka modal untuk membeli mesin dan perlengkapan setidaknya Rp 30 juta. Selain mesin, modal dibutuhkan untuk menyewa atau membeli tempat usaha dan bahan baku awal. Dus, modal awal untuk bisnis ini bisa mencapai Rp 100 juta.

Usaha pembuatan bantal juga membutuhkan gudang untuk menyimpan berbagai bahan baku, barang jadi yang hendak dikirim, serta stok produk. Lantaran produk ini rentan terhadap suhu udara lembap atau basah, maka suhu di gedung harus diatur supaya kualitas barang yang disimpan terjaga.

Bahan baku yang diperlukan untuk bantal dan guling adalah silikon yang dibeli dalam bentuk fiber atau serat; serta kain katun, yang diperlukan sebagai bahan pembungkus bantal.

Satu bantal jadi bisa dirancang berukuran 48 cm x 68 cm dan 50 cm x 70 cm. Tiap bantal dalam dua ukuran itu membutuhkan satu kilogram silikon. Sementara panjang kain katun untuk membungkus satu unit bantal berkisar 70 cm–80 cm.

Bahan kain juga sangat memengaruhi kualitas bantal. Apabila kain tidak nyaman mengenai kulit, maka bantal juga tak nyaman digunakan. Katun yang banyak digunakan sebagai bahan baju layak menjadi pilihan karena banyak manusia merasa nyaman menyentuh kain itu.

Namun, ada juga yang menggunakan poliester sebagai bahan pembungkus. Hanya yang perlu diingat, banyak orang yang mengalami iritasi kulit saat menyentuh poliester. “Saya tidak pernah pakai bahan itu karena pasti menjatuhkan kualitas bantal,” ungkap Aziz.

Bambang menambahkan, ia tidak menemui kendala berarti dalam usaha pembuatan bantal. Dari segi produksi, kata dia, kesulitan yang kerap dijumpai adalah sumber daya manusia yang tidak kompeten. Namun, jika terus dilatih, menurut dia, pegawai pasti terbiasa membuat bantal. “Pemasaran yang paling sulit karena persaingan sangat ketat,” ucap dia.

Aziz menambahkan, kurs dollar AS juga perlu dicermati. Pasalnya, silikon kualitas bagus, yang tidak gampang kempes ketika ditekan, masih diimpor. Harganya dengan kurs terkini sekitar Rp 20.000 sampai Rp 30.000 per kg.

Teman tidur yang semakin beragam

Padatnya aktivitas menjadikan alasan banyak manusia modern mendambakan tidur yang berkualitas. Beberapa orang mungkin merasa nyaman jika tidur tanpa menggunakan bantal. Namun, mayoritas orang terbiasa tidur dengan menggunakan bantal. Kebiasaan banyak orang itu menjadikan kebutuhan terhadap bantal tidak pernah surut.

Pilihan bantal sebagai teman tidur sangat beragam. Tren terakhir, silikon menjadi bahan baku untuk pembuatan bantal. Menurut Aziz Setyo Budi, produsen bantal dan guling Prima Mulya, kini masyarakat cenderung beralih dari menggunakan bantal dakron ke bantal silikon. Alasannya, dengan kualitas lebih bagus, selisih harga antara kedua jenis bantal ini cukup jauh, bisa mencapai Rp 10.000–Rp 20.000 per unit.

Aziz juga mengingatkan, saat ini banyak produsen yang mengatakan bahwa produknya merupakan bantal berbahan silikon, padahal bahan baku yang digunakan sebagai isian bukanlah silikon murni. Artinya, bantal diisi dengan bahan silikon dan bahan tambahan lain, baik kapas atau dakron.

Secara kasat mata, sebenarnya tidak ada perbedaan fisik antara bantal silikon murni dengan campuran. Apalagi alas kepala ini dibungkus dengan kain sehingga pembeli tidak bisa melihat isinya. Namun, jika ditekan, biasanya kita bisa merasakan isian bantal yang berbeda-beda. “Kalau harganya lebih murah dibandingkan dengan harga pasaran, bisa dicurigai bantal bukan dari silikon murni,” cetus Aziz.

Bambang Munar, pembuat bantal dari Pasuruan, menambahkan, silikon merupakan pengganti yang pas untuk kapas dan kapuk, sebagai bahan isian bantal. Lantaran terbuat dari serat plastik yang sangat halus, silikon unggul dalam kenyamanan serta tidak menyerap air. Kata Bambang, bantal berkualitas bagus terbuat dari lembaran silikon yang dilipat, bukan gumpalan.

Ia berharap bisa menambah produk premium dengan membuat bantal dan guling dari bulu angsa. Menurut Bambang, pasar untuk produk ini memang sempit, tapi ada peluang karena tidak banyak pemain yang melirik produk bantal dari bulu angsa ini. “Harganya jauh lebih mahal, padahal proses pembuatan tidak jauh berbeda,” cetus dia. Bambang sedang menghitung-hitung peruntungan dari produk ini, sebelum memulai produksi bantal bulu angsa di tahun depan.                      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×