Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi
Dunia kerja, bisnis, dan pendidikan membutuhkan orang-orang yang jago berbahasa Inggris. Lantaran permintaan pasar yang besar, lembaga kursus bahasa ini terus bermunculan, baik pemain lama ataupun baru, baik lokal maupun asing.
Di era globalisasi ini, kemampuan berbahasa Inggris sudah menjadi kebutuhan. Terlebih di dunia kerja, bisnis, dan pendidikan. Besarnya keinginan masyarakat untuk bisa menguasai bahasa ini menjadikan bisnis kursus bahasa Inggris terus berkibar.
Pemain baru di bisnis ini terus saja bermunculan. Sebut saja English Quantum dan Pingu's English. Meski terbilang anyar, kedua lembaga kursus bahasa Inggris ini dapat dengan cepat berkembang.
Begitu pula dengan lembaga kursus yang sudah lama bercokol di bisnis ini, seperti International Language Programs (ILP) dan Lembaga Bahasa & Pendidikan Profesional (LBPP) LIA. Mereka tetap agresif membuka cabang-cabang baru dengan menggandeng mitra melalui pola kemitraan maupun waralaba.
Anda tertarik terjun ke bisnis kursus bahasa Inggris? KONTAN akan mengulas beberapa tawaran kemitraan dan waralaba dari pemain lama dan baru dalam bisnis ini yang bisa menjadi pertimbangan Anda.
• Lembaga Bahasa & Pendidikan Profesional LIA
Meski sudah berdiri sejak 1959 silam, LIA baru mulai menawarkan LBPP dengan sistem kemitraan pada 1985. Kini LIA sudah memiliki 67 cabang di 18 provinsi. Sebanyak 13 cabang di antaranya milik Yayasan LIA dan sisanya milik mitra.
Menurut Sukma Ginting, Kepala Departemen Hubungan Masyarakat LIA, permintaan untuk berkongsi dengan LIA terus berdatangan. Pada Mei 2011 lalu LIA baru saja membuka cabang baru. Dan, dalam waktu dekat, dua cabang lagi milik mitra akan hadir di Kediri, Jawa Timur dan Tarakan, Kalimantan Timur.
Permintaan dari calon mitra yang tinggi menunjukkan kebutuhan masyarakat untuk bisa menguasai bahasa Inggris masih sangat besar. Sehingga, bisnis kursus bahasa Inggris masih sangat prospektif. Makanya, "Kami juga akan melakukan evaluasi kembali terhadap kebijakan pembukan cabang di Jabodetabek," kata Sukma.
Pasalnya, mulai 2006 lalu, LIA menyetop pembukaan cabang di wilayah Jabodetabek dengan pertimbangan pasar sudah jenuh. Tetapi, melihat perkembangan saat ini, LIA akan meninjau kembali kebijakan tersebut. "Berkembangnya pemukiman-pemukiman baru di Jabodetabek yang menjadi sentra bisnis membuat potensi bisnis kursus bahasa Inggris masih terbuka," ujar Sukma.
Untuk bergabung dengan LIA, calon mitra harus merogoh kocek Rp 550 juta untuk investasi awal. Sebanyak Rp 150 juta di antaranya buat good will fee untuk jangka waktu enam tahun. Sisanya untuk biaya survei, pelatihan guru dan nonguru, perangkat teknologi informasi, dan perlengkapan lain.
Namun, investasi tersebut belum termasuk biaya sewa dan renovasi gedung. "Jika mitra tidak memiliki gedung, total investasinya bisa sekitar Rp 5 miliar," ungkap Sukma.
Sugeng Widodo, anggota Pengembangan dan Kerjasama LIA menuturkan, target di tahun pertama beroperasi, setiap cabang harus bisa menjaring 400 siswa. Dengan biaya kursus per tingkat rata-rata Rp 800.000, berarti setiap tiga bulan satu cabang LIA mampu meraup omzet sebesar Rp 320 juta atau Rp 1,28 miliar per tahun. "Untuk bisa mencapai BEP (break even point) rata-rata mitra kami membutuhkan waktu sekitar tiga tahun," imbuhnya.
Setiap investor yang menjadi mitra LIA boleh memiliki maksimal dua cabang. Masing-masing cabang bisa membuka lagi paling banyak dua cabang pembantu. Itu berarti, tiap-tiap mitra dapat mempunyai hingga enam cabang LIA.
Pada setiap pembukaan cabang pembantu, mitra akan dikenakan biaya tambahan sebesar 25% dari good will fee. Itu kalau cabang pembantu masih berada dalam satu kota. Jika ada di kota yang berbeda, biaya tambahannya sebesar 50% good will fee. "Tapi, untuk membuka cabang baru minimal harus berjarak sekitar 10 kilometer dengan cabang LIA yang sudah ada," tambah Sukma.
• International Language Program
ILP termasuk wajah lama dalam bisnis kursus bahasa Inggris. Lembaga ini sudah ada sejak sejak 1977, tapi baru mewaralabakan usahanya pada 1998. Kini, ILP telah memiliki 47 cabang, empat di antaranya milik sendiri. Rencananya, 4 Juli 2011 nanti, cabang ILP akan tambah satu lagi, persisnya di Bogor, Jawa Barat.
Mario Pangestu, Francise & Marketing Manager ILP, mengatakan, cabang di Kota Hujan itu merupakan pertama cabang baru pertama di 2011. ILP sekarang lebih selektif dalam menjaring investor karena banyak cabang milik mitra yang berjalan kurang baik. "Investornya kurang serius dan kurang mengurusi usahanya," kata dia. Buntutnya, ada lima cabang yang bakalan tutup.
Selain lebih selektif dalam memilih investor sehingga pertumbuhan cabang berjalan bak keong, ILP juga tengah berbenah. Misalnya, mereka sedang menyiapkan logo baru. Lalu, ILP akan menerapkan standar interior lobi di setiap cabang mereka. "Jadi nanti, ketika orang masuk ke lobi, kesan ILP sudah terasa," ujar Mario.
Meski lebih selektif, tidak tertutup kemungkinan ILP akan membuka cabang baru lagi. Soalnya, Mario bilang, bisnis kursus bahasa Inggris lagi berkembang. "Tahun ini, saya memperkirakan pertumbuhan siswa ILP bisa sekitar 5% sampai 10%," kata dia.
Sampai saat ini sudah ada beberapa proposal yang masuk dari calon mitra yang ingin bergabung dengan ILP. Salah satunya ingin membuka gerai di Bandung, Jawa Barat.
Untuk menjadi terwaralaba ILP, investor harus menyiapkan investasi awal sebanyak Rp 1,16 miliar, Rp 300 juta di antaranya untuk biaya waralaba alias franchise fee untuk jangka waktu selama 10 tahun.
Dengan asumsi per tahun bisa merekrut sekitar 2.400 siswa, Mario menambahkan, modal awal yang dikeluarkan investor bisa kembali dalam tempo sekitar satu tahun.
• English Quantum
English Quantum terbilang pemain baru. Meski baru berdiri pada Agustus 2006 lalu, mereka sudah menawarkan waralaba di Oktober 2010.
Sama seperti LIA dan ILP, English Quantum juga memiliki program untuk seluruh tingkatan usia. Mulai TK, SD, SMP, SMA hingga umum. Hanya saja, dalam mengajarkan siswa-siswinya bercuap-cuap dalam bahasa Inggris, mereka menggunakan teknik yang berbeda, yakni lebih memaksimalkan pemakaian otak kanan.
Ardianto Hartono, pemilik English Quantum, menjelaskan bahwa dengan memaksimalkan otak kanan, siswa bisa lebih mudah mempelajari bahasa Inggris. "Sehingga proses pemahaman bahasa Inggris jadi lebih cepat," katanya.
Dalam metode pembelajarannya, English Quantum juga memperdengarkan musik klasik kepada para siswa. Volume suara diatur sedemikian rupa, yakni pelan agar tertangkap otak kanan. "Musik akan mengunci otak kanan dan akan membuat siswa fokus pada pelajaran," jelas Ardianto.
English Quantum menyediakan empat program. Yaitu, general english, conversation, TOEFL preparation, dan company training. Siswa yang mengambil kelas general english dipungut biaya bulanan Rp 95.000. Untuk tingkat sophomore dan advance di program yang sama, biaya bulanannya Rp 110.000, dengan durasi 1,5 jam tiap pertemuan.
Anda tertarik menjadi mitra English Quantum? Ada dua paket investasi yang ditawarkan: Starter dan Gold. Untuk paket Starter yang cuma terdiri dari satu kelas, investor cukup menyediakan investasi Rp 30 juta, sudah termasuk franchise fee sebesar Rp 13,5 juta yang berlaku selama 3 tahun.
Sisanya untuk initial investment, seperti furnitur, tape player, proyektor, teve, DVD player, komputer, dan perlengkapan kelas. Dalam kerja sama di paket Starter, mitra juga mendapat berbagai atribut promosi dan training dua pengajar.
Paket Gold diperuntukkan bagi mitra yang mau membuka dua kelas dengan investasi awal Rp 52 juta. Perinciannya, franchise fee Rp 20 juta dan initial investment Rp 32 juta. Mitra Paket Gold boleh menggunakan nama English Quantum selama lima tahun.
Ardianto menghitung, mitra paket Starter akan meraih omzet hingga Rp 14 juta - Rp 15 juta per bulan. Dari situ, keuntungan bersih Rp 4 juta - Rp 5 juta. Adapun, keuntungan bersih paket Gold Rp 6 juta. Laba ini sudah dipotong biaya royalti atawa royalty fee sebesar 15% untuk mitra paket Starter dan 10% untuk paket Gold.
Saat ini, lembaga kursus bahasa Inggris yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, ini sudah memiliki enam cabang yang tersebar di Surabaya, Sidoarjo, dan Cirebon. "Dua minggu lagi akan ada mitra yang buka di Solo dan di Pekanbaru, sehingga akhir Juni ini ada delapan mitra," tambah Ardianto.
• Pingu's English
Pingu's English merupakan muka baru lain dalam bisnis kursus bahasa Inggris. Ini bukan lembaga lokal, melainkan berasal dari Inggris. Pingu's English sudah menjejakkan kakinya di 18 negara termasuk Malaysia dan Singapura. Di Negeri Jiran, mereka sudah memiliki 20 cabang.
Adapun di Indonesia, Pingu's English baru punya dua cabang lantaran baru menawarkan waralaba pada Januari 2010. Satu bercokol di Mall of Indonesia, Kelapa Gading, Jakarta Utara, satu lagi berlokasi di Bintaro, Jakarta Selatan.
Berbeda dengan pemain lainnya yang menyasar semua umur, Pingu's English membidik pasar anak-anak, mulai usia dua tahun hingga tujuh tahun. Makanya, nama dan maskot tempat kursus ini menggunakan binatang kutub pinguin.
Sebelum memulai kelas, murid-murid terlebih dulu diajak menonton kartun Pingu yang kaya dengan tema-tema sosial. Lembaga kursus ini juga didesain menjadi dunia Pingu agar anak-anak merasa berada di dunia mereka sendiri.
Tinto Bayuardi, Business Development Manager PT Impact Teaching Center, pemegang lisensi Pingu's English, menyatakan, saat ini lembaga kursus bahasa Inggris yang khusus menyasar anak-anak di Indonesia terbilang masih sangat jarang. Sehingga, peluang bisnis ini masih sangat terbuka lebar. "Pendidikan usia dini sangat penting karena merupakan landasan yang akan menentukan keberhasilan anak-anak di masa depan," katanya.
Walau kompetisi di bisnis kursus bahasa Inggris terbilang cukup ketat, Tinto yakin dengan nama besar Pingu's English di bawah bendera ITC Group dan The Linguaphone Group, tempat kursusnya akan menjadi pilihan bagi orang tua yang ingin anaknya bisa bercas-cis-cus dalam bahasa Inggris. Ambil contoh, cabang Pingu's English di Bintaro. Meski baru jalan sekitar satu tahun, saat ini sudah punya 100 murid.
Dengan prospek yang cukup cerah tersebut, animo pemodal untuk bermitra dengan Pingu's English lumayan besar. Berdasarkan jumlah permintaan yang masuk untuk menjadi terwaralaba, calon mitra tidak hanya datang dari wilayah Jabodetabek saja, tetapi juga dari daerah lain, seperti Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, dan Jawa Timur. "Rencananya, Agustus nanti kami akan buka cabang baru di Gading Serpong, Tangerang dan setelah itu di Bumi serpong Damai," ungkap Tinto.
Untuk wilayah Jakarta saja, ke depan, Pingu's English memasang target sedikitnya membuka 10 hingga 12 cabang. Adapun untuk kawasan Bogor dan Bandung masing-masing membuka 2 cabang, serta Depok 1 cabang.
Untuk menjadi terwaralaba Pingu's English, calon mitra harus mempunyai kecintaan pada bidang pendidikan. Tapi, mereka tidak harus bisa mengajar atau memiliki latar belakang pendidikan guru. Hanya saja, mereka harus punya perusahaan berbadan hukum.
Investasi awalnya sebesar Rp 750 juta, sudah termasuk franchise fee Rp 250 juta selama tujuh tahun. Pingu's English tidak menentukan kriteria lokasi tempat kursus secara khusus. "Fleksibel, bisa di ruko atau rumah," kata Tinto. Namun, luas ruangan yang tersedia minimal 135 meter persegi (m²) dan luas idealnya 200 m² sehingga bisa memuat 4 ruang kelas.
Biaya renovasi ruangan plus pengadaan furnitur dan komputer menjadi tanggung jawab mitra. Modal yang dibutuhkan sekitar Rp 500 juta.
Untuk tarif kursus, Pingu's English mengutip biaya sebesar Rp 570.000 per bulan. Dengan jangka waktu kursus selama 9 bulan atau 72 kali pertemuan, setiap 100 orang siswa bisa mendatangkan omzet sekitar Rp 57 juta per bulan.
Makin fasih siswa, semakin kencang rezeki mengalir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News