Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi
Sentra cengkih di Desa Bulo Lohe menjadi salah satu pemasok cengkih untuk pembuatan tembakau rokok kretek. Adanya rencana ratifikasi tembakau dari Kemkes membuat para petani di sini khawatir akan mengancam mata pencaharian mereka .
Menjadi pembudidaya cengkih bagi masyarakat di Desa Bulo Lohe merupakan mata pencaharian yang prospektif. Sebab, harga cengkih hasil panen cukup tinggi. Rata-rata satu pohon cengkih bisa menghasilkan sekitar 100 kg. Dengan harga jual Rp 130.000 per kg, pembudidaya bisa meraup pendapatan Rp 130 juta dalam sekali panen. Di sentra ini, paling tidak satu kepala keluarga minimal memiliki satu pohon cengkih.
Masa panen cengkih memang cuma setahun sekali. Namun, pendapatan dari situ dirasa jauh lebih dari cukup oleh para petani. Jamaludin Limpo, petani asli Bugis ini menyampaikan, kecepatan pohon cengkih untuk bisa berbunga sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat tanam. Kalau dataran semakin rendah, maka akan semakin cepat pohon cengkih tersebut berbunga dan sebaliknya. "Desa Bulo Ale ini dekat dengan pantai, jadi pas sekali jika di sini dijadikan sentra budidaya cengkih," kata Jamaludin.
Jamaludin mengaku, selain menikmati panen raya setahun sekali, dia juga sewaktu-waktu melakukan panen kecil. Bunga cengkih yang dihasilkan hanya 15 kg per pohon. Meski produksi cengkih di sentra ini dan di beberapa desa lainnya sudah mencapai ratusan ton per tahun, namun tetap saja belum mencukupi kebutuhan cengkih di tanah air.
Saat menyambangi sentra budidaya cengkih ini, KONTAN bertemu dengan Surya Wangsa, yakni Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Cengkeh (APTI). Dia bilang, semua hasil panen di Bulukumba baru hanya untuk kebutuhan bahan baku pembuatan rokok saja, belum untuk menyuplai ke industri lainnya seperti bahan baku kosmetik, dan bahan makanan.
Siraju Dinain, petani cengkih lainnya bercerita, rencana ratifikasi pengendalian tembakau dari Kemkes kerap membuatnya khawatir. Rencana ini akan mengancam keberlangsungan mata pencahariannya, karena penyerapan cengkih akan berkurang. Padahal di tahun 1970-an, pemerintah sangat ingin petani disini mengganti tanaman dengan menanam cengkih.
Sementara itu, kendala produksi cengkih di sentra ini hanya masalah hama. Memang kunci utama agar panen berhasil adalah rajin merawat tanaman. Karena ada beberapa petani yang sudah menanam, namun jarang merawat tanamannya. Alhasil ada jamur akar dan banyak cendawan, apalagi kalau sedang kemarau hebat, daun-daun cengkih banyak terkena cacar daun.
Kalau sudah begini, mau tidak mau beberapa bagian ranting harus dipotong. Kalau sudah kena jamur akar, itu yang paling bahaya. Kata Dinain, pohon tidak akan lagi menghasilkan bunga jika terkena jamur akar.
Selain itu, masalah keamanan para petani ketika panen juga menjadi masalah. Sebab, pohon cengkih itu bisa mencapai 20 meter bahkan 30 meter. Sempat ada beberapa petani yang jatuh dari pohon dan mengalami patah tulang hingga meninggal. Bahkan Dinain pernah mengalami sendiri mengalami patah tulang karena jatuh dari pohon. "Saat panen kami hanya menggunakan alat seadanya yakni tangga lipat buatan sendiri untuk memanjat," kata dia.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News