kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar kue subuh Senen masih eksis (bagian 3)


Minggu, 10 Februari 2019 / 16:15 WIB
Pasar kue subuh Senen masih eksis (bagian 3)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kue subuh di kawasan Senen, Jakarta Pusat, kerap menjadi destinasi wisata kuliner bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Puluhan tahun berdiri, pusat jajanan penganan legendaris ini masih diminati warga Jabodetabek yang ingin mencari kue tradisional dengan harga miring.

Sayang, pamor Pasar Kue Subuh Senen kini sudah tidak lagi bersinar. Mulyadi, salah satu pedagang aneka kue tradisional, mengeluhkan jumlah pembeli dan pelanggan yang semakin berkurang. "Makin sepi, keluhnya.

Sentra penjualan kue tradisional yang makin banyak di beberapa tempat di sekitar Jakarta disinyalir sebagai penyebab sepinya pembeli di Pasar Kue Subuh Senen. Padahal, sepuluh tahun lalu, Mulyadi bisa mengantongi omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan. "Sekarang, omzet paling maksimal Rp 2,5 juta per hari. Kalau sepi kayak sekarang, ya, rata-rata hanya Rp 1 juta," ungkap dia.

Awal tahun, Mulyadi mengatakan, memang biasanya Pasar Kue Subuh Senen sepi pembeli. Omzet para pedagang pun otomatis menurun hingga 50%.

Syahrul, pedagang kue yang sudah berjualan sejak 1990, juga melontarkan keluhan serupa. Ia merasakan penurunan omzet yang lumayan. Apalagi, bahan baku untuk membuat aneka kue kerap naik-turun. Sedang harga kue di Senen masih tetap murah dan stabil. "Perbedaan yang paling mencolok dari Pasar Senen dulu dan sekarang, jumlah pengunjungnya yang makin menurun," sebutnya.

Saat masih jaya, Syahrul ingat betul, lokasi pasar kue subuh yang ada di Blok I sampai Blok IV penuh sesak oleh para pengunjung. Alhasil, banyak pedagang yang membuka cabang di daerah lain. Salah satunya adalah di Blok M.

Beruntung, para pedagang masih merasakan periode bulan-bulan yang ramai pembeli dan membuat omzet naik drastis. Periode itu biasanya jatuh pada Februari, sebelum bulan puasa, dan saat musim masyarakat menggelar hajatan.

"Kalau di Februari, biasanya ada Imlek, pembelinya lumayan ramai. Lalu, saat ada hajatan pernikahan dan di bulan yang banyak orang ibadah haji atau umrah juga ramai pesanan. Lantas, sebelum bulan puasa juga ramai," tutur Syahrul.

Baik Syahrul maupun Mulyadi sama-sama menyatakan, di bulan puasa justru jumlah pembeli mulai berkurang. Sebab, sebagian besar orang biasanya membuat jajanan pasar dan kue untuk dijual maupun dikonsumsi sendiri. Barulah, setelah momen Hari Raya Lebaran sudah usai, para pedagang di Pasar Kue Subuh Senen bersiap kembali menjaring omzet yang sempat anjlok di periode bulan suci tersebut.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×