Sumber: Kontan/30/8/2012 | Editor: Havid Vebri
Sebagai negara maritim, bisnis makanan olahan ikan di Indonesia tak pernah surut. Pamor bisnis makanan ini masih mencorong lantaran banyak diburu konsumen. Dari sekian banyak variasi menu makanan olahan ikan, sup ikan termasuk yang populer di Indonesia.
Menu olahan sup ikan ini juga sangat bervariasi karena hampir setiap daerah di Indonesia memiliki resep khas daerah masing-masing. Salah satunya adalah sup ikan khas Batam, Kepulauan Riau.
Salah satu pemain yang mengusung makanan khas daerah ini adalah Tony Chandra dengan brand usaha Sup Ikan Batam. Sejak tahun 1999, ia mengembangkan kuliner khas Batam ini di Jakarta. Menurutnya, Sup Ikan Batam memiliki kekhasan karena menggunakan bahan dasar berupa ikan tenggiri. "Kuahnya bening dengan citarasa ikan yang sedap," ujarnya.
Untuk mengembangkan usaha, sejak tahun 2005, Tony mulai menawarkan waralaba. Saat ini, gerai Sup Ikan Batam sudah ada 15 gerai. Rinciannya, tujuh gerai milik sendiri dan selebihnya milik mitra. Semua gerai berlokasi di Jabodetabek.
Selain sup ikan, ia juga menyediakan pilihan menu lain, seperti ayam goreng, nasi goreng, dan toge goreng. Harga menu makanan ini dibanderol rata-rata Rp 20.000 per porsi. Khusus harga sup ikan dibanderol Rp 27.500 per porsi.
Untuk minuman tersedia pilihan es jeruk, es teh, dan masih banyak lagi. Rata-rata minuman dihargai Rp 10.000 per gelas. Bagi yang berminat menjadi mitra, Tony menawarkan satu paket waralaba dengan investasi senilai Rp 100 juta. Kontrak kerjasama berlaku selama lima tahun dan setelah itu harus diperpanjang lagi.
Investasi Rp 100 juta itu hanya untuk biaya pelatihan dan franchisee fee. Sementara untuk bahan baku dan peralatan, mitra harus merogoh kocek lagi yang nilainya diperkirakan Rp 500 juta, belum termausk sewa tempat. Luas tempat yang dibutuhkan minimal 80 meter persegi. Tony menargetkan, omzet mitra Rp 3 juta-Rp 5 juta per hari, tergantung wilayah dan jumlah pelangganya. Ia mencontohkan gerai pusat di Jalan Boulevard Raya, Jakarta Utara yang bisa meraup omzet hingga Rp 5 juta per hari.
Untuk laba bersihnya sekitar 30% dari omzet. Dengan laba sebesar itu, mitra bisa balik modal dalam waktu dua sampai tiga tahun. Dalam kerjasama ini, Tony memungut royalty fee 7% dari omzet bulanan. Mitra juga wajib membeli bahan baku dari pusat. Hal itu dilakukan agar kualitas rasa tetap sama dan terjaga.
Ketua Dewan Pengarah Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali), Amir Karamoy menilai, prospek makanan olahan ikan masih menjanjikan. Apalagi, sudah muncul persepsi di masyarakat bahwa mengkonsumsi ikan lebih sehat. Ikan disebut-sebut lebih baik ketimbang daging.
Namun, karena ini bisnis makanan, maka yang perlu diperhatikan adalah soal rasa. Amir bilang, kunci sukses bisnis makanan ada pada rasa. Jika rasanya enak, brand tersebut akan menjadi pembicaraan dari mulut ke mulut. Walaupun lokasinya jauh kalau rasanya enak tetap akan didatangi orang.
Sup Ikan Batam
Jl. Boulevard Raya Ruko Incoval Blok B No.7-8 lt.4, Jakarta Utara HP: 081510100452
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News