kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.462.000   9.000   0,37%
  • USD/IDR 16.663   -15,00   -0,09%
  • IDX 8.660   40,02   0,46%
  • KOMPAS100 1.192   10,20   0,86%
  • LQ45 848   1,27   0,15%
  • ISSI 313   2,80   0,90%
  • IDX30 434   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 501   -0,35   -0,07%
  • IDX80 134   1,11   0,84%
  • IDXV30 138   1,59   1,16%
  • IDXQ30 138   -0,09   -0,07%

Meraup ratusan juta dari bisnis karpet wol Persia


Rabu, 02 April 2014 / 14:45 WIB
Meraup ratusan juta dari bisnis karpet wol Persia
ILUSTRASI. Promo Alfamart Serba Gratis Periode 1-15 November 2022.


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Havid Vebri

Karpet atau alas lantai, yang sering kita kenal dengan sebutan permadani, sudah menjadi barang yang wajib untuk melengkapi interior rumah. Hampir di setiap rumah mempunyai satu atau lebih karpet.

Selain rumah, karpet juga pelengkap interior di kantor, apartemen, dan hotel. Alhasil, kebutuhan akan karpet pun semakin tinggi. Peluang itu juga yang mendorong banyak orang membuka toko karpet.

Tak heran bila toko karpet kini semakin menjamur. Di Jakarta sendiri ada banyak pusat penjualan karpet. Salah satunya di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan. Di kawasan ini terdapat sembilan toko karpet yang menjual berbagai macam corak dan motif karpet. Kualitasnya pun berbeda- beda sesuai harganya.

Toko karpet di bilangan Fatmawati banyak menjual karpet buatan pabrik dan buatan tangan. Namun, karpet buatan tangan tidak dibuat secara massal. Karpet pabrik yang dijual di sini kebanyakan hasil produksi dalam negeri.

Adapun karpet buatan tangan diimpor dari negara-negara Timur Tengah, seperti Pakistan, Iran (Persia), Turki, dan Afganistan. Selain itu ada juga karpet bikinan India, dan Rusia.

Menurut M. Wahid, pemilik kios Al Farahs di Fatmawati, banyak konsumennya selama ini memilih karpet dari Persia. "Soalnya, berdasarkan literatur sejarah, karpet permadani memang berasal dari sana," katanya. Ia sudah berjualan di Fatmawati sejak tahun 1992.

Karpet impor ini kebanyakan terbuat dari bahan wol dan sutra asli. Itu sebabnya, harganya mahal. "Bisa Rp 100 juta," kata pria asli Pakistan ini. Sementara harga termurah mulai Rp 500.000. Wahid bilang, konsumennya kebanyakan pembeli perorangan untuk dipakai di rumah sendiri.

Demi kepuasan pelanggan, ia mengizinkan calon konsumen membawa pulang dulu permadani yang sudah dipilih agar dapat disesuaikan dengan motif dan warna ruangan di rumahnya. "Transaksi pembayaran tidak terjadi sampai si calon pembeli puas dengan pilihannya," ujar Wahid.

Selain Fatmawati, pusat penjualan karpet juga bisa ditemui di kawasan Kemang Selatan, Jakarta Selatan. M. Barkah, pemilik Toko Al-Barkah di kawasan ini, sudah berjualan sejak tahun 1995.

Sama halnya Wahid, ia juga menjual karpet dan permadani buatan pabrik lokal dan buatan tangan asli dari negara-negara Timur Tengah. Ia mengakui, karpet persia dari Iran lebih bagus kualitasnya. Karpet dari negara itu terbuat dari wol domba.

Bahan pewarnanya memakai serat tumbuhan sehingga semakin lama warna karpet makin cemerlang. Selain itu, desainnya yang cantik dengan detail rumit membutuhkan proses pembuatan yang lama. Pengerjaannya sendiri bisa mencapai waktu hingga dua tahun.

"Karpet semacam inilah harganya bisa ratusan juta hingga miliaran rupiah," katanya. Baik Wahid maupun Barkah mengaku bisa mendapat omzet hingga ratusan juta per bulan.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×