Peluang segar dari berjualan cendol

Minggu, 14 April 2013 / 09:31 WIB

ILUSTRASI. Merencanakan pergi ke luar negeri di tengah pandemi bukan sekadar memikirkan biaya transportasi dan akomodasi saja. Namun, juga harus memikirkan biaya karantina di negara tujuan atau di Indonesia.ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.

Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Minuman cendol terus ada penggemarnya. Apalagi harganya juga cukup terjangkau. Makanya, cukup banyak yang menggeluti usaha jualan minuman khas Indonesia ini. Salah satunya, Hefni Tri Sriyantono di Bekasi. Ia merintis usaha cendol dengan merek Cendol Zahfy, yaitu sejak 2011.

Hefni mengklaim, cendol buatannya sehat dan segar, lantaran tanpa bahan pengawet. Ia juga tidak menggunakan pemanis buatan. "Gula yang kami gunakan 100% gula aren asli," ujarnya. Makanya, produk cendol ini pun cuma bisa bertahan 4 hari.

Cendol buatan Hefni mulai dikenal. Bahkan, sekarang sudah ada 15 gerai Cendol Zahfy yang tersebar di Bekasi, Surabaya hingga Palangkaraya. Dua milik Hefni, sementara sisanya milik mitra. Memang, sejak awal 2012, ia menawarkan kemitraan.

Untuk menjadi mitra Cendol Zahfy, Anda harus menyiapkan investasi Rp 6 juta. Dana ini sudah termasuk kemitraan lima tahun, peralatan, booth, pelatihan karyawan, banner, seragam, dan bahan baku awal.

Lantaran cendol hanya bertahan empat hari, mitra disarankan membeli cendol dari pusat setidaknya 4 hari sekali. Namun untuk mitra yang di luar Pulau Jawa, Tri akan memberi pelatihan khusus cara membuat cendol dan larutan gula aren. Harga jual ke konsumen Rp 5.000 - Rp 6.000 per gelas.

Dengan asumsi bisa menjual 50 gelas cendol per hari, mitra bisa mengumpulkan omzet Rp 7,5 juta sebulan. Target keuntungan bersih 20%-30%, dengan perkiraan balik modal kurang dari enam bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News