Reporter: Melati Amaya Dori | Editor: Tri Adi
Usaha jasa perantara pembayaran online menjanjikan laba besar. Pelaku usaha ini mengaku bisa mengembalikan modal yang telah mereka keluarkan kurang dari satu tahun. Dengan biaya operasional yang kecil, untung pun bisa maksimal.
Kemajuan transaksi pembayaran via internet (online) telah melahirkan beragam peluang usaha baru. Salah satu usaha yang tengah marak saat ini adalah penyediaan jasa perantara pembayaran online atau payment point online bank (PPOB).
Jangan keburu bingung. Tak serumit namanya, usaha ini sebenarnya sangat sederhana. Gampangnya, pengusaha PPOB menjadi perantara pembayaran untuk aneka tagihan seperti listrik, air, pulsa, televisi berbayar, ataupun pinjaman dari multifinance. Dus, ketimbang harus repot mengantre di bank atau loket pembayaran, konsumen bisa membereskan semua tagihannya via PPOB. Cepat dan praktis!
Pengusaha PPOB bisa menyediakan jasa itu karena mereka memiliki kerja sama dengan perusahaan yang mengeluarkan tagihan atau sering disebut biller. Bermodal kerja sama itu, mereka memperoleh akses terhadap data pelanggan si biller. Agar bisa melakukan pembayaran secara online, biasanya, PPOB juga memiliki kerja sama dengan bank.
Peminat layanan ini cukup tinggi, lo. Tengok saja jumlah anggota (member) fastpay.co.id yang mencapai 37.000. Padahal, fastpay.co.id yang berada di bawah naungan PT Bimasakti Multiwealth baru memulai usahanya pertengahan 2010.
Pemain lain di bisnis ini adalah ppobnusantara.com yang sudah memiliki 12.000 agen. “Agen kami tersebar di 29 provinsi dan 4 negara,“ kata Ditto Anindita, salah seorang pemilik ppobnusantara.com. Catatan saja, agen adalah mitra yang berhubungan langsung dengan konsumen. Situs ppobnusantara.com berdiri pertengahan tahun lalu. Situs itu merupakan usaha patungan dua perusahaan, yaitu PT Ruangkerja Software Engineering dan CV Bakoel Corporation.
Manajer fastpay.co.id Bagus Cahyono bercerita, peminat jasa perantara pembayaran ini berasal dari berbagai daerah di Tanah Air. Di Jawa, pelanggan fastpay tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi alias kawasan Jabodetabek, serta Jawa Barat.
Di luar Pulau Jawa, pelanggan fastpay.co.id ada di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Menurut Bagus, jenis layanan yang paling banyak dimanfaatkan oleh pelanggannya adalah pembayaran tagihan PLN, telepon, pembayaran pulsa, serta pembelian tiket kereta api.
Cerita Bagus itu menggambarkan betapa besarnya potensi pasar bisnis ini. Daya tarik lainnya adalah kebutuhan modal yang tak besar. “Usaha ini juga menjanjikan modal cepat kembali. Tidak sampai satu tahun,” kata Ditto.
Berdasarkan penelusuran KONTAN, lazimnya, para pengusaha PPOB memakai dua strategi dalam menjaring penghasilan. Pertama, PPOB memberikan pelayanan langsung ke konsumen. Kedua, PPOB merekrut agen, mitra, atau member untuk melayani konsumen. Pada cara kedua ini, PPOB tidak langsung bersentuhan dengan konsumen.
Situs ppobnusantara.com adalah contoh PPOB yang memilih strategi kedua. Mereka memilih mengandalkan agen karena skema pengelolaannya lebih sederhana. “Kami fokus melayani komplain, pelatihan, dan informasi dari loket atau agen,” tutur Ditto.
Untuk menggaet mitra sebanyak-banyaknya, ppobnusantara.com mencari calon agen melalui iklan di website, Twitter, Facebook, dan pameran industri kreatif. “Kami juga menunjuk koordinator wilayah sebagai penanggung jawab di wilayah tersebut,” kata Ditto.
Sementara itu, fastpay.co.id memilih cara gado-gado. Mereka melayani langsung pembayaran dari konsumen dan sekaligus menjaring agen.
Menjadi agen
Anda tertarik untuk menjajal usaha ini? Berdasar ulasan tersebut, tampak, ada dua pilihan usaha untuk Anda: menjadi pengusaha PPOB atau cukup menjadi agen.
Yang termudah, tentu, menjadi agen atau member PPOB yang sudah beroperasi. Dengan sedikit modal duit dan kemauan, Anda sudah bisa menjadi agen PPOB.
Calon agen, mitra, atau member bisa mendaftar langsung mendaftar melalui website setiap PPOB. Ada biaya pendaftaran, tapi murah. Rata-rata, PPOB memungut biaya berkisar Rp 350.000 hingga Rp 500.000. Perusahaan PPOB akan memanfaatkan uang pendaftaran itu sebagai deposit yang bisa ditarik kembali.
Setelah membayar, Anda akan memperoleh kode agen serta username dan kata kunci (password) untuk mengakses sistem pembayaran yang disediakan PPOB. Nah, begitu, urusan pendaftaran beres, agen atau member sudah bisa menerima pembayaran tagihan dari para konsumen.
Karena proses pembayaran dilakukan secara online (web based), tentu saja, Anda harus memiliki komputer yang terkoneksi dengan internet. Agar bisa memberikan bukti pembayaran kepada konsumen, agen juga mesti memiliki printer.
Di tahap awal operasi, sebaiknya, Anda juga mengalokasikan dana untuk promosi. Misalnya untuk membuat spanduk atau brosur.
Bagaimana dengan tempat usaha? Inilah enaknya menjadi agen. Anda tidak memerlukan tempat usaha yang khusus untuk membuka loket pembayaran. Agen bisa beroperasi di mana saja, termasuk di rumah.
Jumlah karyawan juga tak perlu banyak-banyak. “Tidak perlu karyawan banyak. Cukup satu saja,” kata Ditto.
Lantas dari mana sumber pendapatannya? Anda akan mendapatkan pembagian fee dari PPOB untuk setiap transaksi pembayaran. Perlu dicatat, besar fee untuk setiap transaksi tidak sama.
Ambil contoh di ppobnusantara.com. Untuk pembayaran tagihan rekening listrik, agen memperoleh fee Rp 1.000 per transaksi, tagihan telepon Rp 1.250, tagihan air ledeng Rp 1.500, televisi berbayar Rp 1.500, dan isi ulang pulsa Rp 500 per transaksi. Fee terbesar berasal dari penjualan tiket pesawat, yakni mencapai sekitar Rp 10.000 per transaksi. “Makin mahal tiketnya, makin besar pula fee-nya,” ujar Ditto.
Setelah itu, rumus matematika yang akan bekerja. Semakin banyak transaksi yang Anda layani, semakin besar pula fee yang Anda kantongi.
Agar menggaet banyak pelanggan Anda harus rajin berpromosi melalui mulut ke mulut. Yang tak kalah penting, Anda harus rajin meyakinkan pelanggan bahwa transaksi Anda resmi dan aman. “Karena agen kami kebanyakan di daerah pinggir kota yang jarang fasilitas ATM atau perbankan, promosi mulut ke mulut cukup ampuh,” tambah Ditto.
Menjadi PPOB
Jika memiliki modal dan kemampuan yang lebih dari sekadar menjadi agen, Anda bisa saja membuka PPOB sendiri. Pilihan ini cocok bagi mereka yang memiliki pengetahuan di bidang teknologi informasi. Maklum, usaha ini sangat erat hubungannya dengan teknologi informasi. Misalnya, Anda harus cukup memahami pengelolaan server. Maklum, server menjadi “nyawa” aplikasi yang digunakan untuk melayani konsumen serta pusat komunikasi sistem PPOB dengan biller maupun bank pembayar.
Oh, iya, kemitraan dengan perusahaan yang mengeluarkan tagihan atau biller menjadi modal utama PPOB. Caranya mudah. Anda cukup mengajukan penawaran kerja sama. Jika fee setiap transaksi sudah disepakati, kerja sama dengan biller dapat terjalin. “Fee yang diberlakukan masing-masing biller berbeda-beda,” kata Ditto.
Proses yang tersulit dalam pendirian PPOB adalah menjalin kerja sama dengan bank yang berperan menyalurkan dana dari PPOB ke biller. Setelah Anda mengajukan proposal kerja sama, bank akan melakukan survei untuk melihat reputasi calon PPOB.
Lama proses seleksi tergantung dari reputasi calon PPOB. Maklum, bank akan menelisik apakah calon PPOB memiliki masalah dengan perbankan. Biasanya, bank juga meminta uang garansi. Mayoritas bank akan meminta calon pebisnis PPOB menyerahkan uang garansi sekitar Rp 1 miliar. Uang itu akan dimanfaatkan bank sebagai deposit.
Setelah urusan dengan bank beres, Anda juga harus menyediakan dana untuk membeli perlengkapan. Untuk menjalankan usaha PPOB, setidaknya, Anda harus membeli satu unit komputer server. Sebaiknya, Anda juga memiliki genset agar server bisa beroperasi 24 jam tanpa gangguan meskipun listrik dari PLN mati. Yang lain, perlu juga disediakan peralatan kantor seperti komputer, printer, dan alat-alat lainnya.
Jumlah karyawan PPOB bervariasi. Sebagai gambaran, “Saya memiliki 15 orang karyawan untuk mengurus administrasi,” kata Ditto.
Anda juga harus mengalokasikan dana untuk membayar sewa kantor. Paling tidak, tarif sewa kantor mencapai Rp 30 juta per tahun untuk bangunan dengan luas 80 meter persegi.
Uniknya, fee yang diperoleh PPOB tidak sebesar fee agen. Ditto menyebut, ppobnusantara.com memperoleh fee sekitar Rp 100–Rp 300 per transaksi. Misalnya, dari pembayaran tagihan PLN, mereka memperoleh fee Rp 200 per transaksi. Sejatinya, total fee yang dibebankan ke konsumen mencapai Rp 1.600 per transaksi. Dari jumlah itu, agen memperoleh Rp 1.000, sementara PPOB, bank, dan PLN masing-masing memperoleh Rp 200.
Tapi, jangan berkecil hati. Meskipun recehan, karena biasanya jumlah transaksi yang dilayani PPOB besar, total laba yang bisa dikantongi PPOB cukup menggiurkan.
Dalam sebulan, ppobnusantara.com bisa melayani 500.000 transaksi. Total nilainya mencapai ratusan juta rupiah. Dengan skema seperti itu, kalau dihitung, keuntungan yang didapat ppobnusantara.com sekitar 30% dari omzet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News