Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keberadaan lapak usaha atau toko offline masih krusial bagi pelaku usaha, meski mereka sudah memanfaatkan kanal digital. Kondisi inilah yang dirasakan Rahma Kharie, pemilik usaha tahu tuna yang berlokasi di Ternate, Maluku Utara.
Untuk menyewa apalagi membeli lapak tentu butuh biaya yang tidak sedikit. Beruntung, Rahma bisa mendapatkan lapak dari Wadah Usaha Ultra Mikro (Umi) yang digagas oleh Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Lapak ini biasa dikenal sebagai Rumah Umi.
Hasilnya, tergolong positif. Keberadaan Rumah Umi, Rahma menyebutkan, bisa mendongkrak omzet harian usahanya.
Dari semula sekitar Rp 200.000 per hari, kini dia bisa mengantongi hingga dua kali lipat, Rp 400.000 sampai Rp 500.000. "Kalau ada pesanan keluar Ternate, (omzet) bisa lebih dari Rp 1 juta per hari," katanya, Rabu (6/10).
Padahal, Rahma masih ingat betul, usaha tahu tuna yang dilakoni sejak 2019 hanya memanfaatkan pemasaran secara daring. Niatan dia untuk membuka lapak offline terganjal harga sewa kios yang tinggi. Terlebih lagi, saat awal pandemi Covid-19, penjualan tahu tuna buatannya mengalami penurunan.
Baca Juga: Profil desa Semedo, penghasil gula semut yang bisa tembus pasar ekspor
Hingga akhirnya, program bantuan dari PIP pun datang. Rahma mendapat lapak Rumah Umi sekaligus pembiayaan Umi sebesar Rp 6 juta. Dana itu ia gunakan untuk menambah kapasitas produksi dengan membeli peralatan produksi tahu tuna, sekaligus buat memperkuat modal usaha.
Kini, produknya tak cuma laku di Ternate saja tetapi juga hingga ke pasar di Morotai. Melihat sambutan konsumen yang cukup bagus, Rahma memiliki rencana untuk membuka cabang tahu tuna di bandara dan pelabuhan di Ternate dalam bentuk produk beku. "Saya ingin tahu tuna bisa jadi oleh-oleh khas Ternate," ujarnya.
Ririn Kadariyah, Direktur PIP, menjelaskan, melalui Wadah Usaha Umi, para pelaku usaha ultra mikro di Maluku Utara, khususnya di Ternate, mendapatkan kesempatan untuk menjalankan dan mengembangkan bisnisnya.
Selain menyediakan tempat usaha, PIP juga memberikan berbagai pelatihan untuk menunjang operasional dan mendukung perkembangan bisnis mereka, termasuk pinjaman untuk modal usaha.
"Di Ternate adalah pilot project. Kami ingin menambah jumlah Rumah Umi di wilayah lain," kata Ririn.
Bayu Andy Prasetya, Pelaksana Tugas Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Maluku Utara, mengatakan, salah satu tantangan untuk menggerakkan perekonomian mikro dan ultra mikro di provinsi ini adalah dari sisi permodalan.
Saat ini, Bayu mengungkapkan, Maluku Utara memiliki 14.213 usaha industri mikro dan kecil (IMK), dengan 98,45% adalah usaha mikro. Industri makanan mendominasi IMK di Maluku Utara.
Selanjutnya: Konsep gerobak dan layanan digital jadi jurus bertahan UMKM di masa pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News