kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mesin pembuat tali rafia membikin plastik berasa manis


Kamis, 05 Januari 2012 / 12:34 WIB
Mesin pembuat tali rafia membikin plastik berasa manis
ILUSTRASI. Penggali kuburan menggunakan alat pelindung diri (APD) saat membawa peti jenazah, diduga meninggal akibat virus corona (COVID-19), saat pemakaman di Omsk, Rusia, Selasa (3/11/2020). REUTERS/Alexey Malgavko


Reporter: Ragil Nugroho, Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Kebutuhan yang tinggi akan tali rafia ikut mengerek laba produsen mesin pembuat tali rafia lokal. Meski dengan harga yang lebih murah namun kualitas mesin tak kalah jauh dari mesin impor, para produsen mesin ini juga mampu memperoleh omzet hingga ratusan juta rupiah. Pembeli mesin ini tak hanya pemilik toko kelontong namun juga pemilik pabrik.

Siapa yang tidak kenal dengan tali rafia? Tali plastik berwarna-warni ini sudah akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Maklum, untuk kebutuhan ikat mengikat wadah ukuran besar tali rafia ini lebih efektif ketimbang menggunakan tali plastik atau tampar. Selain itu, harga tali ini juga murah meriah dibandingkan dengan jenis tali yang lain.

Itulah sebabnya, bisnis tali rafia juga tak ada matinya. Pengusaha kelas apa saja menggunakan tali ini untuk mempermudah pengemasan. Nah, seiring dengan larisnya tali rafia, para produsen mesin pembuatan tali ini pun merasakan kenaikan penjualan yang lumayan tinggi.

Lihat saja pengalaman Hadi Siswono, produsen mesin pembuat tali rafia di bawah CV Plastik Trimendo di Tangerang. Menurut Hadi, bisnisnya terkerek naik seiring dengan larisnya penjualan tali rafia.

Hadi mulai menekuni bisnis pembuatan mesin tali rafia sejak 2005 lalu. Sebelumnya, ia hanya membuka bengkel sepeda motor. Ide membuat mesin pembuat tali rafia ini sebenarnya datang dari teman-temannya. Bagi Hadi membuat mesin tali rafia ini juga tak susah karena dia sarjana mesin. "Awalnya, saya melihat mesin merek luar, kemudian saya modifikasi," ujarnya.

Cara kerja mesin ini sejatinya sederhana saja, yakni mesin akan mencacah bijih plastik kering menjadi tali rafia. "Ada sistem pemanasan yang membuat biji plastik menjadi lembaran tali," ujar Hadi.

Saat ini, dalam sebulan ia mampu memproduksi dua hingga tiga mesin berkapasitas 15 ton tali rafia. Hadi menjual mesin itu seharga Rp 40 juta hingga Rp 60 juta. Karena itu, dalam sebulan ia bisa meraup omzet hingga Rp 120 juta. "Kalau untuk mesin otomatis harganya Rp 60 juta," ujarnya.

Hadi bilang, pembeli mesin tali rafia adalah pengusaha tali rafia di seputaran Jabodetabek dan Bandung. Pria berusia 45 tahun ini menambahkan, permintaan mesin belakangan datang dari luar Jawa. "Namun pemesanannya belum rutin," ujarnya.

Pembuat mesin tali rafia lainnya adalah Dani Buldani pemilik CV Cahaya Tehnik di Cicalengka, Jawa Barat. Lelaki 32 tahun ini telah memproduksi mesin tali rafia sejak 2008 lalu. Menurut Dani, pemain bisnis ini masih sedikit. Selain itu, mesin tali rafia ini juga tidak diproduksi secara massal.

Namun, bagi Hadi maupun Dani mengingatkan, bagi konsumen yang ingin membeli mesin ini harus memesan terlebih dahulu. Pasalnya, pembuatan mesin memakan waktu selama satu minggu. Selain itu, pelanggan juga harus menyetor uang muka alias down payment sebesar 10% sampai 20% dari harga beli. "Setelah selesai, pelanggan kami beri tahu dan bisa mengirimkan biaya pelunasan. Setelah itu, mesin pun siap kami kirimkan," tutur Dani.

Biasanya pelanggan Dani adalah pabrik pembuat tali rafia maupun toko grosir penjual aneka bahan plastik yang ada di Jabodetabek, Makassar, Batam. Medan, Kalimantan, Sulawesi, dan Pontianak.

Mesin pembuat tali rafia made in Dani ini dibanderol seharga Rp 40 juta, untuk mesin tali rafia ukuran kecil. Dan harga sebesar Rp 55 juta untuk satu unit mesin tali rafia besar. Dalam sebulan, Dani dengan dibantu sembilan karyawan sanggup menghasilkan hingga empat unit mesin.

Dengan begitu, omzet yang didulang pun mencapai Rp 100 juta per bulan. "Mesin buatan lokal ini memiliki cara kerja yang sama, menghasilkan kualitas yang sama dan tingkat keawetan yang sama dengan mesin impor meski harga jauh lebih murah," pungkas Dani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×