Reporter: Merlina M. Barbara | Editor: Tri Adi
Dengan mengedepankan service style mulai dari mindset hingga attitude, Mikael Mirdad melakukan ekspansi bisnis Biko Group secara bertahap. Kini, pertumbuhan Biko Group terlihat dari penambahan gerai dan jumlah karyawan.
Sadar para pelaku usaha food & beverage di Indonesia kian menjamur, Mikael Mirdad pasang strategi untuk tetap bertahan di tengah ketatnya persaingan bisnis di sektor ini.
Dengan mengedepankan service style mulai dari mindset hingga attitude, yang secara konsep mengadopsi traditional Japanese, Mikael pun siap bersaing dengan kompetitor lainnya. “Restoran kami hadir karena terinspirasi dari budaya Jepang yang demikan,” kata Mikael.
Adapun, strategi promosi yang diandalkan Mikael hingga saat ini adalah mouth to mouth. Ia bilang, promosi seperti ini sangat jitu. Selain itu, Biko Group juga memanfaatkan media sosial yang di-branding sedemikian rupa agar menarik di mata konsumen.
Meski mengaku ingin melakukan ekspansi bisnis ke luar Jakarta, Mikael tak ingin buru-buru melangkah. Dalam melebarkan sayap bisnis, ia memilih menempuh cara step by step.
Hal itu telah ia buktikan sejak pertama kali mendirikan Biko Group pada tahun 2012. Setiap tahun Biko Group konsisten membuka dua outlet baru. Bahkan, pada tahun depan, Biko Group sudah berencana menambah tiga outlet baru.
Pertumbuhan bisnis Biko Group bukan hanya terlihat dari penambahan gerai. Mikael bilang, saat ini jumlah karyawan Biko Group mencapai 350 orang. Padahal, pada awal mendirikan Biko Group, karyawannya baru delapan orang.
Mikael menambahkan, selama tiga tahun menjalankan usaha, ada dua kendala bisnis yang dihadapinya. Pertama, kebijakan pemerintah terkait perizinan dan lainnya yang belum jelas.
Bukan masalah jangka waktu pengurusan dokumen yang lama. Tapi, soal kejelasan aturan yang dibuat pemerintah. "Teman saya ada yang disuruh buat surat ijin A, misalnya, tapi kok saya tidak disuruh. Nah, kan bingung,” keluh Mikael.
Kendala kedua sumberdaya manusia (SDM). Selama ini, kata Mikael, sebagian besar karyawan memiliki pola pikir yang belum maju.
Karena itu, untuk menjamin kualitas SDM di Biko Group, Mikael menggelar pelatihan karyawan hingga studi banding ke luar negeri. “Jadi, bagaimana mengarahkan karyawan agar sesuai dengan harapan perusahaan. Ini tantangan tersendiri,” kata Mikael.
Apalagi, lanjut dia, pasar bebas ASEAN atawa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah di depan mata. Pemberlakuan MEA akan berdampak terhadap banyaknya tenaga asing yang punya kemampuan baik masuk ke tanah air.
Dus, SDM lokal harus lebih menggenjot standar kinerjanya yang lebih baik. Jika tidak, SDM lokal bukan mustahil kalah bersaing dengan para pekerja asing.
Seiring berjalannya waktu, Mikael bisa lebih memahami karakter SDM. Ini menarik karena memahami keinginan karyawan dan perusahaan memang tak mudah.
Salah satu prinsip yang menjadi landasan Mikael dalam mengembangkan Biko Group adalah doing things one step at a time. Sebab, dengan demikian, semuanya menjadi realistis. Ini pula yang membuat ia membagi satu kalimat kunci bagi generasi muda Indonesia, yakni have fun and money will come.
Baginya, jangan segala sesuatu diukur dengan uang. Lakukan sesuai kemampuan diri sendiri dan nikmati proses serta perjalanannya.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News