kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyusun lembaran laba dari pabrik genteng metal


Selasa, 18 November 2014 / 13:42 WIB
Menyusun lembaran laba dari pabrik genteng metal
ILUSTRASI. Manfaat minum air putih.


Reporter: J. Ani Kristanti, Marantina | Editor: Tri Adi

Sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia, rumah tak pernah kehilangan peminat. Pasar rumah kian membesar seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Kemunculan keluarga baru selalu diikuti kenaikan permintaan rumah tinggal.

Permintaan rumah yang tak berhenti, tentu, ikut mendongkrak kebutuhan bahan bangunan. Salah satunya adalah genteng atau penutup atap.

Beberapa tahun terakhir, tren pemakaian konstruksi rangka atap baja terus meningkat, bila dibandingkan dengan kayu. Selain persediaan kayu yang makin terbatas, rangka baja ini bisa mengakomodasi atap-atap dengan bentang lebar.

Tren konstruksi atap dengan rangka baja ini juga mempopulerkan pemakaian genteng metal. Asal tahu saja, dibanding dengan genteng keramik, genteng berbahan baja galvalum memiliki sejumlah kelebihan. Genteng metal memiliki bobot yang ringan hingga tak menimbulkan beban besar bagi struktur rangka atap dan fondasi yang menopangnya.

Masa pakai genteng ini pun cukup lama, sekitar 20 tahun– 30 tahun. Penampilan genteng metal juga rapi dan enak dipandang mata. Harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan genteng keramik. Pemasangan genteng jenis ini juga lebih mudah dan cepat.

Genteng yang berbentuk lembaran ini juga lebih aman saat musibah gempa karena bobotnya yang ringan dan sistem pemasangan yang saling mengait. “Saat gempa, rangkaian genteng metal tetap menyatu, karena sistem pemasangannya yang interlocking dengan rangka atap,” jelas Dovi Indrawan, pemilik CV Bina Nusantara, produsen genteng metal Bina Roof. Tak heran, ketika gempa melanda beberapa daerah di Indonesia, Dovi bilang, genteng metal pun naik daun.

Begitu pula dengan PT Tatalogam Lestari yang juga mendapat berkah dari gempa. Peristiwa bencana gempa Yogyakarta, pada 2006 silam, menjadi momen yang menyadarkan masyarakat mengenai keunggulan genteng metal. “Apalagi, Jakarta termasuk lima kota besar yang rawan gempa, selain Osaka, Los Angeles, dan Manila,” ujar Wulani Wihardjono, pemilik PT Tatalogam Lestari.

Vice President of Operations Tatalogam Lestari, Stephanus Koeswandi, menuturkan, hingga sekarang peluang genteng metal menjanjikan. Setelah gempa Yogyakarta, permintaan genteng metal di Pulau Jawa melonjak drastis. “Sebelum itu, kebanyakan penggunaan konstruksi yang lebih ringan dan tahan gempa ada di luar Jawa,” kata Stephanus.

Saat ini, pertumbuhan penjualan Tatalogam berkisar 20%–30% per tahun. Bahkan, Stephanus bilang, pangsa pasar Tatalogam mencapai 85% dari total permintaan genteng metal.

Namun, Wulani menambahkan, bisnis genteng metal tergolong musiman. Pada semester kedua, tiap tahun, permintaan melambung karena banyak proyek pemerintah yang bergulir. Produk bikinan Tatalogam kerap diorder untuk pembangunan proyek pemerintah, seperti sekolah, rumahsakit, dan perumahan. “Sisanya, kami dibantu oleh pesanan dari pihak swasta yang cukup rutin,” kata dia.

Hal senada juga disampaikan oleh Dovi. Hingga kini, penjualan genteng metal banyak diserap untuk pembangunan proyek-proyek milik pemerintah. Ambil contoh, sekolah, gedung pemerintahan, dan lainnya. “Porsinya sampai 60%, sisanya adalah permintaan dari proyek swasta atau pengembang perumahan,” jelas Dovi.

Sejak merintis pabrik gentengnya empat tahun silam, Dovi melihat penjualannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, pada 2011 hingga 2012, pertumbuhan penjualan mencapai 50%.

Bina Roof tersedia dalam dua model, yakni genteng warna (colour) dan genteng pasir (stone). Perbedaan antara keduanya terletak pada lapisan atas genteng. Jika, genteng warna hanya berlapis cat dengan berbagai pilihan warna, sedangkan genteng pasir punya lapisan batu yang berfungsi sebagai peredam suara dan panas.

Lantaran mendatangkan kenyamanan yang lebih baik bagi penghuni bangunan, permintaan genteng pasir lebih besar ketimbang genteng warna. “Ketebalan pasir yang melapisi genteng ini juga menentukan kualitas genteng,” kata Dovi.

Dalam sehari, Bina Nusantara memproduksi hingga 15.000 lembar atau 5.000 m2 genteng metal. Harga jual genteng logam ini mulai dari Rp 24.000 hingga Rp 53.000 per m2.

Sementara Tatalogam menawarkan dua jenis genteng metal, yakni tipe colour dan stone. Ada enam merek genteng metal milik Tatalogam adalah Multi Roof, Surya Roof, Sakura Roof, Fancy, Multi Sirap, dan Soka. Harga jual genteng metal Tatalogam ada di kisaran Rp 28.000– Rp 160.000 per lembar.

Adapun standar yang diterapkan Tatalogam ialah warna yang tidak luntur, bahan tahan karat, dan ukuran presisi. “Hal ini merupakan pencapaian dari Tatalogam berbisnis selama 20 tahun, tanpa komplain dalam produk maupun pelayanan,” kata Stephanus.

Kapasitas produksi Tatalogam saat ini di atas 15 kontainer genteng metal per hari. Tiap kontainer terdiri dari 20 ton genteng metal. Stephanus bilang, dalam sebulan rata-rata produksi genteng logam di pabriknya mencapai 1.5 juta lembar atau setara dengan 30 kali luas lapangan bola.


Modal sangat besar

Ketika merintis Tatalogam, Wulani merogoh kocek sebesar Rp 150 juta. Mereka menggunakan fasilitas kredit dari salah satu bank. “Uang segitu digunakan untuk modal kerja, seperti beli mesin dan bahan baku,” tuturnya.

Supaya produksi terus berjalan, Anda harus menyediakan dana cadangan yang besar. “Dana cadangan itu hingga tiga lapis. Yakni, untuk membeli bahan baku, stok produk, dan pembayaran utang ke pemasok,” jelas Dovi yang telah bergerak di usaha genteng metal ini hampir 10 tahun.

Dana cadangan diperlukan karena penjualan genteng metal ini mengenal musim. “Karena banyak dipakai untuk proyek pemerintah, bisnis ini mengenal saat-saat peak session dan low session,” tutur Dovi.

Bahan baku yang digunakan ialah baja lapis seng aluminium (sejenis galvalum) untuk ketahanan karat. Pabrik genteng metal bisa mendapatkan baja galvalum dari produsen di Indonesia. Sebut saja Bluescope Steel Indonesia, Sarana Central Bajatama, ataupun Sunrise Steel di Mojokerto.

Namun, Anda juga bisa memburunya dari para importir yang mendatangkan baja lembaran tersebut dari luar negeri. “Biasanya, harga produk impor sedikit lebih miring,” kata Dovi.

Sejak awal, Tatalogam menjalin kerjasama dengan Blue Scope, produsen baja asal Australia. Tatalogam kulakan bahan baku pembuatan genteng metal, berupa inalum, dari perusahaan tersebut. “Ada juga bahan baku yang kami impor dari Jepang,” ucap Wulani.

Selain untuk modal kerja, Anda juga harus menyiapkan lahan yang luas untuk lokasi pabrik. Pabrik genteng baja ini membutuhkan lahan yang cukup luas, karena ada pembuatan genteng harus melalui beberapa tahapan proses.

Genteng colour diproduksi melalui proses roll forming atau pembentukan dimulai dari baja lembaran. Ruangan yang besar diperlukan untuk meletakkan beberapa unit mesin untuk pembuatan pola, pemotongan, hingga pengecatan.

Sedangkan genteng tipe stone, dibuat dengan tambahan proses tabur batu dan proses oven pada akhirnya. Dalam proses pengecatan sendiri, dibutuhkan ruang-ruang oven untuk proses pengeringan.

Selain lahan untuk produksi, pabrik juga membutuhkan gudang untuk menyimpan barang jadi dan berbagai bahan baku, seperti baja galvalum, lem, batu coral tex yang menjadi pelapis pasir, hingga kayu bakar. Pabrik Bina Nusantara sendiri menempati lahan seluas 3.000 m2 di Plered, Pedurenan, Ciledug.

Semua produk genteng metal milik Tatalogam diproduksi di dua pabrik mereka yang terletak di Cikarang dan Cibitung. Wulani bilang, total luas pabrik Tatalogam lebih dari 10 hektare. Dahulu, Tatalogam dibangun dengan bantuan empat orang karyawan. Namun kini, jumlah karyawan perusahaan ini sudah mencapai 900 orang di seluruh Indonesia. Ratusan mesin dan peralatan untuk membuat genteng metal diimpor dari Korea, Jerman, dan Italia.

Namun, Anda tak harus membeli mesin dari luar negeri. Jika ingin berhemat, Anda juga bisa memesan mesin-mesin pembuat genteng metal ini ke sejumlah produsen mesin di Indonesia. Dovi menyebut, harga mesin berkisar Rp 200 juta hingga Rp 300 juta per unit.

Seperti produk bahan bangunan lainnya, pemasaran genteng metal juga memakai jalur distributor sebagai kepanjangan tangannya. Selain itu, Anda harus bisa menjalin hubungan yang baik dengan tenaga aplikator konstruksi atap baja ringan.

Wulani menuturkan, kunci utama untuk bertahan di bisnis ini ialah mampu mendapatkan pasar. Namun, ini bukan perkara mudah. Pasalnya, persaingan bisnis sudah sangat kencang. “Tatalogam saja baru benar-benar diterima masyarakat dalam 10 tahun,” tandasnya.

Di samping itu, agar bisa sukses di bisnis ini, produsen harus konsisten dalam menjaga kualitas produk. Menurut Wulani, genteng metal bikinan Tatalogam bersifat anti-karat dan bisa digunakan hingga periode yang lama, sekitar 10 tahun sampai 25 tahun. Ketahanan ini juga didukung oleh kualitas tanah.

Poin lain, Dovi bilang, pengusaha harus bisa menjalankan usaha secara efektif dan efisien. Ketepatan belanja bahan baku, proses produksi dan manajemen stok produk sangat mendukung pabrik untuk terus berkembang. Berani coba?      


Kendala dan tantangan pabrik genteng metal

Potensi bisnis pabrik genteng metal memang menggiurkan. Akan tetapi, para pemain di bisnis ini pun menghadapi kendala dan tantangan yang serius. Kendala yang dihadapi oleh kebanyakan pengusaha genteng metal adalah ketersediaan bahan baku serta kebijakan pemerintah yang kurang mendukung para pengusahanya.

Dovi Indrawan, Direktur CV Bina Nusantara, mengatakan, baru-baru ini pemerintah membatasi impor baja. “Ini jelas merugikan karena kami masih menggunakan bahan baku impor dengan harga yang lebih murah daripada produk dalam negeri,” tandasnya. Dus, Dovi berharap pemerintah tidak tutup mata dengan masalah yang dihadapi pengusaha.

Sementara Stephanus Koeswandi, Vice President
PT Tatalogam Lestari, menuturkan, salah satu kendala yang harus dihadapi adalah produk genteng metal dengan kualitas rendah. “Ini meruntuhkan gambaran genteng metal yang dibangun Tatalogam selama 20 tahun,” ujar dia.

Pasalnya, banyak produk yang harganya rendah tapi dari segi kualitas tidak bisa dipertanggungjawabkan. Menurut Stephanus ini terjadi karena kualitas genteng metal tidak bisa dilihat pada saat produksi. Namun, setelah beberapa bulan, dampaknya baru terlihat. Genteng metal berkualitas rendah akan berkarat setelah dua bulan atau tiga bulan penggunaan.

Untuk itu, Tatalogam selalu berusaha menjaga kualitas produk dan konsisten dalam pasokan. “Kami tak mau membohongi konsumen dengan mengurangi spesifikasi bahan,” ujar dia.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×