Reporter: Tri Sulistiowati, Pratama Guitarra, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Makanan bakso kuah sudah menjadi salah satu kuliner yang sangat akrab di masyarakat Indonesia. Harga jual yang terjangkau serta gurihnya bakso bercampur kuah panas yang menggugah selera, membuat kuliner ini diminati mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Tak heran, usaha kuliner bakso terus tumbuh dengan persaingan yang cukup ketat. Bahkan, tingginya persaingan usaha di bidang ini membuat pengusaha bakso kini sulit menggaet mitra baru. Namun tak ingin menyerah, pengusaha bakso terus membuka peluang kemitraan dan menjaga kualitas produknya.
Kali ini, KONTAN menyoroti perkembangan tiga usaha bakso yang sudah pernah diulas sebelumnya, yakni Bakso Benhil, Baso Batok Bang Toyip, dan Tahu Bakso Zidan.
Bakso Benhil
Didirikan tiga tahun silam Apeng Orinanti sang pemilik membuka tawaran kemitraan bakso Benhil pada Maret 2012. Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini pada Juni 2013, bakso Benhil baru memiliki empat mitra. Saat ini, bakso Benhil sudah memiliki tujuh mitra yang tersebar di Jakarta dan Pulau Jawa.
Apeng menjelaskan, ekspansi mitra baru bakso Benhil memang lambat lantaran mereka ingin mendapat mitra yang serius berbisnis bakso. Tujuannya, agar usaha bakso mereka bisa tetap eksis dan berkembang.
Sejak awal tahun 2014, ada perubahan investasi yang ditawarkan oleh kemitraan bakso Benhil. Saat ini Apeng memiliki tiga pake investasi. Yaitu, pertama, paket mini resto berukuran 15 meter persegi (m²)-20 m² dengan modal Rp 150 juta.
Kedua, paket resto berukuran 40 m²-60 m² nilai investasinya Rp 200 juta. Ketiga, paket Grande berukuran 60 m²-100 m² dengan nilai investasi Rp 300 juta. Mulai awal tahun ini, Apeng juga mengenakan royalti fee 4% dari omzet dan kontrak kerja selama lima tahun.
Setelah dua tahun, nantinya royalti fee ini akan turun menjadi 3% dari omzet. Tak hanya itu, untuk mengikuti kenaikan harga bahan baku, Apeng juga menyesuaikan harga produk menjadi Rp 8.000 per porsi - Rp 30.000 per porsi. Tahun lalu, harga jual bakso Benhil masih sekitar Rp 14.000-Rp 20.000 per porsi.
Bakso Benhil memang selektif memilih mitra yang serius berbisnis bakso. Makanya, tahun ini mereka hanya menargetkan tambahan dua mitra baru.
Bakso Benhil mengusung nilai lebih sebagai bakso sehat yang tidak menggunakan bahan pengawet dalam racikan daging sapinya.
Supaya lebih dikenal, Apeng rajin mempromosikan mereknya dengan beriklan di internet dan menyebar brosur. Bagi Apeng, gencarnya pemasaran harus diimbangi dengan menjaga kualitas rasa produk.
Baso Batok Bang Toyib
Baso Batok Bang Toyib bisa dibilang merupakan pendatang baru di bisnis bakso. Sang pemilik, Muhammad Toip, baru mendirikan usaha ini pada Januari 2012 di Bandung dan mulai menawarkan kemitraan April 2012.
Ketika KONTAN mengulas kemitraan ini pada awal 2013, Baso Batok Bang Toyib baru memiliki tiga gerai yang seluruhnya berlokasi di Bandung. Rinciannya, satu milik pusat dan dua gerai milik mitra. Sampai akhir tahun lalu, gerai Baso Batok Bang Toyib bertambah satu gerai.
Sehingga, saat ini total gerai Baso Batok Bang Toyib ada empat gerai. Toip, sang pemilik mengaku pertumbuhan gerai baksonya memang tak signifikan, lantaran ia tak hanya mengembangkan satu bisnis saja.
Namun, Toip masih optimistis Baso Batok Bang Toyib masih akan berkembang dan punya banyak peminat. Berbeda dengan yang lain, Baso Batok Bang Toyib mengandalkan keunikan bakso dari sisi penyajian dan rasa kuah. "Kami tetap mempertahankan rasa kuah yang kaya rempah dan wangi," kata Toip.
Penyajiannya pun terbilang unik, karena bakso disajikan di atas wadah berbentuk batok kelapa. Tak seperti bakso pada umumnya yang menggunakan sayur tauge atau sawi sebagai pelengkap, Toip lebih memilih memadukan jamur tiram ke dalam baksonya.
Untuk menggaet mitra, Toip menawarkan tiga paket tawaran kemitraan dengan paket investasi yang belum berubah dari tahun lalu. Tiga paket investasi yang ditawarkan adalah paket kemitraan seharga Rp 9 juta, paket kemitraan Rp 13 juta, dan paket kemitraan Rp 16 juta.
Setiap paket akan memberikan kepada mitra booth dan sejumlah peralatan masak, mangkuk batok kelapa, sendok, pasokan bahan baku dan bumbu, hingga pelatihan karyawan.
Perbedaan ketiga paket itu ada pada desain booth dan jumlah peralatan yang diberikan. Namun, Toip tetap tidak memungut royalty fee dari mitra. Hanya, mitra wajib beli bahan baku dari pusat.
Tapi, untuk menyesuaikan kenaikan harga bahan baku, kini Toip menaikkan harga jual baksonya. Kini, harga Baso Batok Bang Toyib dibanderol Rp 10.000-Rp 12.000 per porsi. Sebelumnya, harga Baso Batok Bang Toyib Rp 6.000-Rp 10.000 per porsi.
Tahu Bakso Zaidan
Usaha tahu bakso Zaidan sudah berdiri sejak tahun 2000 di Yogyakarta. Lantas, Usaha tahu bakso Zaidan menawarkan kemitraan mulai tahun 2009. Sayangnya, sang pemilik memilih untuk menutup gerai dan kemitraannya sejak lima bulan yang lalu.
Ketika KONTAN mengupas tawaran kemitraan ini pada November 2011, Tahu Bakso Zaidan telah memiliki enam mitra di Yogyakarta, Semarang, Lombok dan Bekasi. Pada Juli 2013, jumlah mitra Tahu Bakso Zaidan bertambah satu sehingga totalnya ada delapan gerai, dimana satu diantaranya merupakan gerai sang pemilik usaha.
Perkembangan jumlah mitra tahu bakso ini bisa dibilang lambat, Sebab, si pemilik menetapkan syarat bagi calon mitra yakni harus berjiwa bisnis.
Eti Alviatun, pemilik usaha Tahu Bakso Zaidan menuturkan, ia terpaksa menutup usaha yang telah dirintis sejak sepuluh tahun yang lalu ini lantaran kini semakin banyak usaha bakso yang bermunculan dan menawarkan harga yang jauh lebih murah.
Mandeknya usaha ini juga dipicu oleh mundurnya staf pemasaran (marketing) Tahu Bakso Zaidan yang memilih membuka usaha yang sama. "Marketing saya keluar karena sudah tahu strateginya, dan mereka membuka usaha bakso sendiri," tutur Eti.
Saat membuka kemitraan, Tahu Bakso Zaidan menawarkan dua paket kemitraan, yakni paket resto dengan investasi Rp 20 juta dan paket resto dengan investasi Rp 50 juta. Pada 2012, Eti sempat menambah beberapa paket kemitraan dengan investasi yang lebih murah atas permintaan mitra.
Diantaranya, paket kemitraan untuk mendirikan industri rumah tangga pembuatan bakso dan tahu dengan investasi Rp 7 juta. Kala itu Eti juga menawarkan paket kemitraan tahu bakso kotak dengan investasi Rp 10 juta untuk ukuran gerobak, dan paket investasi tahu bakso segitiga plus kotak senilai Rp 14 juta.
Masih di tahun 2012, Eti menaikkan nilai investasi paket resto senilai Rp 20 juta menjadi Rp 25 juta. Sementara paket Rp 50 juta tetap ada, namun menu yang disajikan lebih komplit.
Kendati sudah tak membuka gerai tahu bakso dan menerima mitra baru, saat ini Eti masih melayani permintaan bahan baku bakso dari mitra yang masih bertahan. Kini, kata Eti masih ada enam mitra yang mengambil bakso darinya.
Bagi Anda yang tertarik untuk bergabung, Eti masih menyediakan pelatihan untuk membuat tahu bakso. Setelah itu, anda bisa membuat usaha tahu bakso sendiri. Jadi Anda tertarik yang mana? Keputusan ada di tangan Anda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News