kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyulap limbah tong kosong supaya lebih nyaring labanya


Sabtu, 23 Maret 2019 / 11:00 WIB
Menyulap limbah tong kosong supaya lebih nyaring labanya


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. "TONG kosong nyaring bunyinya," begitu ungkapan peribahasa sebagai penanda bagi orang yang hanya pandai bicara namun tidak bertindak apa-apa. Tetapi ada cerita menarik seputar tong, dari Oktaf Rivino Graha, pemilik The Tele Tong Ranger.

Pria yang akrab disapa Vino ini mengumpulkan pundi-pundi rupiah dari gelondongan limbah tong. Dari tangan kreatif pemuda asal Kediri, Jawa Timur ini, limbah tong atau drum disulap menjadi aneka furnitur unik dan menarik.

"Awalnya saya diminta teman untuk bantu membuat meja dan kursi untuk kafenya. Lalu, saya cari apa bahan yang unik dari internet, dan menemukan kursi dari drum besi," ungkapnya pada KONTAN, Rabu (20/3).

Dari sini, sejak tiga tahun lalu Vino memutuskan untuk serius menggarap bisnis limbah tong. Ia mulai menambah varian desain furnitur tong. Misalnya jika awalnya furnitur tong hanya dicat polos, ia membuat variasi dengan beragam warna dan berbagai tulisan atau gambar menarik. "The Tele Tong Ranger ini punya ciri khas, konsumen bisa memesan desain tiap produk," kata pria 29 tahun ini.

Vino membanderol produk furnitur tong dengan harga terjangkau. Misalnya kursi tong ukuran kecil dijual mulai Rp 80.000–Rp 125.000 per unit. Lalu kursi sofa tong ukuran besar dibanderol mulai Rp 700.000.

Vino juga menjual paket, paket satu set berisi 4 kursi dan satu meja ukuran kecil seharga Rp 600.000–Rp 850.000. Sedangkan untuk satu set ukuran besar dibanderol Rp 1,2 juta–Rp 2 juta per set.

Selama ini, sebagian besar pelanggan The Tele Tong Ranger datang dari pengusaha kafe maupun distro. Meskipun ada juga beberapa pelanggan yang memesan untuk mempercantik rumah sendiri.

Vino mengklaim pesanan mulai berdatangan dari luar kota seperti Malang, Surabaya, Jakarta, dan Purbalingga. Dari limbah tong yang ia olah, rerata ia mengantongi omzet Rp 20 juta–Rp 30 juta per bulan.

Kebanyakan bahan baku limbah tong datang dari PT Gudang Garam, tong bekas menyimpan saus untuk rokok itulah yang kemudian diolah oleh Vino.

Tak hanya limbah tong yang diolah Vino, ia mengaku pernah juga menggunakan limbah kayu palet untuk membuat meja. "Tapi produk itu dari permintaan pelanggan. Jadi mereka minta dibuatkan meja perpaduan tong sama kayu palet," terangnya.

Bagi Vino, bisnis tidak hanya mencari keuntungan semata. Lebih dari itu, lewat bisnis limbah tong yang digarapnya, ia menambah banyak relasi dan bertemu dengan berbagai orang baru.

"Karena saya mulai bisnis dari nol, nanti kalau bisnis ini berkembang biarlah kembali ke nol lagi," ujarnya kepada KONTAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×