kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.888.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.340   30,00   0,18%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%

Pasar Ramai, sentra manisan yang untung besar saat libur dan hari raya (3)


Kamis, 21 April 2011 / 13:08 WIB
Pasar Ramai, sentra manisan yang untung besar saat libur dan hari raya (3)
ILUSTRASI. Kimi no Na Wa


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Sentra manisan Pasar Ramai kian ramai ketika hari raya dan musim liburan lain. Pada musim itu, penjualan para pedagang bisa mencapai lebih dari dua kali hari-hari biasa, bahkan hingga Rp 5 juta sehari. Untuk mempertahankan pelanggan, para pedagang terus menjaga kualitas berbagai produk yang dijual di jantung kota Medan ini.

Terletak di pusat kota Medan dan hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari Lapangan Merdeka, sentra manisan Pasar Ramai punya posisi yang sangat strategis karena berada tepat di jantung kota Medan.

Faktor lokasi ini pula yang mendukung ramainya sentra manisan yang buka sejak jam 8 pagi sampai pukul 17.00. Jumlah pengunjung akan meningkat drastis ketika memasuki hari-hari khusus yakni masa liburan, bulan puasa, dan hari-hari besar lainnya. Saat itu, penghasilan para pedagang tentu ikut membengkak.

Tommy, salah satu pemilik kios mengatakan, kalau omzetnya bisa mencapai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta saat hari-hari besar. "Tapi, itu setahun sekali," ujarnya.

Ketika Imlek atau hari besar etnis Tionghoa tiba, Pasar Ramai juga akan kebanjiran pembeli. Apalagi, mayoritas pemilik kios merupakan warga Tionghoa yang sudah turun temurun berdagang di pasar ini. Tidak jarang satu orang pemain besar memiliki dua atau tiga toko, yang terdiri dari kios manisan atau pun menjual makanan-makanan khas Medan lainnya. Para pembeli yang datang dari China juga tidak terlepas dari pengaruh terkenalnya pasar ini di kalangan etnis Tionghoa.

Dani Lubis yang sudah menjual manisan di Pasar Ramai sejak tahun 1982 mengaku kalau saat Imlek dan bulan ramadhan, omzet tokonya meningkat hingga dua kali lipat. Ia bisa meraih Rp 1,2 juta hingga Rp 2 juta. "Kalau hari biasa hanya Rp 800.000," akunya.

Namun, di balik cerita ketenaran Pasar Ramai, tidak ada gading yang tak retak. Tommy mengeluhkan kondisi drainase yang buruk. Ketika hujan deras, tokonya kerap kebanjiran. "Memang tidak sampai terendam, tapi tetap saja jadi agak becek," keluhnya. Bau tak sedap terkadang ikut muncul saat musim hujan tiba.

Padahal, Tommy dan para pedagang lainnya sudah mematuhi berbagai macam aturan mulai dari iuran per bulan hingga uang sampah. Untungnya, kondisi pasar yang terkadang kurang nyaman tidak mempengaruhi para pelanggan yang datang.

Secara umum, para pedagang di Pasar Ramai mengharapkan perhatian lebih dari pemerintah daerah setempat untuk memperbaiki pasar. Menurut mereka, kondisi pasar yang rapi akan lebih meningkatkan daya tarik Pasar Ramai. Saat ini saja, Pasar Ramai, sesuai namanya, selalu dipadati pengunjung meskipun pasar tidak selalu dalam kondisi menyenangkan.

Keunggulan sentra manisan Pasar Ramai, selain jenisnya yang beraneka ragam, juga karena produk-produknya terkenal sangat segar. Tommy hanya menyimpan manisan buatannya paling lama tiga hari.

Pembuatan manisan yang sepenuhnya dilakukan sendiri pun menjamin standar kualitas manisan Tommy. Meski ia memasok beberapa bahan mentah di tempat lain, Tommy mengolah sendiri bahan baku tersebut menjadi manisan.

Tommy menceritakan secara singkat proses pembuatan manisan jambu biji. Jambu biji dikupas, dibuang bijinya, dan dipotong-potong. Setelah itu, jambu direndam dalam larutan air kapur selama dua jam, dicuci bersih, dan ditiriskan.

Jambu itu lantas dimasukkan dalam larutan gula yang telah dimasak bersama air hingga mengental. Untuk memberikan aroma yang sedap, ia menambahkan cengkeh dan kayu manis, jeruk nipis, dan garam. Jambu dimasukkan setelah larutan gula dingin dan dibiarkan sekitar 12 jam. "Dengan begitu, jambu biji terjaga kesegarannya saat dinikmati," ujarnya.

Para pedagang di Pasar Ramai yakin sentra ini akan bertahan dengan mempertahankan standar kualitas. Mereka tidak khawatir dengan makin banyaknya supermarket modern karena konsep pasar tradisional masih memiliki pelanggan. "Kami selalu percaya, manisan yang ada di pasar ini lebih orisinal dan lebih tahan lama," ujar Dani Lubis.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×